Kamis, 25 Mei 2017

"Menderita Tapi Bahagia"

Kerajaan Allah adalah satu tempat yang nyaman, satu tempat di mana Allah memerintah dalam kebenaran. Kerajaan Allah adalah tempat di mana Anda beroleh belas kasihan dan keselamatan. Ia adalah tempat di mana Anda dapat melihat Allah. Satu tempat yang indah, satu tempat yang spiritual – satu tempat di mana kemuliaan Allah dinyatakan dalam keselamatan. Setiap manusia akan menyaksikannya bersama. Pertanyaannya ialah: bagaimana kita dapat masuk ke dalam kerajaan Allah? Bagaimana kita dapat mewarisi kerajaan ini? Di sini kita mendapatkan jawabannya, tetapi mungkin bukan jawaban yang kita sukai, melainkan jawaban yang diberikan oleh Yesus, “Berbahagialah mereka yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” Bagaimana kita dapat mewarisi kerajaan Allah? Siapakah yang akan mewarisi kerajaan Surga? Mereka yang dianiaya oleh sebab kebenaran! Siapakah orang yang akan dianiaya oleh sebab kebenaran? Orang yang miskin di hadapan Allah, (yaitu orang yang bergantung sepenuhnya pada anugerah Allah karena mereka miskin, mereka tidak memiliki apa-apa), orang yang lapar dan haus akan kebenaran, orang yang murah hati terhadap orang lain, orang yang membawa damai. Mereka semua adalah orang yang sama. Ucapan-ucapan ini bukan menggambarkan orang yang berbeda-beda. Mereka adalah orang yang sama dengan aspek-aspek yang berbeda. Ini berarti jika Anda memulai dari permulaan, jika Anda rela menjadi miskin di hadapan Allah, jika Anda lapar dan haus akan kebenaran, jika Anda siap untuk membawa damai, jika Anda murah hati – Anda akan dianiaya. Jangan Anda keliru dalam hal ini. Anda pasti akan dianiaya.

Rasul Paulus mengatakan di 2 Timotius 3:12 kata-kata yang amat penting ini, “setiap orang yang mau hidup beribadah akan menderita aniaya.” Anda tidak perlu pergi mencarinya. Penganiayaan akan datang kepada Anda cepat atau lambat. Ini sangat penting karena jika Anda tidak pernah menderita penganiayaan, Anda dapat memastikan satu hal: terdapat sesuatu yang salah dengan kekristenan Anda! Kita diberkati jika kita dianiaya. Kita berbahagia jika kita menderita. Mengapa? Izinkan saya memberitahukan satu rahasia. Iblis tidak akan menyia-nyiakan waktunya atas Anda jika Anda tidak menyusahkannya. Ia tidak akan bersusah-susah menganiaya Anda karena Anda tidak menyusahkan dia sama sekali. Anda tidak membuat dia pusing, mengapa dia perlu menganiaya Anda? Anda bukan satu persoalan bagi Iblis. Iblis hanya akan menganiaya mereka yang menyusahkannya atau siapa saja yang dia tahu akan menyusahkan dia. Untuk apa ia menganiaya orang yang tidak menyusahkannya sama sekali? Kita dapat melihat bahwa salah satu sebab mengapa  penganiayaan adalah suatu berkat adalah karena ia menjadi bukti bahwa kehidupan Anda yang saleh menyusahkan Iblis. Bukan karena Anda kebetulan mempunyai suara yang lebih keras dari yang lain, atau bukan karena kamu dapat berbicara lebih baik dari yang lain. Iblis tidak kuatir dengan orang yang berbicara banyak – yang banyak omong kosong. Yang menganggu dia adalah orang yang kehidupannya memancarkan kemuliaan Allah, orang yang kehidupannya menunjukkan keindahan Kristus. Orang-orang seperti ini, Paulus memberitahu kita di 2 Timotius 3:12, yang menjalankan kehidupan yang saleh, kehidupan  yang serupa seperti Kristus, pasti akan menderita penganiayaan. Anda tidak mungkin luput dari penganiayaan. Jika kita tidak rela menderita menganiayaan, Yesus memberitahu kita dengan terus-terang, “Janganlah menjadi orang Kristen. Janganlah menjadi seorang Kristen yang disebut dalam Alkitab. Janganlah menjadi seorang murid yang sejati karena Anda akan menderita penganiayaan. Ini adalah satu jaminan.” Karena itu Yesus mengatakan bahwa jika Anda tidak rela memikul salib dan mengikut Dia, jika Anda tidak rela menderita, Anda tidak dapat menjadi murid-Nya. Anda tidak dapat bertahan sebagai murid-Nya.

Penderitaan adalah pintu gerbang dan jalan menuju Kerajaan Surga. Tidak ada jalan lain untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga melainkan melalui pintu gerbang penderitaan. Marilah kita membaca Kisah 14:22 di mana kita melihat bahwa itulah yang diajarkan oleh para rasul pada murid-murid pada zaman itu. Di sini Paulus baru saja diperlakukan dengan buruk, dilempari batu sehingga disangka sudah mati di kota Ikonium. Kita membaca di ayat 19, “Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.” Nah, Paulus banyak menderita terutamanya di tangan orang-orang Yahudi. “Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra”, – tempat di mana ia dilempari batu – “Ikonium dan Antiokhia. Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.”
Bagaimana Anda dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah? Kita harus mengalami banyak sengsara! Nah, itu satu uraian yang jelas sekali. Kesengsaraan digambarkan seperti satu pintu yang melaluinya kita masuk ke dalam Kerajaan Surga. Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. Kesengsaraan, penganiayaan, penderitaan adalah pintu gerbang dan jalan ke dalam Kerajaan Surga. Itu hampir sama seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri di Lukas 13:24, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu.” Berjuanglah untuk masuk! Bagaimana? Di mana? Melalui pintu yang sesak itu! Masuk ke dalam mana? Ke dalam Kerajaan Allah! Bagaimana? Melalui pintu yang sesak itu! Apakah pintu yang sesak itu? Pintu yang sesak itu adalah penganiayaan, kesengsaraan dan penderitaan.

Yesus tidak memperdayakan siapapun. Yesus tak serupa dengan begitu banyak penginjil yang melapisi obat dengan gula dan menyembunyikan fakta yang sebenarnya, dan berkata, “Jadilah seorang Kristen dan segala sesuatu akan menjadi menyenangkan. Semuanya akan baik-baik saja! Kamu hanya perlu menjadi orang Kristen!” Yesus berkata, “Tidak. Tidak. Aku akan berterus-terang dengan kamu. Kamu ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah? Kamu mau memperoleh hidup kekal? Pintu gerbangnya adalah penderitaan. Di dalamnya memang indah, tetapi untuk masuk ke dalam bukanlah hal yang mudah. Jalan itu adalah jalan yang sesak dan Anda harus berjuang untuk masuk” – kata Yunani bagi ‘berjuang’ mempunyai arti ‘menyiksa’. Panggilan kita adalah panggilan untuk menderita. Inilah pintu masuk menuju kerajaan Allah. Tidak seorangpun harus disesatkan dalam hal ini. Memang, di dalam Kerajaan Allah ada hidup, namun jalan menuju ke dalamnya adalah melalui kematian. Bagaimana lagi dapat kita memberitakan kebenaran selain dari cara yang disampaikan oleh Yesus, “Berbahagialah orang yang dianiaya (atau yang menderita) oleh sebab kebenaran, karena merekalah empunya Kerajaan Surga.” Orang macam inilah yang akan menjadi empunya Kerajaan Allah.

Saya akan menunjukkan kepada Anda dari firman Tuhan mengapa penderitaan itu begitu besar nilainya supaya pada waktu kita mengalami penderitaan, kita boleh bersukacita di dalamnya dan tidak menganggap bahwa sesuatu yang buruk telah menimpa diri kita. Hanya setelah kita memahami dari firman Tuhan bahwa penderitaan adalah suatu berkat yang luar biasa, kita dapat menyambutnya sebagai suatu berkat dan melihat penderitaan dari segi nilai rohaninya.

Di sini kita tidak akan berbicara tentang penderitaan secara umum. Saya bukan berbicara tentang penderitaan yang datang pada kita karena sakit penyakit karena, bagaimanapun, bukan saja orang Kristen yang sakit, tetapi orang tak-percaya juga. Saya tidak berbicara tentang penderitaan seperti ini. Maksud saya, bukan saja saya yang kurang sehat; orang tak-percaya juga banyak yang kurang sehat. Sakit-penyakit itu tidak secara khusus untuk orang Kristen. Tidak ada apa-apa yang spesial tentang itu. Sekalipun sakit-penyakit bukanlah penderitaan oleh sebab kebenaran, namun saya masih dapat menanggungnya dengan cara yang rohani dan memuliakan Allah. Bagaimana Anda memikul penderitaan itulah yang menentukan perbedaan di antara seorang Kristen dan seorang non-Kristen. Seorang Kristen yang merintih dan mengerang bilamana saja dia mengalami penderitaan sebetulnya tidak layak untuk disebut orang Kristen. Orang seperti ini tidak mengerti nilai rohani dari penderitaan. Di sini, kita berbicara tentang penderitaan demi kebenaran. Penderitaan itu datang karena kehidupan kita yang saleh, yang benar.

Saya ingin membagikan tujuh poin dari Alkitab tentang nilai rohani dari penderitaan supaya kita akan menyambutnya dengan sukacita apabila ia datang, mengingat bahwa ia adalah pintu masuk ke dalam Kerajaan Allah.

