Rabu, 20 Mei 2015

Kumpul Kebo

Tetapi sekarang Aku berkata kepadamu: barangsiapa memandang seorang wanita dengan nafsu berahi, orang itu sudah berzinah dengan wanita itu di dalam hatinya. (BIS) (Matius 5:28).

Kumpul kebo dalam bahasa Belandanya disebut Samenleven dan dalam bahasa trendinya adalah Living Together tetapi yang dimaksud adalah Kumpul Kebo. Istilah kumpul kebo berasal dari masyarakat Jawa tradisional (generasi tua). Secara gamblangnya pasangan yang belum menikah, tapi sudah tinggal di bawah satu atap. Perilakunya itu dianggap sama seperti kebo.

Pada umumnya kumpul kebo dilakukan karena tidak tahan, sudah ingin cepat-cepat menikah, tetapi sikon tidak mengijinkan, umpamanya sekolah/kuliah belum selesai, orang tua tidak mengijinkan, belum punya gawean, usia masih terlalu muda, tetapi di lain pihak dorongan kebutuhan biologis atau naluri seks selalu mendapat rangsangan dan godaan dari luar. Inilah penyebab utama, kesukaran, problem dan godaan yang makin serius bagi orang-orang muda, sehingga akhirnya kaum remaja berjatuhan, tak tahan godaan untuk melakukan hubungan bebas atau pun kumpul kebo.

Bagaimana tanggapan gereja terhadap kasus kumpul kebo ini? Bolehkah kumpul kebo, karena kasus-kasus yang di atas tadi? Apakah ini juga menyangkut masalah dosa?

Kalau melihat ungkapan Matius bahwa melihat wanita saja sudah dianggap berzinah, apalagi kumpul kebo.
Berarti bisa ditarik kesimpulan bahwa kumpul kebo pun adalah perzinahan. Karena tidak mungkin dua orang yang berlainan jenis tinggal dalam satu atap, terus tidak melakukan hubungan badan..

Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa kumpul kebo adalah dosa zinah (Kejadian 20:14).

Selain itu kumpul kebo adalah HTS (Hubungan Tanpa Status atau bisa juga HTPG hubungan Tanpa Pemberkatan Gereja).

Hukum ketujuh dalam 10 hukum Allah yang melarang perzinaan (bd. Imamat 20:10; Ulangan 22:22) meliputi semua tindakan percabulan dan dosa seksual (Matius 5:27-32; 1 Korintus 6:13-20).

Perzinaan (yaitu, ketidaksetiaan kepada pasangan hidup) demikian keji di hadapan Allah sehingga seluruh Alkitab mengutuknya.

Hanya sayangnya di mimbar gereja jarang ada khotbah mengenai kumpul kebo.
Maklum, di sana tidak ada kebo, yang ada hanya domba-domba saja.

Sebenarnya ini harus menjadi tanggungjawab gereja kepada jemaatnya untuk menyatakan bahwa kumpul kebo adalah dosa dan orang yang yang melakukan kumpul kebo, hidup dalam dosa perzinahan, selama kumpul kebo itu berlangsung.
Apapun alasannya, kumpul kebo tidak dibenarkan oleh Alkitab.
Jadi disarankan bagi yang kumpul kebo cepatlah menikah dan meminta peneguhan dari Tuhan sehingga tidak hidup dalam dosa.

Kumpul kebo... ogah!!

Poligami menurut pandangan Yesus

Yesus meluruskan pandangan tentang poligami dan tidak membiarkan orang-per-orang mengikuti nafsu-diri dan tegar-tengkuknya untuk mencari-cari celah berpoligami.

Sampai sekarangpun, manusia tidak berhenti berdalih bahwa poligami itu adalah bagian dari perbuatan mulia, sejajar dengan menolong, "mensedekah-kan" dirinya kepada perempuan yang belum mandiri atau para janda, atau menyeimbangkan statistik porsi wanita yang jumlahnya lebih banya ketimbang jumlah pria, dst…

Pendalihan bahkan belanjut dengan membawa keabsahan sejumlah nama-nama nabi-nabi dan raja yang berpoligami yang dicatat dalam Alkitab. Padahal poligami nabi-nabi dan praktek menceraikan istri dimasa lalu tidaklah berarti bahwa Allah pernah melegalkan hal tersebut. Tak ada sepotongpun Firman dan izin Allah untuk itu. Yesus meluruskannya dan menuding asal-usul kesalahan ini sebagai akibat dari ketegaran hati manusia yang cenderung memaksakan perceraian dan poligami :

* Matius 19:4-8
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

Ayat 5 adalah pengulangan dari Firman di:

* Kejadian 2:24
LAI TB, Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
KJV, Therefore shall a man leave his father and his mother, and shall cleave unto his wife: and they shall be one flesh.
Hebrew,
עַל־כֵּן יַעֲזָב־אִישׁ אֶת־אָבִיו וְאֶת־אִמֹּו וְדָבַק בְּאִשְׁתֹּו וְהָיוּ לְבָשָׂר אֶחָד׃
Translit, 'AL-KEN YA'AZAV-'ISY 'ET-'AVIV VE'ET-'IMO VEDAVAQ BE'ISYTO VEHAYU LEVASAR 'EKHAD

Terbukti sampai kinipun orang-orang tetap sama memaksakannya dengan pelbagai dalil.

Yesus memperingatkan agar manusia kembali kepada fitrahnya, yaitu bahwa sejak semula Allah men-design institusi perkawinan dengan mempersatukan satu orang laki-laki kepada satu orang perempuan dengan penegasannya di ayat 6:

* Matius 19:4-6
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?

