Kamis, 25 Mei 2017

"Menderita Tapi Bahagia"

Kerajaan Allah adalah satu tempat yang nyaman, satu tempat di mana Allah memerintah dalam kebenaran. Kerajaan Allah adalah tempat di mana Anda beroleh belas kasihan dan keselamatan. Ia adalah tempat di mana Anda dapat melihat Allah. Satu tempat yang indah, satu tempat yang spiritual – satu tempat di mana kemuliaan Allah dinyatakan dalam keselamatan. Setiap manusia akan menyaksikannya bersama. Pertanyaannya ialah: bagaimana kita dapat masuk ke dalam kerajaan Allah? Bagaimana kita dapat mewarisi kerajaan ini? Di sini kita mendapatkan jawabannya, tetapi mungkin bukan jawaban yang kita sukai, melainkan jawaban yang diberikan oleh Yesus, “Berbahagialah mereka yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” Bagaimana kita dapat mewarisi kerajaan Allah? Siapakah yang akan mewarisi kerajaan Surga? Mereka yang dianiaya oleh sebab kebenaran! Siapakah orang yang akan dianiaya oleh sebab kebenaran? Orang yang miskin di hadapan Allah, (yaitu orang yang bergantung sepenuhnya pada anugerah Allah karena mereka miskin, mereka tidak memiliki apa-apa), orang yang lapar dan haus akan kebenaran, orang yang murah hati terhadap orang lain, orang yang membawa damai. Mereka semua adalah orang yang sama. Ucapan-ucapan ini bukan menggambarkan orang yang berbeda-beda. Mereka adalah orang yang sama dengan aspek-aspek yang berbeda. Ini berarti jika Anda memulai dari permulaan, jika Anda rela menjadi miskin di hadapan Allah, jika Anda lapar dan haus akan kebenaran, jika Anda siap untuk membawa damai, jika Anda murah hati – Anda akan dianiaya. Jangan Anda keliru dalam hal ini. Anda pasti akan dianiaya.

Rasul Paulus mengatakan di 2 Timotius 3:12 kata-kata yang amat penting ini, “setiap orang yang mau hidup beribadah akan menderita aniaya.” Anda tidak perlu pergi mencarinya. Penganiayaan akan datang kepada Anda cepat atau lambat. Ini sangat penting karena jika Anda tidak pernah menderita penganiayaan, Anda dapat memastikan satu hal: terdapat sesuatu yang salah dengan kekristenan Anda! Kita diberkati jika kita dianiaya. Kita berbahagia jika kita menderita. Mengapa? Izinkan saya memberitahukan satu rahasia. Iblis tidak akan menyia-nyiakan waktunya atas Anda jika Anda tidak menyusahkannya. Ia tidak akan bersusah-susah menganiaya Anda karena Anda tidak menyusahkan dia sama sekali. Anda tidak membuat dia pusing, mengapa dia perlu menganiaya Anda? Anda bukan satu persoalan bagi Iblis. Iblis hanya akan menganiaya mereka yang menyusahkannya atau siapa saja yang dia tahu akan menyusahkan dia. Untuk apa ia menganiaya orang yang tidak menyusahkannya sama sekali? Kita dapat melihat bahwa salah satu sebab mengapa  penganiayaan adalah suatu berkat adalah karena ia menjadi bukti bahwa kehidupan Anda yang saleh menyusahkan Iblis. Bukan karena Anda kebetulan mempunyai suara yang lebih keras dari yang lain, atau bukan karena kamu dapat berbicara lebih baik dari yang lain. Iblis tidak kuatir dengan orang yang berbicara banyak – yang banyak omong kosong. Yang menganggu dia adalah orang yang kehidupannya memancarkan kemuliaan Allah, orang yang kehidupannya menunjukkan keindahan Kristus. Orang-orang seperti ini, Paulus memberitahu kita di 2 Timotius 3:12, yang menjalankan kehidupan yang saleh, kehidupan  yang serupa seperti Kristus, pasti akan menderita penganiayaan. Anda tidak mungkin luput dari penganiayaan. Jika kita tidak rela menderita menganiayaan, Yesus memberitahu kita dengan terus-terang, “Janganlah menjadi orang Kristen. Janganlah menjadi seorang Kristen yang disebut dalam Alkitab. Janganlah menjadi seorang murid yang sejati karena Anda akan menderita penganiayaan. Ini adalah satu jaminan.” Karena itu Yesus mengatakan bahwa jika Anda tidak rela memikul salib dan mengikut Dia, jika Anda tidak rela menderita, Anda tidak dapat menjadi murid-Nya. Anda tidak dapat bertahan sebagai murid-Nya.