1. Kita Menderita karena Kita Bukan dari Dunia ini.
Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya di Yohanes 15:19, “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya” Mereka tidak akan menganiaya Anda karena Anda milik mereka. Mereka tidak akan menganiaya Anda. “…tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”  Dunia membenci Anda karena Anda bukan dari dunia. Sekiranya Anda dari dunia, dunia tidak akan menganiaya Anda. Dunia akan mengasihi Anda sebagai miliknya. Tetapi karena Anda bukan dari dunia, itulah sebabnya dunia membenci Anda, itulah sebabnya mereka menganiaya Anda. Dengan kata lain, Anda dianiaya sebagai seorang Kristen karena Anda memiliki satu tanda bahwa Anda bukan dari dunia. Bagaimana Anda memiliki tanda itu? Tentu saja, melalui kehidupan Anda yang benar! Dunia membenci kebenaran karena kebenaran menyebabkan ketidakbenaran menjadi menyolok. Kebenaran menelanjangkan dosa dunia.

2. Penderitaan Memurnikan Iman Kita.
Kedua, penderitaan merupakan suatu berkat karena ia memurnikan iman kita. Ia menguji kesejatian iman kita. Di 1 Petrus 1:6-7, persis itulah yang dikatakan oleh rasul Petrus kepada kita. Ia berkata, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu –  yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Kemurniaan iman kita diuji oleh penderitaan.

3. Barangsiapa yang Menderita telah Berhenti Berbuat Dosa.
Hal ketiga yang kita perhatikan tentang nilai penderitaan dan terdapat di 1 Petrus 4:1 adalah bahwa kita berhenti berbuat dosa. Tidakkah kita rindu untuk berhenti berbuat dosa? Nah, mengapa tidak mengizinkan api penderitaan melakukan itu untuk kita?
1 Petrus 4:1 berbunyi seperti ini, “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, – karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa – supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia…”

4. Penderitaan Menyebabkan Kita Tunduk kepada Allah.
Keempat, yang berhubungrapat dengan ini, terdapat di bagian kedua ayat tadi (1 Petrus 4:2): “supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut kehendak manusia, tetapi menurut kehendak Allah.” Menurut kehendak Allah! Penderitaan tidak hanya menyebabkan kita berhenti berbuat dosa, tetapi juga untuk hidup menurut kehendak Allah. Karena tidak ada orang yang rela menerima penderitaan jika dia tidak siap untuk meletakkan seluruh kehidupannya untuk tunduk di bawah kehendak Allah. Tentu saja tidak! Kecuali Anda siap untuk hidup secara total di bawah kehendak Allah – bukan kehendakmu tetapi kehendak Allah  – Anda pasti tidak akan menerima penderitaan. Anda tidak akan menerimanya. Anda akan melawan balik. Anda akan menolak. Anda akan mengeluh dan bersungut-sungut. Namun lihatlah apa yang dilakukan Yesus. Ia menyerahkan hidup-Nya secara total di bawah kehendak Allah, menerima penderitaan dengan sukacita, bukan saja dengan pasrah namun dengan sukacita. Penderitaan memberikan kesempatan kepada kita untuk tunduk dengan rela hati kepada kehendak Allah.

5. Kedewasaan Rohani Datang Melalui Penderitaan.
Ini membawa kita ke poin yang kelima dan itu terdapat di ayat yang berikutnya di Ibrani 5:9, “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya“. Ia mencapai kesempurnaan-Nya. Bagaimana? Melalui penderitaan. Seperti dikatakan di tempat lain dan juga di Ibrani 2:10, tentang Anak, pemimpin keselamatan kita: “Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.” Penderitaanlah yang menjadikan kita dewasa. Kedewasaan rohani datang hanya dengan penderitaan. Saya berharap Anda mencatatkan poin ini dengan jelas. Penderitaan adalah satu satunya sarana yang mendewasakan kita secara rohani.

6. Kita Menggenapkan apa yang Kurang pada Penderitaan Kristus.

Mari kita melanjutkan ke poin yang keenam tentang nilai penderitaan. Ini bersangkutan dengan apa yang dikatakan oleh Paulus di Kolose 1:24. Pokok ini sangat penting, namun banyak orang Kristen, khususnya orang-orang Kristen yang tidak pernah menderita, tidak mungkin dapat mengerti ayat ini. Paulus sebagai seorang yang banyak menderita demi Injil memahami hal ini dengan baik. Kolose 1:24 adalah satu batu sandungan yang besar bagi penafsir-penafsir akademis. Saya bacakan, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu……“. Perhatikan bahwa Paulus bersukacita. Ia sangat bergembira di dalam penderitaan; ia sama sekali tidak mengerang dan mengeluh tentang menjadi martir, dan berkata, “Lihat di sini, lihat apa yang harus aku deritai!” Ia berkata, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat”. Paulus mengatakan, “aku menggenapkan melalui penderitaanku…” Jadi, mengapa dia begitu bersukacita? Mengapa penderitaan merupakan suatu berkat? Itu karena melalui penderitaan dia sedang menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan Kristus. Apakah mungkin terdapat kekurangan pada penderitaan Kristus? Oh ya, memang ya! Memang itulah yang dikatakan oleh Paulus.

Penderitaan Kristus adalah guna menebus dosa kita, namun terdapat satu aspek penderitaan yang juga penting bagi keselamatan gereja yang tidak sepenuhnya ditanggung oleh Kristus.  Saya mengatakan ini dengan penuh hormat karena ini adalah firman Tuhan. Ini bukanlah sesuatu yang dikatakan oleh saya. Ini bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh Paulus pula. Ini adalah suatu hal yang penting bagi keselamatan gereja, yaitu sesuatu yang harus ditanggung kita, yang harus dipikul kita, yang dipikul Anda dan saya. Jika Paulus tidak menderita, bagaimana mungkin Injil dapat sampai ke tempat-tempat yang baru kita baca, misalnya di Kisah Para Rasul 14? Ke Derbe, Listra, Ikonium dan di seluruh Makedonia dan di seluruh Yunani dan di seluruh Asia dan di seluruh tempat-tempat di mana Paulus memberitakan Injil seperti Siprus dan Kreta dan mungkin juga di Spanyol, atau di mana saja Injil  belum pernah diberitakan? Siapa yang akan membawa Injil kepada mereka? Siapa? Siapa yang akan membawa Injil kepada mereka melainkan orang-orang yang mau menderita seperti Paulus. “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu.” Untuk memberitakan Injil dimanapun harga yang harus dibayar sangatlah tinggi. Siapa yang menderita untuk membawa Injil ke tempat-tempat itu? Siapa lagi kalau bukan hamba-hamba Tuhan yang setia. Tanpa penderitaan mereka, apakah tempat-tempat tersebut akan menerima Injil? Tentu saja tidak. Kalau begitu, bukankah penderitaan mereka amat dibutuhkan guna pemberitaan Injil? Tentu saja! Bukankah penderitaan mereka amat penting demi keselamatan orang-orang ini, dalam pengertian bahwa, tanpa penderitaan mereka, Injil tidak akan pernah sampai pada orang-orang ini? Tentu saja. Nah, kalau begitu, bukankah bagian penderitaan ini penting bagi keselamatan gereja juga? Tentu saja, karena tanpa penderitaan itu, orang lain tidak dapat menerima Injil.

Sekarang dapatkah Anda melihat bahwa terdapat bagian penderitaan ini yang amat penting bagi keselamatan gereja? Bagian ini adalah bagian yang harus ditanggung kita. Bagian ini adalah bagian yang ditinggalkan oleh Kristus bagi kita, supaya kita mengikuti jejak-Nya. “Pikullah salibmu dan ikutlah Aku.” Nah, jika tidak penting bagi kita memikul salib kita, hanya penting bagi Dia memikul salib-Nya, maka untuk apa Dia menyuruh kita memikul salib kita? Yesus memanggil kita untuk memikul salib karena Ia memanggil kita untuk mengambil bagian dalam penderitaan-Nya. Singkatnya, kita dipanggil untuk bersekutu dalam penderitaan-Nya.  Nah, tidak ada apa-apa yang sulit untuk dimengerti, bukan?

Namun pada masa kini, kita ingin memiliki suatu kekristenan di mana Kristus yang menanggung segalanya dan kita tidak perlu berbuat apa-apa. Kristuslah yang menanggung semua penderitaan itu: Dialah yang mati, Dialah yang menderita dan kita tinggal duduk santai-santai dan menikmatinya. Kekristenan macam apa ini? Ini bukan kekristenan yang diajarkan oleh Yesus. Kekristenan yang diajarkan oleh Yesus adalah bahwa pintu masuk Kerajaan adalah penderitaan. Bahwa melalui penderitaan kita, orang lain menerima Injil. Orang lain melihat kesaksian hidup Anda. Kehidupan Anda bersinar sebagai terang kepada dunia. Apakah terang itu penting? Tentu saja penting karena tanpa terang, Anda akan tersandung ke dalam lobang. Leher Anda patah. Anda mati di situ. Kitalah terang dunia yang membawa keselamatan Allah kepada dunia yang sedang binasa. Namun untuk menjadi terang kita harus dibakar hangus.