19:5 LAI TB, Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
KJV, And said, For this cause shall a man leave father and mother, and shall cleave to his wife: and they twain shall be one flesh?
TR, και ειπεν ενεκεν τουτου καταλειψει ανθρωπος τον πατερα και την μητερα και προσκολληθησεται τη γυναικι αυτου και εσονται οι δυο εις σαρκα μιαν
Translit interlinear, kai {dan} eipen {Ia berkata} eneken {oleh karena} toutou {ini} kataleipsei {akan meninggalkan} anthrôpos {laki-laki} ton patera {ayahnya} kai {dan} tên mêtera {ibunya} kai {dan} proskollêthêsetai {akan disatukan} tê gunaiki {dengan istri} autou {-nya} kai {akan} esontai {akan menjadi} hoi duo {dua} eis {dalam} sarka {daging/ tubuh} mian {satu}

19:6 LAI TB, Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
KJV, Wherefore they are no more twain, but one flesh. What therefore God hath joined together, let not man put asunder.
TR, ωστε ουκετι εισιν δυο αλλα σαρξ μια ο ουν ο θεος συνεζευξεν ανθρωπος μη χωριζετω
Translit interlinear,hôste {sehingga} ouketi {bukan lagi} eisin {adalah} duo {dua} alla {melainkan} sarx {daging/ tubuh} mia {satu} ho {apa yang} oun {karena itu} ho theos {Allah} sunezeuxen {telah menyatukan} anthrôpos {manusia} mê {janganlah} khôrizetô {memisahkan}

Begitu seriusnya persatuan dan kesatuan suami istri itu terlihat ketika Yesus mencela kasus peceraian (yang terjadi bukan karena zinah) yang sekalipun sudah terlanjur cerai, namun statusnya masih dianggapNya tetap terikat dalam kesatuan perkawinan.

STATUS-QUO ini dicerminkan lewat ayat-ayat sbb :

"Setiap orang yang menceraikan istrinya, maka ia hidup dalam perzinahan terhadap istrinya itu. Dan siapapun yang kawin dengan perempuan itu, ia berbuat zinah!" (lihat Matius 1-9; Markus 10:1-12).

MONOGAMI YESUS

Kita cermati lagi ayat ini:
* Matius 19:5
LAI TB, Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki (bentuk tunggal) akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya (bentuk tunggal), sehingga keduanya itu menjadi satu daging."
KJV, And said, For this cause shall a man leave father and mother, and shall cleave to his wife: and they twain shall be one flesh?
TR, και ειπεν ενεκεν τουτου καταλειψει ανθρωπος τον πατερα και την μητερα και προσκολληθησεται τη γυναικι αυτου και εσονται οι δυο εις σαρκα μιαν
Translit interlinear, kai {dan} eipen {Ia berkata} eneken {oleh karena} toutou {ini} kataleipsei {akan meninggalkan} anthrôpos {laki-laki, noun - nominative singular masculine} ton patera {ayahnya} kai {dan} tên mêtera {ibunya} kai {dan} proskollêthêsetai {akan disatukan} tê gunaiki {dengan istri, noun - dative singular feminine} autou {-nya} kai {akan} esontai {akan menjadi} hoi duo {dua} eis {dalam} sarka {daging/ tubuh} mian {satu}

Tunggal:
Nominatif, γυνη - gunê
Genitif, γυναικος - gunaikos
Datif, γυναικι - gunaiki
Akusatif, γυναικα - gunaika

Jamak:
Nominatif, γυναικες - gunaikes
Genitif, γυναικων - gunaikôn
Datif, γυναιξιν - gunaixin
Akusatif, γυναικας - gunaikas

Vokatif :
γυναι – gunai

Kita lihat juga rujukan ayat-ayat lain dalam Perjanjian Baru :

* Efesus 5:33
LAI TB, Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu (bentuk tunggal) seperti dirimu sendiri dan isteri (bentuk tunggal) hendaklah menghormati suaminya.
KJV, Nevertheless let every one of you in particular so love his wife even as himself; and the wife see that she reverence her husband.
TR, πλην και υμεις οι καθ ενα εκαστος την εαυτου γυναικα ουτως αγαπατω ως εαυτον η δε γυνη ινα φοβηται τον ανδρα
Translit interlinear, plên {tetapi} kai {juga} humeis {kalian} hoi kath hena {satu demi satu} ekastos {masing-masing} tên heautou {-nya sendiri} gunaika {istri, noun - accusative singular feminine} houtôs {dengan demikian} agapatô {kasihilah} hôs {seperti} heauton {dirinya sendiri} ê de {dan} gunê {istri} hina phobêtai {hendaknya menghormati} ton andra {suami, noun - accusative singular masculine}

* Titus 1:6
LAI TB, yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu istri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib."
KJV, If any be blameless, the husband of one wife, having faithful children not accused of riot or unruly.
TR, ει τις εστιν ανεγκλητος μιας γυναικος ανηρ τεκνα εχων πιστα μη εν κατηγορια ασωτιας η ανυποτακτα
Translit interlinear, ei {jika} tis {ada orang} estin {adalah} anegklêtos {yg tidak bercela} mias {dari hanya satu} gunaikos {istri, noun - genitive singular feminine} anêr {suami, noun - nominative [i]singular masculine[/i]} tekna {anak-anak} ekhôn {mempunyai} pista {yg percaya} mê {tidak} en {dalam} katêgoria {tuduhan} asôtias {kecerobohan} ê {atau} anupotakta {tidak patuh}

Itulah monogami ajaran Yesus yang tidak berkompromi dengan pelbagai akal-akalan zinah dan cerai-modern yang mengatas-namakan macam-macam istilah dan "kepraktisannya", antara lain :
1. Poligami sosial, demi menolong si-dia dan/ atau keluarganya
2. Kawin kontrak, demi menghindari zinah kepelacuran, atau melonggarkan ikatan seumur hidup yang sulit diantisipasikan.
3. Free-sex atas dasar suka-sama suka, tak akan merugikan siapa-siapa, mutlak urusan prive.
4. Kumpul-kebo, uji-coba perkawinan untuk mengurangi resiko cerai, serta meringankan dosa zinah, dan menghemat biaya perkawinan.
5. Cerai karena tidak cocok, daripada-daripada hidup seperti di neraka, setiap hari berdosa?
6. Cerai karena mandul, kan kawin untuk itu, untuk pembenihan generasi? Dll.