Penderitaan adalah pintu gerbang dan jalan menuju Kerajaan Surga. Tidak ada jalan lain untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga melainkan melalui pintu gerbang penderitaan. Marilah kita membaca Kisah 14:22 di mana kita melihat bahwa itulah yang diajarkan oleh para rasul pada murid-murid pada zaman itu. Di sini Paulus baru saja diperlakukan dengan buruk, dilempari batu sehingga disangka sudah mati di kota Ikonium. Kita membaca di ayat 19, “Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.” Nah, Paulus banyak menderita terutamanya di tangan orang-orang Yahudi. “Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra”, – tempat di mana ia dilempari batu – “Ikonium dan Antiokhia. Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.”
Bagaimana Anda dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah? Kita harus mengalami banyak sengsara! Nah, itu satu uraian yang jelas sekali. Kesengsaraan digambarkan seperti satu pintu yang melaluinya kita masuk ke dalam Kerajaan Surga. Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. Kesengsaraan, penganiayaan, penderitaan adalah pintu gerbang dan jalan ke dalam Kerajaan Surga. Itu hampir sama seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri di Lukas 13:24, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu.” Berjuanglah untuk masuk! Bagaimana? Di mana? Melalui pintu yang sesak itu! Masuk ke dalam mana? Ke dalam Kerajaan Allah! Bagaimana? Melalui pintu yang sesak itu! Apakah pintu yang sesak itu? Pintu yang sesak itu adalah penganiayaan, kesengsaraan dan penderitaan.

Yesus tidak memperdayakan siapapun. Yesus tak serupa dengan begitu banyak penginjil yang melapisi obat dengan gula dan menyembunyikan fakta yang sebenarnya, dan berkata, “Jadilah seorang Kristen dan segala sesuatu akan menjadi menyenangkan. Semuanya akan baik-baik saja! Kamu hanya perlu menjadi orang Kristen!” Yesus berkata, “Tidak. Tidak. Aku akan berterus-terang dengan kamu. Kamu ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah? Kamu mau memperoleh hidup kekal? Pintu gerbangnya adalah penderitaan. Di dalamnya memang indah, tetapi untuk masuk ke dalam bukanlah hal yang mudah. Jalan itu adalah jalan yang sesak dan Anda harus berjuang untuk masuk” – kata Yunani bagi ‘berjuang’ mempunyai arti ‘menyiksa’. Panggilan kita adalah panggilan untuk menderita. Inilah pintu masuk menuju kerajaan Allah. Tidak seorangpun harus disesatkan dalam hal ini. Memang, di dalam Kerajaan Allah ada hidup, namun jalan menuju ke dalamnya adalah melalui kematian. Bagaimana lagi dapat kita memberitakan kebenaran selain dari cara yang disampaikan oleh Yesus, “Berbahagialah orang yang dianiaya (atau yang menderita) oleh sebab kebenaran, karena merekalah empunya Kerajaan Surga.” Orang macam inilah yang akan menjadi empunya Kerajaan Allah.

Saya akan menunjukkan kepada Anda dari firman Tuhan mengapa penderitaan itu begitu besar nilainya supaya pada waktu kita mengalami penderitaan, kita boleh bersukacita di dalamnya dan tidak menganggap bahwa sesuatu yang buruk telah menimpa diri kita. Hanya setelah kita memahami dari firman Tuhan bahwa penderitaan adalah suatu berkat yang luar biasa, kita dapat menyambutnya sebagai suatu berkat dan melihat penderitaan dari segi nilai rohaninya.