7. Upahmu Besar.

Marilah kita melihat poin yang terakhir, poin yang ketujuh. Mengapa kita harus bersukacita di dalam penderitaan oleh sebab kebenaran? Karena alasan-alasan yang telah dijelaskan di atas, dan lebih dari itu, Yesus berkata di Matius 5:12:  “karena upahmu besar di surga”. Upahmu besar. Mengapa upahmu besar? Karena dalam penderitaan, Anda menjadi berkenan kepada Allah. Dan apa lagi? Karena Anda akan ditemukan di antara nabi-nabi, “sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” Ah, begitu indahnya! Dengan demikian Anda mendapati diri Anda tergolong di antara nabi-nabi. Anda membuktikan diri Anda sebagai nabi Allah yang sejati. Anda tahu bahwa setiap murid dipanggil untuk menjadi nabi, untuk membawa firman Allah kepada orang lain, untuk membawa keselamatan kepada yang lain. Itulah pekerjaan seorang nabi. Dan apabila Anda menanggung penderitaan karena membawa keselamatan kepada orang lain, Anda membuktikan diri bukan saja sebagai seorang murid, tetapi juga sebagai seorang nabi Allah, seorang nabi Allah yang setia, yang membawa Firman Allah, Firman kehidupan itu, kepada orang lain, bukan saja melalui kata-kata namun melalui kehidupan Anda. Anda ditemukan di tengah-tengah kelompok yang paling bagus. Anda berkenan kepada Allah. Anda membuktikan diri sebagai seorang murid yang sejati dan seorang hamba Tuhan yang setia. Bukankah ini alasan untuk bersukacita? Anda bersukacita karena orang-orang seperti inilah yang akan menjadi empunya Kerajaan Surga.

Di sini kita telah melihat alasan-alasan mengapa terdapat nilai yang begitu besar dalam penderitaan. Dengan cara yang sama kita harus juga, sebagai kesimpulan, mengingat hal ini. Kita harus menderita, jika kita harus menderita sama sekali, oleh sebab kebenaran. Jangan ada orang Kristen yang menderita karena berbuat salah! Jangan ada orang Kristen yang menderita karena melakukan hal yang memalukan, karena menjelekkan nama orang lain, karena memfitnah, karena mengatakan apa yang tidak benar, karena berbuat salah. Kalimat (klausul) yang terdapat di sini adalah, “oleh karena kebenaran”, dan bukan karena alasan yang lain. Dan jika Anda menderita oleh karena kebenaran, bersukacitalah karena Anda tergolong di antara para nabi.

Namun itu bukan semuanya. Saya telah mendapati, dan saya berpikir bahwa semua yang telah menderita oleh karena kebenaran dalam ukuran apapun, apakah kecil atau besar, akan juga mendapati  bahwa tidak pernah hadirat Allah lebih dekat kepada Anda dibandingkan dengan saat Anda menderita. Indah sekali! Saat Anda menderita oleh sebab kebenaran – dan ini merupakan satu lagi alasan untuk berbahagia – Anda akan menemukan bahwa hadirat Allah begitu dekat kepada Anda, seperti sesuatu yang tidak pernah Anda alami sebelumnya.

Kita menemukan hal yang sama di dalam firman Tuhan. Ketika Paulus dan Silas dilempar ke dalam penjara, mereka bersukacita karena dipenjarakan demi nama Yesus. Mereka menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan dan sebagai akibatnya, Tuhan menyatakan hadirat-Nya dengan satu gempa bumi. Begitu besarnya gempa bumi itu sehingga penjara itu hancur. Hadirat Tuhan dalam penderitaan! Di 2 Timotius 4:17, Paulus sedang diadili dan ia mengatakan ini: “semuanya meninggalkan aku, tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku.” Hadirat Allah begitu dekat kepadanya di dalam penjara dan ketika dia diadili. Saya berdoa agar semua yang mendengarkan khotbah ini mengerti dengan sepenuhnya nilai rohani dari  penderitaan. Semoga kita tidak lagi kedapatan mengerang dan mengeluh. Ketahuilah bahwa penderitaan adalah berkat rohani yang paling tinggi nilainya dan harus disambut dengan sukacita sebagai satu penghargaan.

Rabu, 24 Mei 2017

"Kuasa Kebangkitan Kristus Yesus"

Kuasa Allah yang membangkitkan Yesus adalah kuasa yang sama yang menjadikan kita manusia baru. Apakah Anda sudah menjadi manusia baru? Jika Anda berkeyakinan bahwa hanya dengan mempercayai bahwa Yesus telah mati bagi Anda, maka Anda diselamatkan, maka Anda belum mencapai keselamatan sesuai dengan makna Alkitab. Hidup Yesuslah yang akan menyelamatkan Anda. Tanpa kuasa Allah yang membangkitkan Yesus itu berkerja di dalam diri Anda dan menjadikan Anda manusia baru, maka Anda tidak akan diselamatkan.

Menjadi orang Kristen bukan persoalan reformasi; kekristenan adalah masalah penciptaan ulang, kebangkitan atau kelahiran kembali. Kita memiliki banyak ‘orang Kristen yang direformasi’ sekarang ini. Yang saya maksudkan adalah orang yang menjadi Kristen karena menginginkan reformasi moral. Mereka berkata, “Tidaklah baik menjadi orang nakal, jahat, bejat dan tanpa etika. Jadi aku akan membenahi moralku. Dari sekarang, aku ingin menjadi orang baik.” Ini hal yang sangat bagus, dan memang sangatlah bagus memiliki hasrat seperti itu, akan tetapi makna Kristen bukan seperti itu. Menjadi seorang Kristen berarti Allah menjadikan Anda sebagai manusia baru lewat kuasa kebangkitan-Nya.

Saya bacakan 1 Petrus 1:3. Bagaimana kita dilahirkan kembali? Bagaimana kita ‘lahir baru’? Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan(Lord) kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Dengan cara apa Anda lahir baru? Allah telah melahirkan kita kembali lewat kebangkitan Yesus Kristus. “Melahirkan kita kembali’ berarti menjadikan kita manusia baru lewat kebangkitan kembali dari antara orang mati. Kebangkitan harus menjadi realitas di dalam kehidupan Anda sekarang ini, jika tidak maka Anda tidak akan diselamatkan di masa yang akan datang. 

Apakah yang terjadi saat baptisan? Saat dibaptis Anda mati bersama Kristus. Anda dikuburkan bersama dia saat Anda masuk ke dalam air, dan Anda bangkit kembali dalam hidup yang baru. Tidaklah cukup dengan hanya mati bersama dengan Kristus. Bagaimana kita menjadi manusia baru? Oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Ini berarti tanpa kebangkitan Yesus, maka tidak akan ada hidup kebangkitan; tak akan ada hidup yag baru. Tanpa kebangkitan Yesus Kristus, kita tidak akan memiliki hidup yang baru, hidup kebangkitan atau kekuatan untuk mematahkan kuasa dosa di dalam kehidupan kita ini. Itulah poin yang pertama.

Menjadi seorang Kristen berarti diubah, bukan diperbaiki; kita bukan menjadi ‘orang Kristen yang diperbaiki’ melainkan menjadi ‘orang Kristen yang diubah/transformasi’; suatu manusia baru yang punya dinamika hidup yang baru. Menjadi orang baik itu bagus tetapi kuasa Allah tidak ada di dalamnya. Menjadi orang Kristen bukan sekadar menetapkan untuk menjadi orang yang baik. Seorang perampok bank bisa saja menetapkan bahwa merampok bank itu tidak baik. Dia sudah bosan merampok bank. Mulai saat ini, dia tidak mau lagi merampok bank. Ini adalah suatu keputusan moral, keputusan yang bagus, akan tetapi itu tidak membuatnya menjadi orang Kristen. Dia baru menjadi Kristen saat kuasa hidup kebangkitan Yesus masuk ke dalam dirinya dan menjadikan dia manusia baru. Dia telah dibangkitkan dari antara orang mati bersama-sama dengan Kristus. [Dengan demikian, kuasa Allah telah masuk ke dalam kehidupannya untuk mematahkan kuasa dosa yang telah memperbudaknya. Itulah poin yang pertama. Demikianlah, kita melihat dari Kitab Suci bahwa kelahiran kembali berkaitan dengan kebangkitan Kristus, bukan dengan kematian Kristus.

Hal yang kedua merupakan kelanjutan dari poin pertama. Allah tidak sekadar membangkitkan kita untuk masuk ke dalam hidup yang baru kemudian membiarkan kita. Kita tidak dibiarkan berjuang sendiri. Allah tidak berkata, “Baik, sekarang kamu adalah manusia baru. Aku telah memberikan hidup kebangkitan(resurrected life)  kepadamu. Sekarang kamu harus berjuang sendiri.” Jika Anda hanya dibiarkan sendiri, apakah yang akan terjadi? Anda akan seperti baterai yang terisi tetapi semakin lama akan makin kehilangan kekuatannya. Hal ini terjadi pada banyak orang Kristen. Mereka memulai dengan sangat baik. Mereka datang kepada Tuhan, mereka mendapatkan isi ulang rohani, kemudian baterainya melemah dan semakin melemah… pada akhirnya, apakah yang terjadi? Tak ada lagi sisanya. Akhirnya, suatu hari, terangnya padam, beterainya mati dan berakhirlah sudah.

Yang lebih buruk lagi adalah, baterai itu sangat berat. Yang tadinya diharapkan untuk menjadi sumber kekuatan malah menjadi beban.