Hubungan suami-istri yang dianggap tidak lagi menguntungkan, melainkan yang membawa penderitaan tragis, kini telah menjadi dasar yang absah untuk perceraian. Istilah tipuan untuk menjagoi perecraian adalah : DARI PADA. "Daripada-daripada hidup seperti di neraka, lebih baik…." dan Anda tahu apa terusan kalimatnya! (bercerai, bunuh diri, membunuh si dia, membakar/ meracuni …ooh…begitu mengerikan!).

Namun perkawinan yang dianggap gagal belum mesti gagal. Paradigma, ekspektasi (harapan) dan usaha, masih bervariasi sangat luas yang dapat diteroboskan secara determinatif didalam Tuhan. Perkawinan yang "gagal" bukanlah suatu neraka-final. Ia adalah sebuah perjalanan keras, pencobaan berat. Sebaliknya, perceraian yang "sukses", bukanlah sukses kehidupan. Malahan dihadapan Tuhan "perceraian sukses" adalah lebih gagal ketimbang "perkawinan yang dianggap gagal". Perecraian sukses ini bukan keluar dari neraka, melainkan sedang masuk kedalam neraka-zinah, baik bagi suami maupun istrinya. Tidak banyak lagi pasangan yang sadar bahwa itu adalah tipu-daya dan cengkeraman setan.

Kita percaya pasangan yang siap-siap cerai telah berjuang keras mencoba segala sesuatu. Mengandalkan teman dan famili, penasihat perkawinan, sampai-sampai kepada "orang-pintar" dan pengacara-perceraian. Namun kita lebih percaya bahwa mereka belum cukup berseru melibatkan Yesus yang Imanuel, "Allah yang menyertai kita" yang berjanji : "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5).

Suami dan istri yang siap-siap bercerai adalah orang-orang yang rebutan menempatkan dirinya masing-masing menjadi penguasa rumah-tangga. Mereka lupa bahwa Tuhanlah kepala-keluarganya yang sejati, sebab cinta dan perkawinan itu adalah design Tuhan. Namun seringkali Tuhan tidak dilibatkan dalam kasus yang satu ini secara memadai, dalam kuasa Roh Kudus. Padahal Yesus berjanji bahwa : "Bapa akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."(Lukas 11:13). Dan Dia membuktikannya kepada murid-muridNya : "Terimalah Roh Kudus" (Yohanes 20:22) yang memampukan murid-murid ini menghadapi segala medan perjuangan tanpa kecuali, hingga mati! Ini adalah kuasa ilahi yang memampukan kita untuk mematahkan supremasi setan, yang tidak bisa kita patahkan sendirian dengan akal Einstein. Sebab "segala perkara dapat kutangung didalam Dia (bukan diluarnya) yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 3:14). Sangat banyak sekali kesaksian yang bisa diberikan, bahwa jiwa yang tak putus-putusnya menjerit memohon belas-kasih Tuhan – Sang designer perkawinan – mendapati rumah-tangganya dipulihkan kembali pada saat yang "mustahil".

Selasa, 19 Mei 2015

Rights of God

Song of Isaiah 5: 1-7 which describes Israel as a vineyard of God has taught me that God has the right to expect love, worship, and observance of those who blessed him. Unfortunately, like the people in Isaiah's day, many of us are showing a little gratitude. And we deliberately undermine the moral laws of his. When we behave like this, God certainly has the right to impose penalties.

History reveals that when a nation ignores God and reject His Word, the nation will reap bitter fruit.

On this day, we are reminded again of the freedom that we enjoy. We should really appreciate this independence. However, sometimes we shrugged, less concerned about the people who get the blessing is not too much. We become a nation of individuals who selfishly impose right, do things that are not fair to the others, and do not think about their welfare.

At worst, when demand for personal independence, we do not really listen to God's rights. Therefore, we need to realize that He is the master of the vineyard. He expects us to bear the fruit of love and obedience, and instead of sour grapes taste ungrateful and evil (Isaiah 5: 2).

When we give thanks to God for our rights, let us not forget the rights of God.

Senin, 18 Mei 2015

Menggali Harta Karun

Bacaan: Amsal 2:1-9

NATS: Tuhan-lah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Amsal 2:6)

Pemahaman Alkitab yang bermanfaat melibatkan lebih dari sekadar membuka sebuah pasal dan membaca apa yang tertulis di sana. Berikut ini tujuh panduan untuk membantu Anda memperoleh hasil yang maksimal dari waktu pemahaman Alkitab Anda.

1. Luangkan waktu secara teratur. Jika Anda tidak menjadwalkannya, Anda akan melalaikannya.

2. Sebelum mulai membaca, mintalah pertolongan dan pengertian dari Allah.

3. Pikirkan dengan saksama apa yang Anda baca. Tidak semua harta karun Alkitab tergeletak seperti kerikil di atas permukaan. Untuk menambang emas, Anda harus menggali.

4. Berusahalah memahami perkataan sang penulis kepada umat pertama yang membaca buku atau surat itu sebelum Anda memutuskan menerapkannya pada saat ini.

5. Catatlah paling sedikit satu kebenaran atau prinsip yang dapat Anda praktikkan.

6. Cobalah berbagai terjemahan Alkitab. Jika Anda melewatkan kalimat-kalimat tertentu karena kata-kata yang Anda baca sudah terlalu sering dijumpai, maka sebuah terjemahan dapat memusatkan pikiran Anda pada bagian itu dengan cara baru.