Di sini kita tidak akan berbicara tentang penderitaan secara umum. Saya bukan berbicara tentang penderitaan yang datang pada kita karena sakit penyakit karena, bagaimanapun, bukan saja orang Kristen yang sakit, tetapi orang tak-percaya juga. Saya tidak berbicara tentang penderitaan seperti ini. Maksud saya, bukan saja saya yang kurang sehat; orang tak-percaya juga banyak yang kurang sehat. Sakit-penyakit itu tidak secara khusus untuk orang Kristen. Tidak ada apa-apa yang spesial tentang itu. Sekalipun sakit-penyakit bukanlah penderitaan oleh sebab kebenaran, namun saya masih dapat menanggungnya dengan cara yang rohani dan memuliakan Allah. Bagaimana Anda memikul penderitaan itulah yang menentukan perbedaan di antara seorang Kristen dan seorang non-Kristen. Seorang Kristen yang merintih dan mengerang bilamana saja dia mengalami penderitaan sebetulnya tidak layak untuk disebut orang Kristen. Orang seperti ini tidak mengerti nilai rohani dari penderitaan. Di sini, kita berbicara tentang penderitaan demi kebenaran. Penderitaan itu datang karena kehidupan kita yang saleh, yang benar.

Saya ingin membagikan tujuh poin dari Alkitab tentang nilai rohani dari penderitaan supaya kita akan menyambutnya dengan sukacita apabila ia datang, mengingat bahwa ia adalah pintu masuk ke dalam Kerajaan Allah.

1. Kita Menderita karena Kita Bukan dari Dunia ini.
Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya di Yohanes 15:19, “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya” Mereka tidak akan menganiaya Anda karena Anda milik mereka. Mereka tidak akan menganiaya Anda. “…tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”  Dunia membenci Anda karena Anda bukan dari dunia. Sekiranya Anda dari dunia, dunia tidak akan menganiaya Anda. Dunia akan mengasihi Anda sebagai miliknya. Tetapi karena Anda bukan dari dunia, itulah sebabnya dunia membenci Anda, itulah sebabnya mereka menganiaya Anda. Dengan kata lain, Anda dianiaya sebagai seorang Kristen karena Anda memiliki satu tanda bahwa Anda bukan dari dunia. Bagaimana Anda memiliki tanda itu? Tentu saja, melalui kehidupan Anda yang benar! Dunia membenci kebenaran karena kebenaran menyebabkan ketidakbenaran menjadi menyolok. Kebenaran menelanjangkan dosa dunia.

2. Penderitaan Memurnikan Iman Kita.
Kedua, penderitaan merupakan suatu berkat karena ia memurnikan iman kita. Ia menguji kesejatian iman kita. Di 1 Petrus 1:6-7, persis itulah yang dikatakan oleh rasul Petrus kepada kita. Ia berkata, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu –  yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Kemurniaan iman kita diuji oleh penderitaan.

3. Barangsiapa yang Menderita telah Berhenti Berbuat Dosa.
Hal ketiga yang kita perhatikan tentang nilai penderitaan dan terdapat di 1 Petrus 4:1 adalah bahwa kita berhenti berbuat dosa. Tidakkah kita rindu untuk berhenti berbuat dosa? Nah, mengapa tidak mengizinkan api penderitaan melakukan itu untuk kita?
1 Petrus 4:1 berbunyi seperti ini, “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, – karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa – supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia…”