Menjadi seorang Kristen berarti bersatu sedemikian rupa dengan Kristus sehingga hidupnya secara terus menerus mengalir ke dalam Anda. Itulah makna menjadi orang Kristen. Bukan sekadar persoalan memutuskan bahwa menjadi orang jahat itu tidak baik, dan sekarang Anda ingin menjadi orang baik. Bukan sekadar masalah moral dan etika; ini adalah masalah rohani. Ini adalah masalah hidup Kristus, hidup kebangkitan Kristus yang secara terus menerus mengalir ke dalam diri Anda, setiap saat. Yesus menggambarkan poin ini di Yohanes 15:5 dengan berbicara tentang pokok anggur: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam aku dan aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Itulah makna menjadi orang Kristen. Jika saya dibiarkan menjadi orang baik dengan kekuatan saya sendiri, saya tidak yakin bahwa saya akan bisa bertahan lama. Apakah insentif, dinamika, atau kuasa yang akan menggerakkan Anda dari dalam? Yang menggerakkan kita adalah kuasa dari hidup kebangkitan Kristus.

Atau, dengan kata lain, rasul Paulus gemar menggunakan gambaran tentang tubuh. Selama tangan saya masih tersambung dengan tubuh saya, maka ia akan menyerap kehidupan dari tubuh saya, kehidupan akan mengalir ke dalam tangan saya. Segera setelah tangan ini terpisahkan dari tubuh saya, entah oleh penyakit atau oleh kecelakaan atau oleh apa pun itu, tangan itu akan segera mati. Sekalipun dia pernah hidup, ia akan mati karena kehidupan tidak mengalir lagi ke dalamnya. Saat ada pasokan darah mengalir tangan Anda akan hidup. Jika tidak ada aliran darah, maka tangan Anda mati. Tanpa pasokan gizi dan aliran kehidupan, secara perlahan-lahan, ia akan menjadi daging mati, mulai membusuk, dan mati.

Menjadi seorang Kristen bukan sekadar mengetahui bahwa Yesus telah mengambil alih tempat Anda. Bukan sekadar mengetahui bahwa Anda telah menjadi manusia baru. Seorang manusia baru adalah orang yang bergantung setiap saat padanya. Sekarang Anda mengerti apa yang dimaksudkan oleh Paulus di Roma 5:10 “lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupnya!”  Kata ‘lebih-lebih’ ini berarti, yang jauh lebih penting. Artinya: yang jauh lebih penting setelah diperdamaikan dengan Allah adalah kita secara terus menerus bergantung pada Kristus untuk hidup, seperti ranting bergantung pada pokok. Hidup Kristus itu terus menerus mengalir ke dalam diri Anda. Itulah rahasia menjadi orang Kristen.

Begitulah cara Paulus memahaminya dengan benar. Di Galatia 2:20 (19b-20), dia berkata: Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kujalani sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan dirinya untuk aku. Dia berkata, “Secara jasmani aku hidup, itu memang benar, akan tetapi itu bukan hal yang penting. Yang penting adalah bahwa Kristus hidup di dalam aku. Hidup kebangkitannya selalu mengalir ke dalam diriku dan melalui diriku.” Itulah dinamika kehidupan Kristen! Ini hal yang sangat penting untuk dipahami karena saya melihat begitu banyak orang Kristen yang terkalahkan dan lemah. Dan saya kuatir kalau-kalau mereka itu ternyata adalah ‘orang Kristen yang direformasi’, bukannya ‘orang Kristen yang ditransformasi’. Apakah Anda adalah termasuk ‘orang Kristen yang direformasi’ atau ‘orang Kristen yang ditransformasi’? Termasuk yang manakah Anda?

Orang Kristen yang direformasi adalah orang yang menjadi Kristen karena ingin membuang sifat jahat, karena menyadari bahwa dosa itu tidak baik. Dan dia melakukan perbaikan, dan berusaha menjadi orang baik. Itu sangat berat. Tak heran jika orang-orang terus saja berkata, “Sungguh berat. Aku tak bisa melakukannya.” Tentu saja, Anda tidak akan bisa. Itulah persoalan yang menimpa ‘orang Kristen yang direformasi’. Yang Anda perlukan adalah menjadi ‘orang Kristen yang ditransformasi’, orang Kristen yang telah mati pada manusia lama dan sekarang hidup Kristus mengalir ke dalam dirinya. Untuk inilah kita diselamatkan oleh Allah lewat kuasa kebangkitan-Nya.

Hidup Kristus mengalir di dalam diri kita; Kristus hidup di dalam kita dan karena itu kita menjadi perwujudan Kristus di dunia. Saat orang lain mengamati kita, mereka memikirkan tentang Kristus. Segala kesalahan yang kita perbuat sebagai seorang Kristen, akan mempermalukan nama Kristus. Inilah alasan mengapa dulunya untuk waktu yang lama saya tidak mau menjadi orang Kristen; karena saya melihat perilaku orang Kristen yang sangat menjijikkan menurut saya.

Jika Anda menjadi orang Kristen, ingatlah ini, Kristus yang hidup di dalam diri Anda, Anda membawa nama Kristus. Anda bisa saja membuat orang lain tidak mau menjadi orang percaya. Sanggupkah Anda memikul tanggung jawab akibat membuat orang lain tidak mau datang kepada Kristus? Sanggupkah Anda memikul tanggung jawab jika ada orang lain yang akhirnya tak pernah masuk ke dalam hidup yang kekal karena melihat teladan buruk Anda? Sanggupkah Anda memikul tanggung jawab tersebut? Saya harap jika Anda tidak akan berminat untuk menjadi ‘orang Kristen yang sekadar direformasi’. Sudah cukup banyak orang yang telah mempermalukan nama Yesus di mata dunia, Anda tidak perlu menambahkan nama Anda di dalam daftar tersebut. Cukup sudah tindakan-tindakan yang mempermalukan nama Kristus

Apakah standar yang ditetapkan bagi orang Kristen? Standarnya tidak kurang dari kesempurnaan. Bukan saya yang mengatakan hal itu; Yesus yang mengatakannya. Di Matius 5:48, Yesus berkata, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Ini bukan suatu anjuran. Ini adalah suatu perintah. Menjadi sempurna bukan berarti dalam sekejap semua kelemahan moral Anda langsung lenyap.

Menjadi sempurna di sini berarti, kesempurnaan di dalam kasih Anda, di dalam komitmen Anda kepada Allah dan kepada sesama manusia. Anda akan berkata, “Itu sangat susah.” Memang benar, bukan saja susah tetapi malah mustahil! Inilah alasannya mengapa saya katakan bahwa Anda tidak akan bisa menjadi Kristen tanpa pertama-tama dilahirkan kembali oleh hidup kebangkitan Kristus; dibangkitkan kembali dari antara orang mati. Anda tidak akan bisa menjadi Kristen jika hidup Kristus tidak terus mengalir ke dalam diri Anda.

Dapatkah Anda saling mengasihi dengan sempurna? Dapatkah saya mengasihi Anda dengan kekuatan saya sendiri? Itu mustahil. Bukan sekadar susah, ini adalah persoalan yang bahkan tak terbayangkan. Oleh sebab itu hidup kebangkitan Kristus sangat mutlak perlu bagi keselamatan kita. Saya tidak bisa hidup sebagai orang Kristen tanpa kuasa yang datang dari Allah.

Namun, bagaimana dengan saat-saat kita gagal? Apakah itu berarti bahwa setiap kali Anda gagal untuk sempurna, maka di saat itu Anda bukanlah orang Kristen? Jadi, di satu saat Anda adalah orang Kristen, dan di saat berikutnya, Anda bukan orang Kristen. Pada akhirnya, Anda berkata, “Lima menit yang lalu, aku orang Kristen karena aku mengasihi sesamaku manusia. Namun sekarang, aku bukan orang Kristen karena aku lupa mengasihi dia.” Jadi, bagaimana di saat Anda gagal? Padahal kita gagal setiap hari. Apakah itu berarti bahwa Anda berhenti menjadi orang Kristen? Tentu saja tidak.

Hal yang ketiga adalah Kristus hidup untuk menjadi Pengantara bagi kita. Jika dia tidak hidup, jika dia sekadar mati bagi dosa-dosa saya, maka hal itu hanya akan menghapus dosa-dosa saya di masa lalu. Bagaimana dengan dosa-dosa saya hari ini? Bagaimana dengan dosa-dosa saya besok? Dia telah menghapuskan dosa-dosa saya di masa lalu, tetapi bagaimana dengan dosa-dosa saya yang sekarang? Di sinilah Anda membutuhkan Pengantara, Yesuslah yang menjadi Pembela perkara Anda, dia yang akan membela dan melindungi Anda di sini dan sekarang juga. Inilah gambaran yang sangat indah.

Ibrani 7:25 adalah salah satu ayat yang sangat berharga: Karena itu ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh dia datang kepada Allah. Sebab ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. Perhatikan bahwa ayat 23 dan 24 berbicara tentang kematian. Para imam mencurahkan darah bagi penghapusan dosa. Jika darah tidak dicurahkan secara terus menerus, sebagai persembahan, maka penghapusan dosa itu tidak tersedia bagi kita. Selain itu, para iman juga berdoa syafaat untuk kita. Bukan sekadar kematian itu yang penting, tetapi juga syafaat atau pengantaraan. Kematian korban itu sendiri tidak menyelamatkan Anda. Pengantaraan atau syafaat bagi Anda, atas dasar darah yang dicurahkan, itulah yang menyelamatkan Anda.