7. Jangan putus asa. Ada beberapa bagian Alkitab yang lebih menarik daripada yang lain, dan beberapa bagian mungkin tidak Anda mengerti sama sekali. Namun ada cukup banyak yang dapat Anda pahami, itu akan mengubah hidup jika diterapkan. Kini bacalah kembali ayat-ayat hari ini dengan mengingat prinsip-prinsip di atas. Kemudian cobalah lagi besok. Anda akan mulai menemukan harta karun di dalam Alkitab.

HARTA KARUN ALKITAB DITEMUKAN OLEH MEREKA YANG MENGGALINYA.

Minggu, 17 Mei 2015

Apakah orang kristen sudah memahami arti mengasihi??

Bacaan: Matius 22:34-40

NATS: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Imamat 19:18).

Agaknya kita kurang memahami perintah untuk mengasihi. Kita mungkin mengakui iman kita kurang kuat, namun kita jarang mengakui bahwa kita kurang mengasihi. Mungkin kita merasa mengasihi sama seperti orang lain, dan mungkin sedikit lebih banyak.

Lagi pula, kita peka terhadap penderitaan orang lain. Hati kita tersentuh oleh istri-istri yang dipukuli dan anak-anak yang disiksa saat membaca tentang hal itu di surat kabar. Kita menggeliat gelisah di depan TV saat melihat anak-anak kecil menangis kelaparan atau duduk dalam keputusasaan yang hening melampaui tangisan.

Namun jauh di dalam hati, kita tahu bahwa kepedulian yang sejati bukan sekadar perasaan, tetapi diwujudkan dalam tindakan. Kepedulian, seperti uap air atau listrik, tidak berarti banyak kecuali ada sesuatu yang terjadi sebagai akibatnya. Kasih tanpa perbuatan adalah sia-sia, sama seperti bakat yang tidak ditunjukkan lewat cara-cara yang kreatif adalah kesia-siaan. Keduanya harus diekspresikan, jika tidak, keduanya tidak lebih baik daripada sebuah mitos.

Karena kita tidak dapat melakukan semuanya, kita kerap kali tidak melakukan apa-apa. Jika Anda ingin menjadi orang yang penuh kasih, janganlah mulai dengan menanggung kebutuhan seisi dunia. Mulailah dengan memerhatikan satu orang dan berkembanglah dari situ.

Anda tidak dapat melakukan semuanya, namun Anda dapat melakukan sesuatu. Apa yang dapat Anda lakukan, Anda perlu lakukan. Hari ini, putuskanlah bahwa di dalam kuasa dan anugerah Allah, Anda akan melakukannya.

DI DALAM DUNIA YANG KURANG PEDULI KITA HARUS MENJADI ORANG-ORANG YANG SANGAT PEDULI.

Jangan Cemas

Bacaan: Matius 6:25-34

NATS: Janganlah kamu khawatir ... Bapamu yang di surga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu (Matius 6:31,32).

Sudah 3 bulan lebih saya kehilangan pekerjaan. Sebab itu, saya senang ketika mendengar kabar dari teman saya bahwa ia menawarkan pekerjaan baru kepada saya.

"Kami sekeluarga pun berdoa, saya pun bahagia bahwa saya akan segera mendapatkan pekerjaan baru, tapi kenyataannya saya tidak diterima di perusahaan itu. Saya pun kecewa dan panik.

Sebagai manusia kita memang sering dengan mudah menjadi panik ketika menghadapi masalah yang serius, misalnya kehilangan pekerjaan, anggota keluarga yang terkena kanker, anak yang suka melawan.

Kita pun berdoa, dan menyibukkan diri. Kita mulai melakukan segala sesuatu yang kita anggap bisa membawa kita ke arah yang positif.

Dan, kita cemas. Kita tahu bahwa itu hanya memboroskan waktu. Namun, banyak di antara kita terjebak dalam dilema ini. Kita tahu bahwa kita harus memercayai Allah, tetapi kita bertanya-tanya tentang apa yang kira-kira akan Dia lakukan.

Inilah saatnya bagi kita untuk berpaling kepada firman-Nya, dan mengingat bahwa Dia berjalan bersama kita dan meminta kita menyerahkan segala kekhawatiran dan beban kita kepada-Nya. Kitab Suci menyatakan, "Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu" (1 Petrus 5:7), dan "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:19).

Ketika pikiran Anda mencemaskan masa depan, ingatlah bahwa "Bapamu yang di surga tahu" (Matius 6:32) dan akan memberi Anda apa yang Anda butuhkan.

KECEMASAN ADALAH BEBAN
YANG TIDAK PERNAH DIKEHENDAKI ALLAH UNTUK KITA PIKUL.

Mengubah Firman?

Bacaan: 2Timotius 3

NATS: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat (2Timotius 3:16).

Alkitab, yang merupakan firman Allah tertulis, dapat mengubah hidup kita. Pesan keselamatannya tentu saja membuat perubahan yang paling mendalam di dalam diri kita. Akan tetapi, Kitab Suci juga dapat mengubah cara kita dalam memperlakukan orang lain. Ia dapat memberikan dasar yang kokoh bagi masyarakat dengan pengajarannya yang jelas terhadap lembaga-lembaga yang ada di masyarakat seperti pernikahan, keluarga, dan gereja.

Tetapi apa yang terjadi ketika apa yang dikatakan Alkitab—sebagaimana dipahami selama berabad-abad oleh orang-orang percaya yang terpelajar dan juga para mahasiswa teologi—ditolak? Mereka yang menolak pengajarannya berusaha mengubah firman Allah.