4. Penderitaan Menyebabkan Kita Tunduk kepada Allah.
Keempat, yang berhubungrapat dengan ini, terdapat di bagian kedua ayat tadi (1 Petrus 4:2): “supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut kehendak manusia, tetapi menurut kehendak Allah.” Menurut kehendak Allah! Penderitaan tidak hanya menyebabkan kita berhenti berbuat dosa, tetapi juga untuk hidup menurut kehendak Allah. Karena tidak ada orang yang rela menerima penderitaan jika dia tidak siap untuk meletakkan seluruh kehidupannya untuk tunduk di bawah kehendak Allah. Tentu saja tidak! Kecuali Anda siap untuk hidup secara total di bawah kehendak Allah – bukan kehendakmu tetapi kehendak Allah  – Anda pasti tidak akan menerima penderitaan. Anda tidak akan menerimanya. Anda akan melawan balik. Anda akan menolak. Anda akan mengeluh dan bersungut-sungut. Namun lihatlah apa yang dilakukan Yesus. Ia menyerahkan hidup-Nya secara total di bawah kehendak Allah, menerima penderitaan dengan sukacita, bukan saja dengan pasrah namun dengan sukacita. Penderitaan memberikan kesempatan kepada kita untuk tunduk dengan rela hati kepada kehendak Allah.

5. Kedewasaan Rohani Datang Melalui Penderitaan.
Ini membawa kita ke poin yang kelima dan itu terdapat di ayat yang berikutnya di Ibrani 5:9, “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya“. Ia mencapai kesempurnaan-Nya. Bagaimana? Melalui penderitaan. Seperti dikatakan di tempat lain dan juga di Ibrani 2:10, tentang Anak, pemimpin keselamatan kita: “Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.” Penderitaanlah yang menjadikan kita dewasa. Kedewasaan rohani datang hanya dengan penderitaan. Saya berharap Anda mencatatkan poin ini dengan jelas. Penderitaan adalah satu satunya sarana yang mendewasakan kita secara rohani.

6. Kita Menggenapkan apa yang Kurang pada Penderitaan Kristus.

Mari kita melanjutkan ke poin yang keenam tentang nilai penderitaan. Ini bersangkutan dengan apa yang dikatakan oleh Paulus di Kolose 1:24. Pokok ini sangat penting, namun banyak orang Kristen, khususnya orang-orang Kristen yang tidak pernah menderita, tidak mungkin dapat mengerti ayat ini. Paulus sebagai seorang yang banyak menderita demi Injil memahami hal ini dengan baik. Kolose 1:24 adalah satu batu sandungan yang besar bagi penafsir-penafsir akademis. Saya bacakan, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu……“. Perhatikan bahwa Paulus bersukacita. Ia sangat bergembira di dalam penderitaan; ia sama sekali tidak mengerang dan mengeluh tentang menjadi martir, dan berkata, “Lihat di sini, lihat apa yang harus aku deritai!” Ia berkata, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat”. Paulus mengatakan, “aku menggenapkan melalui penderitaanku…” Jadi, mengapa dia begitu bersukacita? Mengapa penderitaan merupakan suatu berkat? Itu karena melalui penderitaan dia sedang menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan Kristus. Apakah mungkin terdapat kekurangan pada penderitaan Kristus? Oh ya, memang ya! Memang itulah yang dikatakan oleh Paulus.