Hal ini tidak sulit dipahami. Sama seperti orang lain, saya adalah orang yang, dalam kehidupan sehari-hari, tidak selalu sesuai dengan standar Allah. Mungkin Anda berpikir bahwa saya hidup sesuai dengan standar Allah, tetapi saya tahu di mata Allah, saya tidak selalu hidup sesuai dengan standar itu. Setiap kali saya tidak bertenggang rasa kepada seseorang, berarti saya telah gagal. Mungkin tak ada orang yang mengetahui hal itu, tetapi Allah melihat kegagalan saya. Setiap hari saya gagal di hadapan Allah. Ini adalah suatu proses melangkah maju menuju standar tinggi yang menjadi panggilan Allah buat saya. Itu sebabnya, saya perlu seseorang yang selalu bersyafaat buat saya karena saya selalu saja gagal.

Yesus terus menerus bersyafaat bagi kita. Hal ini sangat penting bagi keselamatan kita. Jika dia tidak hidup sekarang ini, bagaimana dia bisa bersyafaat bagi saya? Namun karena dia telah bangkit dari antara orang mati, maka dia bisa selalu bersyafaat untuk saya supaya saya boleh diampuni hari ini. Inilah poin kita yang ketiga.

Pengampunan bukan sekadar perkara mengucapkan kata maaf kepada Allah. Tidak sesederhana itu. Kita terlalu memandang enteng dosa. Syafaat yang terus menerus dari Yesus yang membuat darahnya efektif bagi kita saat kita bertobat sekarang dan hari ini. Poin ini sangatlah penting sehingga diulang berkali-kali dalam Kitab Suci. Roma 8:34 mengatakan hal yang sama, “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita.” Kristuslah, yang berdasarkan kematiannya, membela kita pada masa ini. Ini berarti bahwa saya tidak harus berada dalam keadaan tanpa harapan. Saya menyadari bahwa sebagai orang Kristen, kita tidak mampu untuk selalu hidup sesuai dengan panggilan surgawi kita, bukan karena kita tidak menginginkannya, melainkan karena kadang kala kita memang gagal. Dan Yesus ada untuk membela. Dia menaungi saya dengan sayapnya, dia menjadi tempat saya berteduh, sehingga saya tetap berada dalam pengampunan.

Ada tiga alasan mengapa kematian Yesus dan terlebih lagi hidup Yesus menyelamatkan saya.

Saya akan merangkumnya secara singkat. Pertama, Yesus hidup untuk menanamkan hidup kebangkitannya pada diri kita supaya kita menjadi manusia baru. Dan kedua, Kristus hidup bukan sekadar untuk memberikan kita suatu peristiwa kelahiran baru, melainkan untuk terus menerus mengalirkan hidupnya kapada kita. Dan ketiga, setiap kali saya gagal untuk memanfaatkan sepenuhnya hidup itu di dalam diri saya, Yesus membela saya. Jadi secara terus menerus Yesus menjamin keselamatan saya. Itulah sebabnya 1 Yohanes 2:1 berkata bahwa kita memiliki Pengantara pada Bapa. Setiap kali kita berbuat dosa, Yesus selalu membela kita.

Alkitab berbicara tentang kebangkitan di dalam dua bentuk kata, yaitu di dalam bentuk kini dan bentuk yang akan datang. Kebangkitan harus menjadi realitas di masa kini, jika ingin dijadikan realitas di masa depan. Apakah makna keselamatan itu? Makna keselamatan adalah, karena saya sekarang merdeka dari kuasa dosa dan tuntutan atas dosa-dosa di masa lalu, maka saya juga akan memiliki hidup yang kekal, itu berarti, saya akan dibangkitkan dari antara orang mati.

Kebangkitan Yesus adalah buah sulung dari kebangkitan menyeluruh semua orang yang menjadi miliknya. Sungguh indah! Anda dan saya akan bangkit kembali dari antara orang mati. Jika Anda adalah milik Yesus, maka Anda akan bangkit dari antara orang mati. Maut tidak akan bisa menahan kita. Renungkanlah prospek yang mulia ini – Anda dan saya akan bangkit dari antara orang mati!

Intinya:
(1)  Kita mengalami kebangkitan di masa kini dan kita juga mengalami kebangkitan di masa depan.

(2) Dan satu-satunya jaminan bahwa Anda akan mengalami kebangkitan di masa depan adalah bahwa Anda telah mengalami kuasa kebangkitan Allah sekarang ini.

Bukankah kedua hal itu sangat benar? Bahkan secara logika, kedua poin itu pasti benar. Namun yang lebih penting dari logika, Kitab Suci memberitahu kita bahwa jika Anda tidak mengalami kuasa kebangkitan Allah sekarang, maka harapan Anda untuk mengalami kuasa kebangkitan Allah di masa depan hanya sekadar khayalan belaka. Jika Anda tidak mengalami kuasa Allah sekarang, berdasarkan apa Anda bisa mengalami kuasa Allah di masa depan? Apakah dasar dari jaminan semacam itu?

Alkitab berkata kepada kita bahwa, jika Anda mengalami kuasa kebangkitan Allah sekarang, kuasa yang mengubah hidup Anda dari dalam –  perubahan itu merupakan suatu proses, tetapi Anda sudah mulai mengalami proses itu –  maka Anda akan mengalami kuasa kebangkitan Allah di masa depan. Kita mengalami kebangkitan secara rohani di masa kini, dan itu adalah jaminan bahwa kita akan mengalami kebangkitan secara jasmani di masa depan.

The Gospel In My Work

"Whatever you do, do it wholeheartedly as for God and not for men, ..." (Colossians 3:23)

Believers who are called by God to work in any field are also called to preach the gospel! Can both of these go hand in hand and are directly proportionate regardless of which one is more important than the other? To understand how these two things can go hand in hand, we need to first get to know the special call of why we are in this world. God calls His churches to bring good news into every area of ​​legal work that exists in this world, illuminating every dark part that is still done by many lost people, ranging from social, economic, political, health, education , and so forth. The gospel of Christ must be immediately declared in many of these areas. Every believer has the same burden of preaching the gospel. The Great Commission in Matthew 28: 19-20 is not only given to those in the world of spiritual ministry and the church, but to every believer, every disciple of Christ who is currently doing many kinds of work. Does not matter if I am a street sweeper? Am I a scavenger garbage? Am I a manager in one company? Am I a politician? Am I a lawyer? Or was I just a food seller? Are you an artist? As long as your work is not a false job, God will use you to witness and proclaim the gospel to Him. When the Gospel is revealed in a person and he believes, the gospel will be revealed through his life, including in his work.

If we have found the basis of this truth, then the works we are working on are no longer centered on the needs and benefits of the self, but instead focus on the call of Christ to reveal His gospel and His person through what we do. I work so I can make ends meet, is it wrong? Of course not, but when I work and I do it for the Lord, I am bringing myself to the true and proper aim of "glorifying Christ". A person who knows God and has faith will believe in "God's providence", He is the Lord who nurtures His people. Thus, it is clear our purpose when we work as disciples of Christ is not to get and hoard as much money as possible to seek happiness, but to declare Christ in our work for the lost soul. This is the eternal value we can do as long as we live in this mortal world. The results we will get will be different, the quality that we will give and laurels will be different because God Himself is working with us and God's standards that we try.

Is this something easy? Of course in the implementation will be very difficult, many other gods that we will meet in the work. They are ready to flirt and take us away from our ultimate call. If we do work for God, surely the world and many people around will be enemies. Believe me, the world does not accept God's standards. Do not be afraid, do not leave, do not be like this world. In the Great Commission, in Matthew 28: 19-20, He promises to be with us until the end. This blessing is far more valuable than all the amount of money we have while working in this world.

The believer's primary call is to bring the good news wherever it is placed and in all good works entrusted. Today, again we will struggle together if God does not call me a missionary or evangelist, do I still have to preach the gospel? Yes! Do not offer ourselves not to preach the gospel, Paul says, "Woe unto me if I do not preach the gospel." Then, how do I preach the gospel while half my day more I use to work and earn money? 1 X 24 hours God gives us time to get to know the gospel itself and preach it, surely we must begin by struggling, "does my work do not contradict the biblical principle?" If not, the next struggle "how do I witness the love of Christ in my work so there is hope for many people to hear the Gospel of Christ through what I do and I may be a witness for them?"

When I do this principle, then I am actually doing the mission of the Kingdom of God. I am being a messenger sent in the community. How is the real step to start taking the gospel in my work?

John 14:12
The gospel is the news of joy, God forgives human wrongs and brings people back to the true goal, the noble purpose that God gives. Man can reconcile with the Creator of the universe, man can reconcile with himself, man can reconcile with others, and man can reconcile with nature. Working and working out all the potentials of self is the mandate God gives, man must manage the resources that exist outside himself and man must also manage the potential that is in him. Then, how is our practical step to preach the gospel personally through our work? We must begin with God's word and prayer, God's word will reveal the truth that will change our 180-degree point of view, my life for Christ is not for me anymore (Galatians 2: 19-20). "Mission is the longing of God's heart which we understand through the word of God". Pray, ask the Discipler who made the plan of your life. I remember clearly when I first read the call of an Isaiah prophet to the Israelites in Isaiah 6, the Lord asked, "Who will go for Me?" Isaiah swiftly replied, "Here I send me!" God needs your readiness to go to proclaim the good news, do not care whether it is at your earliest or not, that is the same question many people ask when confronted with the Gospel preaching. God will add wisdom and spiritual gifts, rekindle the evangelistic fire that may be extinguished, God will do His wonderful things through us. Grapple for your work! The work that makes us happy to live it is not work that suits our desires or our hobbies, the work that will make us rejoice in it is the work we do because God wants us to do it. Pray earnestly, ask God for wisdom and inclusion. For you who are married would have a much heavier struggle than those who are single. We will be led to realistic thinking and the life of faith, between logic and faith in God. Work to proclaim the good news, the Lord who sent is the Lord responsible for looking after our lives. Jesus bless you.