Dua kata Yunani dapat menjelaskan hal ini: eisegese dan eksegese. Eisegese adalah proses pembacaan teks untuk menarik pesan yang tidak tercantum dalam teks—menyelipkan suatu makna yang mengalir dari tindakan pribadi. Sebaliknya, eksegese berarti menarik makna yang jelas-jelas tersirat dari teks, dengan menggunakan konteks, bagian teks Kitab Suci lain yang memiliki topik sama, dan peralatan yang sah untuk memahami Alkitab seperti tafsir.

Bukannya berusaha mengubah firman Allah agar sesuai dengan gagasan kita sendiri, marilah kita mengizinkan firman Allah mengubah diri kita. Ketika kita membaca firman Allah dan menaati-Nya, Roh Kudus mengubah kita menjadi orang yang dikehendaki Allah.

Jangan mengubah firman Allah—izinkanlah firman itu mengubah Anda.

ALKITAB ADALAH KEBENARAN KEKAL DAN KEINDAHAN YANG TIDAK PERNAH PUDAR

Sabtu, 16 Mei 2015

Gereja yang Perduli

Bacaan: Kisah 2:41-47

NATS: Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (Kisah 2:42).

Pendeta dan penulis Greg Laurie ber-kata bahwa gereja disebut well (baik) adalah gereja-gereja yang melakukan kegiatan-kegiatan ini:

W-orship [menyembah]

E-vangelize [menginjili]

L-earn [belajar]

L-ove [mengasihi]

Seperti jemaat mula-mula, kita pun kini harus aktif melakukan hal-hal di atas.

Worship [menyembah]. Kita harus berkumpul untuk bersekutu, memecahkan roti, berdoa, dan mengidungkan puji-pujian (Rasul 2:42,47). Allah harus menjadi fokus dari segala yang kita lakukan di gereja-Nya.

Evangelize [menginjili]. Saat kita membagikan firman Allah, Tuhan akan menambahkan jumlah orang percaya (ayat 47). Kita dapat terlibat dalam penyebaran firman Allah dengan mengembangkan persahabatan, dengan memberikan traktat tentang Injil, atau dengan membagikan ayat-ayat Kitab Suci pada seseorang yang tak dikenal.

Learn [belajar]. Kita harus terus mempelajari doktrin yang diajarkan oleh para pemimpin yang berkualitas (ayat 42). Alkitab dipenuhi berbagai petunjuk mengenai hidup, dan kita harus mengambil setiap kesempatan untuk mempelajarinya, menerapkannya dalam hidup kita, serta mengajar sesama.

Love [kasih]. Kita harus berbagi dengan setiap orang yang memerlukan, dan menikmati persekutuan dengan orang percaya lainnya secara teratur (ayat 45,46).

Gereja yang jemaatnya menyembah, menginjili, belajar, serta mengasihi, akan menjadi gereja yang baik, efektif bagi masyarakat, dan dihargai semua orang (ayat 47).

DUNIA YANG PUTUS ASA MEMBUTUHKAN GEREJA YANG PEDULI.

Jumat, 15 Mei 2015

Love The Sacrifice

Reading: John 15: 9-17

NATS: There is no greater love than the love that a man lay down his life for his friends (John 15:13).

As I reflect on Matthew 15: 5, I wondered to myself, what the intent and purpose of the Lord Jesus expressed this doctrine, namely the sense of giving their lives for Christ and friends? In John 15 this, I note that Christ taught about sacrificial love.

At first, Jesus said, "This is my commandment, That ye love one another as I have loved you" (Matthew 15:12). Then he describes the advanced full of such love, "There is no greater love than the love of a man who gives his life for his friends (Matthew 15:13). Jesus was willing to die for us. Then we should be willing to die for Him and our friends..

Then he added, "You are my friends if you do what I command you" (Matthew 15:14). Jesus does not mean to say that we can be His friend only if we die for him. We also become his friend if we obey Him. In the presence of God, obeying Him as a living sacrifice is our way to give life to Him (Romans 12: 1)..

Likewise, we do not have to die for our friends, but there are various other ways to make sacrifices for them. We can sacrifice our solid plan and schedule to pay attention to someone in need. Or, we can donate our possessions to the poor..

Sacrifices like that, though seem trivial, it can be an incredible way to give our lives for our friends, if we sacrifice with great eagerness and in the Spirit of Christ's love...

THE MORE YOU CLOSE TO GOD
MORE OF YOUR HEART TO OTHERS.

Kasih yang Berkorban

Bacaan: Yohanes 15:9-17

NATS: Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yohanes 15:13).

Apa artinya memberikan nyawa kita bagi Kristus dan sahabat-sahabat kita?

Dalam Yohanes 15, perhatikan logika Kristus saat Dia mengajarkan tentang kasih yang penuh pengorbanan.

Mula-mula Ia berkata, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (ayat 12). Kemudian Dia menggambarkan lanjutan seutuhnya dari kasih semacam itu, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (ayat 13). Yesus rela mati bagi kita. Maka kita seharusnya bersedia mati bagi Dia dan teman-teman kita.

Lalu Dia menambahkan, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (ayat 14).

Yesus tidak bermaksud mengatakan bahwa kita dapat menjadi sahabat-Nya hanya apabila kita mati untuk Dia. Kita juga menjadi sahabat-Nya jika kita menaati-Nya. Di hadapan Allah, menaati-Nya sebagai pengorbanan yang hidup merupakan cara kita memberikan nyawa bagi-Nya (Roma 12:1).

Demikian juga kita tidak harus mati untuk sahabat-sahabat kita, tetapi ada berbagai cara lainnya untuk berkorban bagi mereka.
Kita dapat mengorbankan rencana dan jadwal padat kita untuk memberi perhatian kepada seseorang yang membutuhkan. Atau, kita dapat mendermakan harta milik kita bagi kaum miskin.
Pengorbanan-pengorbanan seperti itu, meskipun tampak sepele, dapat menjadi cara yang luar biasa untuk memberikan nyawa kita bagi sahabat-sahabat kita, jika kita berkorban dengan kerelaan hati dan dalam Roh kasih Kristus.