Penderitaan Kristus adalah guna menebus dosa kita, namun terdapat satu aspek penderitaan yang juga penting bagi keselamatan gereja yang tidak sepenuhnya ditanggung oleh Kristus.  Saya mengatakan ini dengan penuh hormat karena ini adalah firman Tuhan. Ini bukanlah sesuatu yang dikatakan oleh saya. Ini bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh Paulus pula. Ini adalah suatu hal yang penting bagi keselamatan gereja, yaitu sesuatu yang harus ditanggung kita, yang harus dipikul kita, yang dipikul Anda dan saya. Jika Paulus tidak menderita, bagaimana mungkin Injil dapat sampai ke tempat-tempat yang baru kita baca, misalnya di Kisah Para Rasul 14? Ke Derbe, Listra, Ikonium dan di seluruh Makedonia dan di seluruh Yunani dan di seluruh Asia dan di seluruh tempat-tempat di mana Paulus memberitakan Injil seperti Siprus dan Kreta dan mungkin juga di Spanyol, atau di mana saja Injil  belum pernah diberitakan? Siapa yang akan membawa Injil kepada mereka? Siapa? Siapa yang akan membawa Injil kepada mereka melainkan orang-orang yang mau menderita seperti Paulus. “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu.” Untuk memberitakan Injil dimanapun harga yang harus dibayar sangatlah tinggi. Siapa yang menderita untuk membawa Injil ke tempat-tempat itu? Siapa lagi kalau bukan hamba-hamba Tuhan yang setia. Tanpa penderitaan mereka, apakah tempat-tempat tersebut akan menerima Injil? Tentu saja tidak. Kalau begitu, bukankah penderitaan mereka amat dibutuhkan guna pemberitaan Injil? Tentu saja! Bukankah penderitaan mereka amat penting demi keselamatan orang-orang ini, dalam pengertian bahwa, tanpa penderitaan mereka, Injil tidak akan pernah sampai pada orang-orang ini? Tentu saja. Nah, kalau begitu, bukankah bagian penderitaan ini penting bagi keselamatan gereja juga? Tentu saja, karena tanpa penderitaan itu, orang lain tidak dapat menerima Injil.

Sekarang dapatkah Anda melihat bahwa terdapat bagian penderitaan ini yang amat penting bagi keselamatan gereja? Bagian ini adalah bagian yang harus ditanggung kita. Bagian ini adalah bagian yang ditinggalkan oleh Kristus bagi kita, supaya kita mengikuti jejak-Nya. “Pikullah salibmu dan ikutlah Aku.” Nah, jika tidak penting bagi kita memikul salib kita, hanya penting bagi Dia memikul salib-Nya, maka untuk apa Dia menyuruh kita memikul salib kita? Yesus memanggil kita untuk memikul salib karena Ia memanggil kita untuk mengambil bagian dalam penderitaan-Nya. Singkatnya, kita dipanggil untuk bersekutu dalam penderitaan-Nya.  Nah, tidak ada apa-apa yang sulit untuk dimengerti, bukan?

Namun pada masa kini, kita ingin memiliki suatu kekristenan di mana Kristus yang menanggung segalanya dan kita tidak perlu berbuat apa-apa. Kristuslah yang menanggung semua penderitaan itu: Dialah yang mati, Dialah yang menderita dan kita tinggal duduk santai-santai dan menikmatinya. Kekristenan macam apa ini? Ini bukan kekristenan yang diajarkan oleh Yesus. Kekristenan yang diajarkan oleh Yesus adalah bahwa pintu masuk Kerajaan adalah penderitaan. Bahwa melalui penderitaan kita, orang lain menerima Injil. Orang lain melihat kesaksian hidup Anda. Kehidupan Anda bersinar sebagai terang kepada dunia. Apakah terang itu penting? Tentu saja penting karena tanpa terang, Anda akan tersandung ke dalam lobang. Leher Anda patah. Anda mati di situ. Kitalah terang dunia yang membawa keselamatan Allah kepada dunia yang sedang binasa. Namun untuk menjadi terang kita harus dibakar hangus.