Selasa, 23 Mei 2017

CHRISTIANITY IS NOT A REFUGE

Jesus said, "I am sending you like sheep into the midst of wolves." Not just around the wolves' residence, but you are sent directly into the midst of wolves. Being a Christian is not a kind of escape. If you think that being a Christian is a sort of escape from your problems in the world, then you are coming to the wrong place.

A place for Christians not when you sit in a church isolated from the outside world, or when you are in your fellowship group. You just function as a Christian when you are at your residence or at your workplace. That's where you begin to function as a Christian. You just function as a Christian when you are in the midst of enemies; Not in the midst of the friends. It is not easy to be a Christian.

What kind of a sheep's character is? The sheep, as you know, is offered as a sacrificial offering. Why is Jesus called the Lamb of God? Because Jesus offered himself as the sin offering of the world. Why are we called sheep like Jesus? Because you and I will be sacrificed. All of us, will be sacrificed if we want to function as Christians.

Are you ready to be a victim offering? Do not become a sheep if you do not want to be sacrificed. Sheep are animal sacrifices. Is there anyone who says that being a Christian is easy? If I do not want to be victimized, then I will not want to waste my time by becoming a Christian. Because I will only be a church visitor only. I will only be a religious person. I'm just going to be one of the religious people of one of the world's religions. It is not the call that Jesus gave us. Pay close attention to what Jesus calls us. He calls us to be sheep. Ask yourself: what will happen to the sheep that go to the midst of the wolves? Most of them will die.

Some of us are willing to die. Some of us, like Paul, are willing to be sacrificed as offerings. And our deaths happen in various ways. We do not just die physically. Besides, there is nothing special about it. We will all be dead, Christian or non-Christian. So to face death is not a great glory. What is important is the willingness to die for God not just to die physically. After all, dying is easier than living life as a living sacrifice.

Think of life as a living sacrifice, living in the midst of wolves. It only takes a second or two for the sheep to experience death. The wolves just need to bite your neck and break your veins, then end it all! But living as a sheep in the midst of wolves, every time you look around you see the other wolf looking at you, every time you feel as if their fangs are ready to drown, I think life for Christ is definitely heavier than death for Christ. Many of us will be successful martyrs, but not many will succeed in living for Christ. And what Jesus calls for us is to live a sacrificial life as a disciple, where we are willing to go into the world equipped by the power of God and also ready to suffer.

Sabtu, 20 Mei 2017

IS MORE BLESSED GIVING FROM ON RECEIVING

Acts 20:35

This verse is the Apostle Paul's statement to the elders of the Ephesians, when Paul will part with them. There is one word that Paul emphasizes is called " happiness ". The concept of a happy life for everyone is different. Everyone who lives in this world, expecting his life, his family and his business / work are in a happy mood. To realize a happy life is not an easy thing, because the facts on the ground that life these days more difficult.

The happiness must be cultivated. Happiness is not a gift or a free gift for us. According to human size, the happiest are those who have a lot of wealth, good standing, etc. The Bible gives us guidelines for measuring happiness and how we get that happiness. According to the Apostle Paul, there is one simple concept that can create happiness in life, which is to give. Paul was a Spirit-filled man and was entrusted by God to get a full revelation of the gospel.

Frequently asked questions, how might giving will make people happy? Is not someone who gives then what is there to be reduced. But this is the concept that God's Word offers us to be happy. Water is the thing we really need. If the water tap is not open for a long time, then there are three things that will happen. First , the water will become unhealthy. The longer the water is not drained the more unhealthy. Second , in the water will arise germs that can harm humans. Third , water will become dirty, if so instead of bringing life but death. The same thing will happen with our lives, if our blessing taps are never open.

Why is God's congregation never separated from the various conflicts of life, from illness to work / economic problems? This is because we always close the tap of the blessing that God entrusts to us. If the blessings we have never flow, then the blessing is not to bring happiness in our lives but will bring trouble. Let us make ourselves the subject of non-object giving. If we look, it seems that the receiving person is definitely happier, but not so with what the Word of God says. If we can share something or drain the living water for others, then we are the happiest people. Especially if we give the gift with sincerity of heart and willingness. Often comes the thought in our lives that if we open our faucet taps, then it will run out. Do not be afraid, there is Jesus who is the source of that blessing.

Why should we open the tap of that blessing?

Romans 11: 36, "For everything is of him, and by him, and unto him: unto him be glory forever".

Everything that is in us comes from God. But not only stop there, because then we must return to Him. When Moses went to Pharaoh for the Israelites to be allowed into the fields to worship, Moses said that they would bring the children, the sheep and all their possessions for going to worship. The word " worship " means "to offer ". Not only the Christian world, but non-Christians also use this. That is why, when facing what they worship, they do not come with empty hands, but bring something to offer. Thus, worship is to offer, and that which is offered is all that exists in our lives, because everything comes from God.

If God wants to take what is very easy. But, thankful we have a very good God. The Book of Numbers says that if God blesses us, we will remain a blessed person. But remember, when it is blessed do not forget to open our faucet tap. So, if we do not want to bless the problem then open the faucet our blessing.

1 Corinthians 6:20 , "For ye were bought, and the price was paid: therefore glorify God with your body".

We are already paid for by Jesus who came to this world. Peter that Jesus paid us not with gold and silver, but with the precious blood shed in Golgotha. That is why there is no reason for us not to open the tap of that blessing. If an item has been purchased, it belongs to the buyer, so the buyer has the right to do anything about it.
That is our position before God, our right to life is in the hands and power of God, so God can do anything to us according to His will. Since God has purchased our life, everything that is in us belongs to Him, so it is up to Him to do what to us.

Therefore, if we want to experience happiness in life then giving is the most correct concept according to the Bible. There will be happiness if we flow our blessings, for God will restore all our lives.

Do not ever think that God will take every gift we give away. Remember Cain and Abel, when dedicating the results of their efforts, Cain of the farm and Abel from the farm, the Word came that the victim of Abel was accepted while Cain was not. The book of Hebrews explains why God rejected Cain's offering. Hebrews 11:4, "By faith Abel offered unto God a greater sacrifice than Cain ...".

God will reject any of our unwelcome offerings. Whatever we offer, the first thing to enjoy is God, not God's servant. Therefore give always the best, because this is what we must do if we want to create happiness in this life. The one who opens the tap of his blessing, blessed God not only physically but also spiritually. There is joy, peace and tranquility. But those who close the tap bless, then the problem comes.

Happiness only comes when we will open our faucet taps with earnest and with willingness. 2 Corinthians 9:7, "Each one should give according to his heart's willingness, not with grief or compulsion, for God loves the one who gives with joy." If without a willingness, then the vain of all our offerings. The sacrifice must be based on willingness, sincerity, not compulsion, because we love God and we realize that all we have is from God. Giving means we let go. Fuss, complaints and murmurs are just the same as pulling back what we have given so that all becomes useless and we will not enjoy happiness.

If you want to use God to be a channel of blessing for a neglected people, you can support the evangelistic ministry for the neglected tribe in Ogan Komering Ulu, South Sumatra Indonesia by supporting us through funds and prayers. Any gift of love enables us to reach daya tribesmen, with life-changing Bible wisdom. We look forward to your loving support. May God give us strength and ability to be a channel of blessing to the lost.

Senin, 15 Mei 2017

Berpihak kepada Kristus tapi tidak bersama Kristus

Matius 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”

Mari kita belajar dari para ksatria perang salib di abad pertengahan. Mereka berangkat ke Palestina untuk memerangi orang Arab, untuk membunuh orang Arab, untuk membebaskan Palestina, untuk merebut Palestina bagi Allah. Oh! Mereka berangkat, bertempur, dan mati demi salib, demi nama Yesus. Saat berangkat, mereka mengangkat sumpah di hadapan salib kayu. Bahkan bendera mereka memakai lambang salib berwarna merah. Mereka berangkat berperang demi Kristus dan Gerejanya. Siapa yang bisa menyangkal bahwa mereka ini memihak pada Kristus dan Gerejanya?

Lalu apa yang kita lihat di zaman sekarang ini? Kita melihat hal yang sama, kesetiaan pada Gereja, “Ini gerejaku. Aku dari aliran Pentakosta, Injili, atau apapun itu. Aku akan bertarung demi gerejaku! Jangan coba-coba berkata yang buruk tentang gerejaku atau kamu akan mendapatkan bengkak di matamu!” Demikianlah, saat bertingkah seperti ini, kita sangat yakin bahwa apa yang kita kerjakan itu adalah demi Kristus.

Saya rasa, saat ini, Anda sudah bisa melihat apa arti memihak pada Kristus dan memihak pada Gereja. Selanjutnya, kita akan melihat apa arti bersama Kristus, dan Anda akan mampu melihat perbedaan yang besar antara memihak pada Kristus, memihak pada Gereja dan bersama Krsitus.

Tragedi yang dialami gereja adalah bahwa ada begitu banyaknya orang yang memihak pada Kristus tetapi sedikit sekali yang bersama Kristus. Dan hari ini, saya ingin agar Anda camkan baik-baik pertanyaan ini, “Apakah Anda memihak Kristus atau Anda bersama Kristus?” Perbedaan antara keduanya sangatlah besar.