SEMAKIN DEKAT ANDA KEPADA ALLAH SEMAKIN BESAR HATI ANDA UNTUK SESAMA.

Tanpa Tahu Tujuan

Bacaan: Ibrani 11:8-16

NATS: Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil ..., lalu ia berangkat tanpa mengetahui tempat yang ditujunya (Ibrani 11:8).

Salah satu ganjalan terbesar yang kita hadapi dalam mengikut Kristus adalah ketakutan tentang hal-hal yang tak diketahui. Kita ingin mengetahui lebih dulu hasil dari ketaatan kita dan ke mana Dia sedang membawa kita. Namun, kita hanya diberi jaminan bahwa Dia beserta kita dan bahwa Dia memegang kendali. Dan dengan jaminan itu, kita mengambil risiko untuk berjalan tanpa tahu tujuan bersama-Nya.

Abraham memberikan teladan mengenai respons seseorang yang bersedia berjalan bersama Allah ke masa depan yang tak pasti.
"Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat tanpa mengetahui tempat yang ditujunya" (Ibrani 11:8).

Abraham tahu bahwa Allah telah memanggilnya dan telah memberi sebuah janji dan hal itu cukup. Ia bersedia memercayakan masa depannya kepada Tuhan.

Kita dapat melakukan hal yang sama dengan memercayakan masa depan kita kepada Tuhan dan melangkah dengan iman. Sewaktu kita berdiri di ambang tahun yang baru, kiranya doa iman dan harapan ini menjadi milik Anda :

Oh Tuhan Allah, yang telah memanggil kami, hamba-hamba-Mu,
Ke dalam ketidakpastian yang ujungnya tidak dapat kami lihat,
Melalui jalan yang belum pernah dilalui,
Dan bahaya yang tidak diketahui,
Berikanlah kami iman untuk pergi dengan keberanian,
Meskipun kami tidak tahu ke mana kami pergi
Namun kami hanya tahu bahwa tangan-Mu memimpin kami
Dan kasih-Mu menopang kami. Amin!

PERGILAH DENGAN IMAN KEPADA ALLAH MESKIPUN ANDA TIDAK MENGETAHUI TUJUANNYA.

Kamis, 14 Mei 2015

Suka Mengeluh

Bacaan : Bilangan 11:1-10

NATS : Bangsa itu bersungut-sungut di hadapan Tuhan ... dan ketika Tuhan mendengarnya bangkitlah murka-Nya (Bilangan 11:1)

Alkisah, ada seorang petani yang terkenal karena sikapnya yang negatif. Suatu hari seorang tetangga berhenti dan mengomentari tanaman si petani yang tumbuh dengan subur.
"Anda pasti sangat gembira dengan panen tahun ini," katanya. Si petani dengan enggan menjawab, "Ya, betul, memang kelihatannya baik. Tetapi hasil bumi yang istimewa ini sangat sulit ditanam."

Bangsa Israel juga suka mengeluh. Dengan penuh keajaiban Allah telah memelihara mereka selama menempuh perjalanan melalui gurun yang ganas, tetapi mereka terus-menerus mengeluh.

Misalnya, mereka mengomel tentang manna yang disediakan dengan begitu murah hati oleh Allah. Ketika teringat akan ikan, timun, melon, bawang prei, bawang merah, dan bawang putih dari Mesir, mereka pun merajuk, "Tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat" (Bilangan 11:6).

Betapa tidak bersyukurnya mereka!

Kadang-kadang kita juga cenderung memikirkan hal-hal yang negatif daripada yang positif.
Kita menggerutu dan melawan Tuhan, saat kita seharusnya memuji Dia atas berkat-berkat-Nya yang tiada habisnya.
Saat Allah mengizinkan kekecewaan dan kehilangan terjadi dalam hidup ini demi kebaikan rohani kita, maka kita begitu larut untuk membiarkan hal-hal itu mengalihkan perhatian kita dari kasih Allah.

Apabila kita tergoda untuk mengomel dan tidak bersyukur, ingatlah akan peringatan dari Bilangan 11:1, "Bangsa itu bersungut-sungut di hadapan Tuhan ... dan ketika Tuhan mendengarnya bangkitlah murka-Nya"

SEBAGIAN ORANG MENJALANI HIDUP DENGAN BERSUNGUT-SUNGUT.

Selasa, 12 Mei 2015

Kaum Miskin

Bacaan: Ulangan 15:7-11

NATS: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu (Ulangan 15:11)

Orang itu duduk di sudut jalan dari hari ke hari untuk mengemis. Ia miskin dan sungguh-sungguh mengharap akan mendapat sedikit uang untuk membeli makanan. Ia tidak sendiri. Lebih dari setengah jumlah penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan internasional, yaitu berpendapatan kurang dari dua puluh ribu rupiah sehari.

Kemiskinan dan kelaparan adalah masalah-masalah besar di dunia kita yang mudah membuat kita merasa tak berdaya atau menjadi berhati batu serta tidak berbuat apa pun. Namun, Allah tidak menutup mata terhadap penderitaan orang-orang miskin. Saat Dia memberikan tuntunan hidup bagi umat-Nya, Dia juga menambahkan perintah untuk memerhatikan orang-orang yang membutuhkan (Ulangan 15:11).
Dia berkata kepada umat-Nya, "Janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu, tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan" (ayat 7,8).

Allah juga memerintahkan umat-Nya supaya jangan membabat habis hasil ladang mereka sampai ke tepi, sehingga mereka yang kurang beruntung dapat mengumpulkan sisa-sisa hasil ladang untuk makanan mereka (Imamat 19:9,10).

Yesus pun peduli terhadap kaum miskin melalui perkataan dan tindakan-Nya.