7. Upahmu Besar.

Marilah kita melihat poin yang terakhir, poin yang ketujuh. Mengapa kita harus bersukacita di dalam penderitaan oleh sebab kebenaran? Karena alasan-alasan yang telah dijelaskan di atas, dan lebih dari itu, Yesus berkata di Matius 5:12:  “karena upahmu besar di surga”. Upahmu besar. Mengapa upahmu besar? Karena dalam penderitaan, Anda menjadi berkenan kepada Allah. Dan apa lagi? Karena Anda akan ditemukan di antara nabi-nabi, “sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” Ah, begitu indahnya! Dengan demikian Anda mendapati diri Anda tergolong di antara nabi-nabi. Anda membuktikan diri Anda sebagai nabi Allah yang sejati. Anda tahu bahwa setiap murid dipanggil untuk menjadi nabi, untuk membawa firman Allah kepada orang lain, untuk membawa keselamatan kepada yang lain. Itulah pekerjaan seorang nabi. Dan apabila Anda menanggung penderitaan karena membawa keselamatan kepada orang lain, Anda membuktikan diri bukan saja sebagai seorang murid, tetapi juga sebagai seorang nabi Allah, seorang nabi Allah yang setia, yang membawa Firman Allah, Firman kehidupan itu, kepada orang lain, bukan saja melalui kata-kata namun melalui kehidupan Anda. Anda ditemukan di tengah-tengah kelompok yang paling bagus. Anda berkenan kepada Allah. Anda membuktikan diri sebagai seorang murid yang sejati dan seorang hamba Tuhan yang setia. Bukankah ini alasan untuk bersukacita? Anda bersukacita karena orang-orang seperti inilah yang akan menjadi empunya Kerajaan Surga.

Di sini kita telah melihat alasan-alasan mengapa terdapat nilai yang begitu besar dalam penderitaan. Dengan cara yang sama kita harus juga, sebagai kesimpulan, mengingat hal ini. Kita harus menderita, jika kita harus menderita sama sekali, oleh sebab kebenaran. Jangan ada orang Kristen yang menderita karena berbuat salah! Jangan ada orang Kristen yang menderita karena melakukan hal yang memalukan, karena menjelekkan nama orang lain, karena memfitnah, karena mengatakan apa yang tidak benar, karena berbuat salah. Kalimat (klausul) yang terdapat di sini adalah, “oleh karena kebenaran”, dan bukan karena alasan yang lain. Dan jika Anda menderita oleh karena kebenaran, bersukacitalah karena Anda tergolong di antara para nabi.

Namun itu bukan semuanya. Saya telah mendapati, dan saya berpikir bahwa semua yang telah menderita oleh karena kebenaran dalam ukuran apapun, apakah kecil atau besar, akan juga mendapati  bahwa tidak pernah hadirat Allah lebih dekat kepada Anda dibandingkan dengan saat Anda menderita. Indah sekali! Saat Anda menderita oleh sebab kebenaran – dan ini merupakan satu lagi alasan untuk berbahagia – Anda akan menemukan bahwa hadirat Allah begitu dekat kepada Anda, seperti sesuatu yang tidak pernah Anda alami sebelumnya.

Kita menemukan hal yang sama di dalam firman Tuhan. Ketika Paulus dan Silas dilempar ke dalam penjara, mereka bersukacita karena dipenjarakan demi nama Yesus. Mereka menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan dan sebagai akibatnya, Tuhan menyatakan hadirat-Nya dengan satu gempa bumi. Begitu besarnya gempa bumi itu sehingga penjara itu hancur. Hadirat Tuhan dalam penderitaan! Di 2 Timotius 4:17, Paulus sedang diadili dan ia mengatakan ini: “semuanya meninggalkan aku, tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku.” Hadirat Allah begitu dekat kepadanya di dalam penjara dan ketika dia diadili. Saya berdoa agar semua yang mendengarkan khotbah ini mengerti dengan sepenuhnya nilai rohani dari  penderitaan. Semoga kita tidak lagi kedapatan mengerang dan mengeluh. Ketahuilah bahwa penderitaan adalah berkat rohani yang paling tinggi nilainya dan harus disambut dengan sukacita sebagai satu penghargaan.

3 komentar:

  1. agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
    ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
    pin bbm :2B389877

    BalasHapus
  2. mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajoqq.club...
    segera di add black.berry pin 58CD292C.
    WwW-AJoQQ.club| bonus rollingan 0,3% | bonus referral 20% | minimal deposit 15000

    BalasHapus
  3. agen poker terbesar dan terpercaya IONQQ. pin BB : 58ab14f5
    silahkan daftar dan dapatkan keuntungan yang besar dengan bermain di IONQQ.GAMES

    BalasHapus