“Memihak Kristus” untuk mendapatkan suatu keuntungan dari Kristus

Paulus menggambarkan poin ini dengan sangat baik di dalam Filipi pasal 1 – ayat-ayat yang membuat hati saya sangat perih, akan tetapi, hal itu menunjukkan betapa baiknya pemahaman Paulus akan ajaran Yesus. Di Filipi 1:15 Paulus berkata bahwa ada orang yang memberitakan Kristus … dengan maksud baik. Kemudian di Filipi 1:16, dia menyampaikan tentang mereka yang memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil. Namun di Filipi 1:15a dan 17, disebutkan tentang orang lain yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, mengerjakan hal ini dalam kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas. Makna dari kepentingan sendiri tersebut adalah ambisi yang egois. Hal yang aneh adalah bahwa ternyata ada dua macam penginjil, ada dua macam orang Kristen: yang satu memberitakan Injil karena kasihnya kepada Yesus. Yang lainnya memberitakan Kristus karena semangat ambisi yang egois, karena mau mencari keuntungan sendiri.

Jadi, bukankah mereka yang memberitakan Kristus karena ambisi yang egois itu adalah mereka yang berpihak kepada Kristus? Tentu saja, mereka memihak Kristus; mereka mendapatkan keuntungan dari Kristus. Anda akan selalu memihak orang yang akan memberi Anda keuntungan pribadi. Demikianlah, di Filipi 1:18, kita mendapati bahwa orang-orang ini pada dasarnya memberitakan Kristus; Kristus diberitakan berdasarkan tujuan pribadi, yaitu berdasarkan motivasi yang salah.

Waspadailah motivasi Anda di saat Anda memberitakan Injil. Apa motivasi Anda dalam memberitakan Injil? Jika seorang pendeta memberitakan Injil karena pekerjaan ini adalah sumber penghasilannya, tentu saja dia akan berpihak kepada Kristus. Jika Anda tidak punya Kristus, maka Anda tidak punya sumber pendapatan. Selanjutnya, tentu saja Anda akan berpihak kepada Kristus. Jika mereka tidak memberitakan Kristus, akan kemana nasib mereka berujung? Mungkin mereka akan menjadi pencuci piring. Mereka tidak tahu bagaimana melakukan pekerjaan lain, jadi mereka harus memberitakan Kristus.

Jadi, apakah yang menjadi motivasi Anda dalam memberitakan Kristus? Hal itu akan mengungkapkan mengapa Anda berpihak kepada Kristus. Ini adalah pokok yang sangat penting.

Kedua ayat tersebut (Matius 12.30 dan Markus 9.40) tidak menyatakan hal yang sama.

“Memihak Kristus” tetapi tidak “bersama Kristus”

Saat kita baca di Matius 7:21 misalnya, kita menemukan orang-orang yang mengusir setan di dalam nama Yesus, yang mengerjakan berbagai mukjizat di dalam nama Yesus, yang berseru kepada Yesus, “Tuhan, Tuhan!” Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Menjauhlah daripada-Ku, kalian pembuat kejahatan.” Apakah orang-orang ini tidak memihak pada Kristus? Tentu saja mereka memihak pada Kristus. Jika tidak, mana mungkin mereka berseru, “Tuhan! Tuhan!”? Buat apa mereka mengerjakan banyak hal itu demi namanya? Mereka memang sangat memihak Kristus. Akan tetapi mereka tidak bersama Kristus. Dan karena mereka tidak bersama Kristus, maka Yesus berkata, “menjauhlah daripadaku, kalian pembuat kejahatan.” “Jangan datang kemari dan berseru, ‘Tuhan! Tuhan!’ Kalian tidak bersama aku. Kalian memang memihak aku, tetapi kalian tidak bersama aku.” Saudara, hal ini berarti: Jangan berpikir bahwa Anda adalah orang Kristen hanya karena Anda memihak Kristus.

Menjadi orang Kristen berarti bersama Kristus. Akan tetapi, karena banyak orang yang tidak memisahkan dengan tegas makna keduanya, maka mereka mencampur-adukkan makna memihak Kristus dengan bersama Kristus. Dan mereka membayangkan karena mereka memihak Kristus, maka mereka diselamatkan. Saya harap Anda perhatikan bahwa tak seorang pun yang akan memihak Kristus jika mereka tidak punya kepercayaan kepada Kristus. Orang-orang di dalam Matius 7:21 berseru, “Tuhan! Tuhan!” tentu saja, mereka percaya kepada Kristus, jika tidak, mereka tidak mungkin mengusir setan di dalam nama Yesus. Dan sama seperti  orang yang ada di dalam Markus pasal 9 ini, jelas dia percaya kepada kuasa di dalam nama Yesus. Jika dia tidak mempercayai kuasa di dalam nama Yesus, dia tidak akan mengusir setan dengan nama Yesus. Dan oleh karena itu, kita bisa melihat betapa besar perbedaan makna memihak pada dengan bersama. Dan saya harap sekali lagi, pastikanlah apakah Anda baru sekadar memihak Kristus atau Anda sudah bersama Kristus.

1. Bersama Kristus di dalam hati dan roh

Di Markus 3:14, saat Yesus memilih 12 orang murid, disebutkan, “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia.” Dikatakan untuk menyertai Kristus, hal ini tidak sekadar berarti bahwa ia memilih mereka agar mereka ikut kemanapun dia pergi. Dia memilih kita untuk menyertai dia bukan dalam pengertian jasmaniah. Di dalam pengertian tersebut, tak seorang pun dari kita yang bisa menyertai dia; kita tidak bisa bersama dia secara jasmani. Dengan pengertian jasmani, maka Matius 12:30 tidak akan pernah bisa diterapkan dalam diri setiap kita karena tak seorang pun dari kita yang bisa bersama dia secara jasmani, dia telah bangkit dan naik ke tempat yang tinggi. Kata bersama aku yang Yesus bicarakan di sini berarti bersama dia di dalam hati dan bersama dia di dalam roh.

Hal ini sebenarnya menjadi bagian dari isi doanya di Yoh 17:23, “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu“, menjadi satu dengan Yesus dan menjadi satu dengan Allah Bapa. Dengan demikian, bersama Kristus berarti: Saya mengidentifikasikan diri dengan Yesus di dalam pikiran, jiwa dan kekuatan saya. Ini sebenarnya suatu pernyataan yang serupa dalam kata-kata yang berbeda: mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan Anda. Kasih adalah pendorong yang membuat kita ingin bersama dengan seseorang. Sama seperti apa yang dikatakan rasul Paulus dengan indah di 1 Korintus 6:17 : Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

2. Bersatu dengan Kristus: mengenakan kuk Kristus berarti memikul salib Anda

Bersama dengan YEsus berarti, seperti yang kita lihat di Matius 11:29, mengenakan kuknya. Saat kita mengenakan kuknya adalah saat di mana kita benar-benar bersama dia dan kita tahu bahwa mengenakan kuknya berarti memikul salib Anda. Dan semua ini secara ringkasnya bermakna bahwa setiap orang yang tidak memikul salibnya tidak akan bisa bersama dengan Kristus. Salib itulah yang menyatukan kita dan membuat kita bersama Kristus. Sudahkah Anda memikul salib sebagai murid Kristus? Apakah Anda mengenakan kuk Kristus? Jika Anda mengenakan kuk Kristus, jika Anda menjadi satu dengan Kristus, berarti Anda benar-benar bersama dia, berarti Anda menjadi satu dengan dia di dalam hati, pikiran, jiwa dan kekuatan Anda. Anda ikut pergi kemana pun dia pergi. Segenap hasrat Anda adalah untuk menyenangkan hatinya, mengasihi dan memuliakan dia. Selanjutnya, sikap hati Anda akan sangat berbeda. Anda tidak akan pernah memberitakan Injil atas dorongan perselisihan untuk menghancurkan orang lain, untuk menyedihkan hati orang lain, agar bisa berkata, “Lihat! Aku berkhotbah lebih bagus daripada kamu.” Anda tidak akan pernah bermimpi untuk melakukan hal itu.

3. Buatlah keputusan terpenting: serahkan kehendak Anda sepenuhnya kepada Kristus

Poin ketiga yang ingin saya bahas secara singkat, sebelum kita tutup, adalah bahwa Anda harus menyadari kalau bersama Yesus dan menjadi satu dengan dia adalah masalah kehendak.  Perkara memihak atau menentang adalah masalah keputusan. Di dalam peperangan rohani, Anda tidak bisa berada di dalam posisi netral. Anda dipaksa untuk membuat keputusan untuk memihak atau menentang. Dan dengan tidak membuat keputusan, sebenarnya Anda sudah memutuskan untuk tidak membuat keputusan. Dan ini adalah hal yang sangat penting untuk Anda pahami. Jika Anda bukan seorang Kristen, dan Anda tidak memutuskan untuk mengikut Kristus, berarti Anda sudah memutuskan untuk tidak mengikut Kristus. Anda sudah membuat keputusan dengan tidak membuat keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam hidup ini adalah tidak mungkin untuk bersikap netral. Adalah mustahil untuk tidak membuat keputusan.

Jika kita berbicara tentang hal membuat keputusan, dengan segera kita akan melibatkan kehendak kita. Dan Anda tahu, manusia sering kali tidak suka membuat keputusan karena setiap kali Anda membuat keputusan, Anda langsung merasakan beban tanggung jawab menekan pundak Anda.