Sebagai orang kristiani, kita harus memerhatikan kaum miskin. Masing-masing pribadi dan gereja dapat bergabung di organisasi kristiani yang melawan kemiskinan sambil mewartakan firman Allah. Allah memedulikan kaum miskin. Bagaimana dengan kita?

ALLAH TELAH MENCUKUPI KEBUTUHAN KITA SEHINGGA KITA DAPAT BERBAGI DENGAN ORANG YANG MEMBUTUHKAN.

Senin, 11 Mei 2015

Memerhatikan Orang Lain

Bacaan: Filipi 2:3-8

NATS: Janganlah tiap-tiap orang hanya memerhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (Filipi 2:4).

Dengan memiliki sikap memberi diri, berarti kita memperlihatkan hakikat karakter Yesus, karena natur-Nya memang senantiasa lebih memikirkan orang lain daripada diri-Nya sendiri. Dia telah merendahkan diri-Nya dan "taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Filipi 2:8).

Kecenderungan alami kita adalah pertama-tama memikirkan kepentingan diri sendiri, yaitu memandang segala sesuatu dari perspektif kebutuhan dan keinginan kita sendiri.
Namun, dengan pertolongan Yesus, kita dapat menghilangkan kebiasaan tersebut. Kita dapat mulai memikirkan kepentingan utama orang lain, yang berupa keinginan, urusan, dan kebutuhan mereka.

Dengan demikian, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita menganggap kepentingan orang lain lebih penting daripada kepentingan kita?
Apakah kegembiraan yang kita rasakan saat melihat Allah bekerja di dalam dan melalui mereka, sama besarnya dengan kegembiraan yang kita rasakan saat Allah bekerja di dalam dan melalui diri kita?
Apakah kita rindu untuk melihat orang lain bertumbuh di dalam kasih karunia dan mendapatkan pengakuan dari orang lain, padahal mereka berhasil karena usaha yang telah kita lakukan?
Apakah kita merasakan kepuasan ketika melihat anak-anak rohani kita mengungguli kita dalam pekerjaan yang menjadi panggilan mereka? Jika ya, itulah yang menjadi ukuran kebesaran seseorang.

Kita menjadi sangat serupa dengan Tuhan apabila kita lebih memikirkan orang lain daripada diri sendiri. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada itu (Yohanes 15:13).

SEMAKIN BESAR KASIH ANDA KEPADA TUHAN
SEMAKIN BESAR KASIH ANDA KEPADA SESAMA.

More Big love You to GOD, More Big Love you to others

Reading: Philippians 2:3-8

NATS: Do not everyone just watched his own interests, but the interests of others as well. (Philippians 2:4)

By having the self-giving attitude, then we show the essence of the character of Jesus, because His nature is always more concerned with others than himself. He has humbled himself and "obedient unto death, even death on a cross" (Philippians 2:8)

Our natural tendency is to first think of self-interest, which is looking at everything from the perspective of our own needs and desires. However, with the help of Jesus, we can eliminate the habit.
We can begin to think of the main interests of others, in the form of desire, affairs, and their needs.

Thus, we need to ask ourselves : Do we consider the interests of others is more important than our interests? Are excitement we feel at the sight of God working in and through them, as great as the joy we feel when God works in and through us?
Do we desire to see others grow in grace and gain recognition from others, when they succeeded because of the efforts we have done?
Do we feel satisfaction when seeing our spiritual children surpass us in the work that into their call?
If yes, that is the size of one's greatness.

We become very similar to God if we think more of others than themselves. There is no greater love than that (John 15:13).

MORE BIG LOVE YOU TO GOD
MORE BIG LOVE YOU TO OTHERS.

Hati Gereja

Bacaan: 1Tesalonika 3:6-13 

NATS: Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang (1Tesalonika 3:12) 

Apa ukuran keberhasilan sebuah gereja? Pengunjung yang begitu banyak saat kebaktian Minggu pagi? Keuangan yang jumlahnya bermiliar-miliar? Gedung gereja yang mengikuti perkembangan zaman? 
Kita semua mengetahui bahwa hal-hal ini bukanlah kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu gereja. Entah gereja Anda dipenuhi orang sebanyak satu stadion, ataupun hanya dihadiri oleh beberapa orang, jumlah bukanlah ukuran yang digunakan Allah untuk sebuah keberhasilan. Dia lebih melihat pada hati gereja tersebut. 

Rasul Paulus mendirikan sebuah gereja yang penting di Tesalonika, ibukota Makedonia. Ia menunjukkan hasratnya terhadap anggota gereja di sana ketika ia menulis, "Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang.... Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus" (1 Tesalonika 3:12,13). 

Dengan kata-kata ini, Paulus menunjukkan kepada kita dua karakterisik yang penting bagi keberhasilan jemaat, yaitu mengasihi satu sama lain dan kekudusan. Jemaat, gedung gereja, serta keuangan bisa berbeda-beda keadaannya. Ukuran keberhasilan yang sesungguhnya ditunjukkan oleh adanya para pengikut Kristus yang mengasihi Allah serta sesamanya, dan berkomitmen untuk hidup kudus. 

Tantangan bagi kita dapat ditemukan dalam kata-kata Nabi Mikha, "Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (6:8).

GEREJA KECIL DENGAN VISI BESAR MEMILIKI PENGARUH LEBIH BESAR DIBANDINGKAN GEREJA BESAR DENGAN VISI KECIL

Sabtu, 09 Mei 2015

Belajar dari Yakub

Bacaan: Kejadian 47:1-10

NATS: Jawab Yakub kepada Firaun, "... Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya" (Kejadian 47:9)

Kehidupan Yakub penuh pencobaan. Demikian pula hidup kita.
Hidup menekan dan membatasi kita, menimpakan beban yang tidak ingin kita pikul. Akan tetapi penderitaan yang paling tidak adil, paling tidak layak kita terima, paling sia-sia, adalah kesempatan bagi kita untuk menanggapinya dengan cara yang dapat digunakan oleh Tuhan untuk mengubah kita menjadi serupa dengan-Nya.

Kita dapat bersukacita dalam pencobaan yang kita hadapi, karena kita tahu bahwa kesulitan membuat kita "sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun" (Yakobus 1:3,4). Tetapi ini perlu waktu.

Kita menginginkan hasil yang cepat, tetapi tidak ada jalan pintas menuju tujuan akhir yang Allah tentukan bagi kita. Satu-satunya cara untuk bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus adalah dengan tunduk setiap hari pada kondisi yang Allah sediakan bagi hidup kita. Apabila kita menerima kehendak-Nya dan tunduk pada jalan-Nya, maka kekudusan-Nya akan menjadi milik kita. Perlahan-lahan tetapi pasti, Roh Allah mulai mengubah kita menjadi manusia yang lebih baik, lebih lembut hati, lebih tegar, lebih kuat, lebih kokoh dan lebih bijak. Prosesnya misterius dan tidak bisa dipahami, tetapi demikianlah cara Allah melimpahi kita dengan rahmat dan keindahan. Kita pasti mengalami kemajuan.

Ruth Bell Graham mengatakan, semoga Allah memberi kita rahmat "untuk memikul panasnya api pembersihan, supaya beban kita tidak terasa semakin berat, tetapi kita dapat ikut memikul bagian penderitaan kita dan beban kita tetap ringan, dalam nama Yesus"

ALLAH SERING MENGOSONGKAN TANGAN KITA UNTUK MENGISI HATI KITA.

Jumat, 08 Mei 2015

Tersingkir

Bacaan: 2Samuel 15:13-26

NATS: Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (Mazmur 73:26)

Daud melarikan diri dari Yerusalem, diusir dari rumah oleh putranya, Absalom, yang telah mengumpulkan tentara untuk mendukungnya. Dalam pelariannya, ia memerintah Zadok, imamnya, membawa tabut Allah kembali ke Yerusalem dan memimpin bangsanya menyembah Allah di sana. "Jika aku mendapat kasih karunia di mata Tuhan, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya. Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya" (2Samuel 15:25,26).

Mungkin, seperti Daud, Anda telah kehilangan kekuatan untuk menetapkan langkah. Seseorang telah mengambil alih hidup Anda, atau begitu tampaknya.

Mungkin Anda khawatir jika perubahan keadaan dan manusia telah menghancurkan semua rencana Anda. Namun, tak ada yang dapat menghalangi kehendak Allah yang penuh kasih. Tertulianus (150-220 M) menulis, "[Jangan menyesali] sesuatu yang telah dirampas ... oleh Tuhan Allah, yang tanpa-Nya tak sehelai daun pun dapat terlepas dari pohonnya, atau burung pipit yang paling tidak berharga sekalipun dapat jatuh ke bumi."

Bapa surgawi tahu bagaimana memelihara anak-anak-Nya dan hanya akan mengizinkan apa yang menurut-Nya baik. Kita dapat bersandar pada hikmat dan kebaikan-Nya yang tiada terhingga.

Sebab itu, kita dapat berkata seperti Daud, "Maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya"

Saat kau tak berdaya dalam pusaran kehidupan,
Kekuatan kuasa Allah akan menopangmu;
Kekuatanmu yang merosot akan dipulihkan,
Karena Dia Allah yang peduli padamu.

KITA DAPAT MENANGGALKAN KEKHAWATIRAN KITA
BERSAMA ALLAH
KARENA ALLAH PEDULI

Pemimpin atau Pengikut?

Bacaan: Lukas 5:27-32
NATS: Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku!" (Lukas 5:27)

Seorang teman dekat bertanya kepada Gandhi, "Jika kau begitu mengagumi Kristus, mengapa kau tak mau menjadi orang kristiani?" Konon Gandhi menjawab, "Bila aku bertemu dengan seorang kristiani yang benar-benar mengikut Kristus, aku akan mempertimbangkannya."

Namun, bukankah itu yang diharapkan dari seorang kristiani -- mengikut Kristus? Joe Stowell, mantan pimpinan Moody Bible Institute menulis dalam buku Following Christ: "Banyak di antara kita yang menghidupi iman kita seolah-olah Kristus hadir untuk mengikuti kita. Bahkan kita percaya bahwa Kristus hadir untuk memenuhi kebutuhan kita .... Bentuk tersamar dari agama yang melayani diri sendiri ini menempatkan Kristus hanya sebagai salah satu kebutuhan hidup, yang dapat menambah dan memberi daya pada impian-impian kita."

Ketika Yesus memanggil murid-murid untuk mengikuti-Nya, Dia menghendaki agar Dialah yang memimpin serta mengarahkan mereka; dan mereka mengikuti-Nya (Lukas 5:27). Seperti para murid itu, kita harus meninggalkan keinginan kita, taat kepadanya, dan memilih untuk "kehilangan" nyawa bagi-Nya (17:33).

Bila tak direnungkan dengan sungguh-sungguh, hal ini mungkin terdengar mudah dilakukan. Namun kenyataannya, kita tidak mungkin melakukannya sendiri. Hanya dengan memilih untuk melepaskan rencana-rencana kita sendiri setiap hari dan memercayai pimpinan Roh Kudus, kita dapat bekerja sama dengan Dia yang berkarya dalam hidup kita.

Demikianlah cara Allah mengajar kita agar menjadi pengikut-Nya yang taat, dan bukannya menjadi pemimpin.

AGAR DAPAT MEMBAWA ORANG LAIN KEPADA YESUS
ANDA HARUS LEBIH DULU BELAJAR MENGIKUTI DIA.