Renungkanlah hal itu baik-baik. Tidak ada keputusan yang lebih penting dari keputusan Anda untuk bersama atau menentang Kristus di dalam hidup ini. Dan jika sampai dengan sekarang ini Anda masih suka mengalihkan beban pengambilan keputusan kepada orang lain maka keputusan yang satu ini harus Anda tetapkan sendiri, orang lain tidak bisa menetapkannya buat Anda.

Apakah Anda akan bersama dengan Kristus atau tidak bersama dengannya? Janganlah membuat kompromi yang tragis dengan mengatakan, “Aku akan memihak Kristus, tapi tidak bersama dia, tetapi sebisa mungkin aku akan memihak dia.” Sebaiknya Anda tidak perlu mempertimbangkan keputusan semacam itu, karena pada dasarnya, keputusan itu berarti tidak bersama Kristus dan keputusan itu tidak akan membawa Anda menuju gerbang Kerajaan.

Dan saya akan beritahu Anda mengapa, karena begitu banyak orang tidak memiliki tekad yang teguh untuk bersama dengan Kristus, untuk berkata, “Aku memutuskan untuk bersama Kristus dengan kasih karunia dan kuasanya.” Akibatnya, mereka mengambil pilihan kedua: Aku hanya akan memihak Kristus. Dan pilihan kedua yaitu memihak Kristus ini hanyalah suatu upaya untuk menentramkan hati nuraninya saja. Mereka merasa bahwa setidaknya mereka sudah melangkah sedikit ke arah yang benar. Namun hal itu tidak cukup. Tetapi banyak orang yang memutuskan untuk memihak Kristus dengan pengertian bahwa hal itu sudah cukup dan tidak harus bersama Kristus. Namun hal itu tidak akan berlaku. Banyak orang sekarang ini, saat mereka berkata, “Aku ingin dibaptis,” apa yang mereka sebut sebagai ‘langkah iman’ itu sebenarnya tak lebih dari langkah untuk memihak Kristus. Mereka tidak bersama Kristus. Saya harap perbedaan di antara keduanya benar-benar tertanam di dalam benak Anda.

Bersedia untuk berdiri di sisi Yesus dalam pertempuran dan siap untuk terluka

Jika Anda melihat ada dua kelompok orang sedang berkelahi di jalanan, dan Anda melihat ada beberapa teman Anda di salah satu kelompok, lalu Anda berdiri di pinggiran sambil bersorak, “Ayo sobat! Hajar mereka! Ayo! Biar mereka tahu rasa!” Itu berarti Anda memihak pada teman Anda, dan memang jelas itu adalah tindakan memihak pada mereka. Namun masalahnya adalah pemihakan Anda itu tidak menolong mereka untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Kawan-kawan Anda yang sedang berkelahi itu akan berseru, “Berhenti bersorak! Ayo masuk dan bantu kami!!”? Namun kita berpikir bahwa kita cukup berdiri di pinggiran dan bersorak buat mereka, sambil berkata, “Ayo! Kalian sudah unggul. Hajar mereka,” namun kita tidak pernah ikut terlibat. Di situlah letak perbedaan antara memihak dengan ikut bersama. Demikianlah, saat kita melihat peperangan rohani sedang berlangsung, kita lalu berdiri di pinggiran, bersorak buat Gereja dan berkata, “Ayo! Maju! Yesus! Horee! Haleluyah! Maju terus!” Hal ini sama sekali tidak membantu Gereja karena Anda sama sekali tidak ingin terkena pukulan. Mencari aman dengan berdiri di kejauhan. Bersama Kristus berarti masuk ke dalam pertempuran dan berdiri di sampingnya, dan itu berarti ada peluang untuk terluka. Saat hidup terasa berat bagi orang-orang Kristen, maka, Anda akan bisa melihat apakah mereka itu bersama Kristus atau sekadar memihak Kristus.

Minggu, 14 Mei 2017

The Testimony Of My Life : Contact with God is not only through prayer Alone

Some people teach that the way to know God is only through prayer. They think that if they pray longer and harder, they will meet Him. Then they prayed for an hour, and until their knees became sick, and they said, "I still can not make contact. I'll try another hour! "Actually, they are not fools but you can pray until your knees become like camel's knees, but you do not meet the living God either. You will not be able to meet Him before you make a determination to do His will, to live life according to God's will. It was at this point that many monks were misguided. They think that if they can leave the world, lock themselves in a room and pray night and day, then someday, God will appear. Why do I say that this will not happen? Just look at the facts. If that did indeed work, the monks would surely be God's extraordinary human beings today. Unfortunately, very few get there.

Do not get me wrong with what I say. I do not mean to say that praying is not important. What I mean is that the principle of doing God's will constantly and faithfully is more important than just praying. Because you could have prayed with a wrong heart. And if you pray with the wrong intention, then God can not bless you. Most of our prayers contain selfish things. It can be said that most of the content of prayer is nothing more than a 'spiritual selfishness'. Always, "Bless me in this affair, that business, give me this and that." If God approves your prayer content, then He approves of your selfish nature, making you more selfish than it is now. Just like a child who says, "I want candy." Then you give him a candy. If she wants more candy again, you still give it too. Are you educating the child? If God grants all our requests, I think we will enter into a great disaster, just like the little boy. So, just when you pray and say, "Lord, what is Your commandment I will execute," then we need not pray for hours. God was able to grant the prayer long before it was offered.

Sometimes we see God like a drill sergeant in a military camp. The coach sergeant is the most recognizable figure in the military camp because they seem to like to have soldiers march to and fro. Presumably they thought this line of marching activity could form a good warrior. And we then imagine that God might be like that. He likes us to kneel for hours, begging and begging, then He says, "No! You can not! "Then you come back and say," Please, give me some spiritual candy. I really need it! "But He does not care. He will not listen to you and He says, "Get out of the way! I do not have time for you! "What kind of God is this? You have to kneel there until your pants are hollow and your back is bent. No wonder the image for the saints is the hunchback. They staggered. Our perspective on spiritual matters is very strange!

In contrast to what I experienced. God is not like that. Often, I just think to ask God for something for the ministry of preaching the gospel, and He has given His answer. I have not even kneeled, He has answered my prayer. You can find in Scripture, "So before they call, I have answered; When they are speaking, I have heard it" (Isaiah 65:24). He is so eager to answer our prayers. He does not want to pressure us just to get some prayers from us. Then you say, "I do not have that experience. My shade in the morning is very dry. I speak to God, and it feels like talking to a wall." You do not get contact. I thank God for this very important lesson, the lesson that has been given since I just became a Christian, that - with God's grace - I am determined to do His will, to live His word! As a result, I can relate to Him.

This lesson is called the obedience of faith by the apostle Paul. Today, churches love to talk about faith. What is surprising is that they do not talk about faith obedience. It is true that we are saved by faith, but if that faith you separate from obedience - something that many churches do - the result is fatal to your spiritual life. The result is a disaster! That is why so many churches are dying today because they have taken faith and said, "We do not need to talk about obedience. Let's talk about faith alone. "In fact, what Paul means is faith obedience. Many people study the book of Romans, but if you do not understand this point, then you will not be able to understand the book of Romans. The book of Romans begins and ends with this expression, the obedience of faith (Romans 1:5 and Romans 16:26). Do not ever think that you will be saved by faith if faith is not expressed through the practice of everyday life that is obedient to Him. There is no true faith without obedience. Obedience of faith is the obedience that creates the desire to do His will, the obedience that comes with joy from the heart. It is through this faith that we can establish a relationship with God.

Listen to this saying from Jesus if you think that this is only my personal opinion. Jesus says in John 14:21:

"Whoever has my commandments and does them, he is the one who loves me. And whoever loves me, he will be loved by my Father and I will love him and will reveal myself to him. "

Take a good look at this verse. Jesus said, "I will reveal myself to you." To whom? To "one who obeys his command." Herein lies the obedience of faith. Only through the obedience of the new faith will Jesus reveal himself to you. The same is also stated in verse 23:

"Jesus replied, 'If anyone loves me, he will keep my word and my Father will love him and We will come to him and be with him.'"

Jesus will live with you. It's not just holding one or two visits a week. He will live with us, walk with us, fellowship with us all the time, but this is only for those who work the word.

This is a generally applicable principle every time and everywhere. According to Acts 10:35, what kind of person is pleasing to God? This verse tells the story of Cornelius. Why would this Gentile man be pleasing to God?

Anyone from any nation who fears Him and who practices righteousness is pleasing to Him.

Only in this way can we establish a living contact with God. If you hold on to this principle and live it, you will discover the truth of this word.

I can testify to this. I am very grateful that I have learned this lesson from the beginning. I learned to do God's commands as a whole. Of course, there are some things I still do not understand, and I can not do yet. Herein lies the wisdom of God, you are not brought to do things that you do not yet understand. I was motivated by this motivation throughout my life: the motivation to do His will. When I was in need of something while I did not have a source of income, I learned to entrust myself to Him. He fulfilled all my needs just like Jesus' teachings in Matthew 6:33, " But seek first the kingdom of God and his righteousness, and they shall be added unto you. "So then I said," Well, Lord, I will seek your kingdom and your truth, and I will give other affairs to you. "To this day, I still experience how God fulfills His Word. Getting an experience like this is wonderful. It is not enough with this time to testify how God fulfilled His word in various areas of my life. Some people ask me, "Why is God so real to you?" He is so real because I always run the word and I always witness how He fulfilled it. This is not because I am more spiritual than others. I think there are many people who are kinder, wiser and patient, better than me. But they do not experience God because they have not practiced this teaching.