Rabu, 17 Juli 2013

Keselamatan dan Kelahiran Kembali.

(Bagian ketiga dari pembahasan sistematis tentang pokok keselamatan)

oleh Pendeta Eric Chang

Kita akan melanjutkan pembahasan Firman Tuhan tentang keselamatan. Kita akan memulai dari Markus pasal 10 untuk melihat makna penting dari 'lahir baru' atau 'dilahirkan kembali'.

Upaya memperoleh hidup yang kekal oleh orang muda yang kaya
Di Markus 10:17-31 kita membaca suatu bagian bacaan yang sangat terkenal:
17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?
18 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.
19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" 
20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." 
21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. 
23 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." 
24 Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
25 Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
26 Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" 
27 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." 
28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" 
29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,  30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.  31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Harap Anda perhatikan secara khusus ayat 24, alangkah sukarnya untuk masuk ke dalam kerajaan Allah. Kesukaran itu berlaku untuk setiap orang, terutama orang kaya. Mengapa begitu sukar?
Pertanyaan tentang pokok keselamatan ini diajukan oleh seorang muda yang kaya: "Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh (mewarisi) hidup yang kekal?" Artinya, bagaimana supaya aku bisa diselamatkan? Pertanyaan ini berkenaan dengan keselamatan.

Mewarisi hidup yang kekal
Pertanyaan ini diajukan dengan bijak dan cermat. Pertanyaan itu tidak diajukan dengan kalimat, "Bagaimana supaya aku bisa meraih (earn = mendapatkan, meraih, memperoleh) hidup yang kekal?" Orang muda yang kaya ini bertanya, "Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh (inherit = mewarisi) hidup yang kekal?"
Satu-satunya orang yang berhak untuk mewarisi (kata yang terdapat di dalam naskah kunonya memang berarti 'mewarisi') adalah seorang anak. Seseorang harus merupakan anggota keluarga untuk bisa mewarisi sesuatu, entah kedudukan sebagai anggota keluarga itu melalui kelahiran ataupun pengangkatan keduanya sama saja. Orang muda yang kaya ini berpendidikan baik; dia tidak membayangkan bahwa hidup yang kekal itu sebagai sesuatu hal yang bisa Anda raih dengan kekuatannya sendiri. Dia tahu bahwa, bagaimanapun juga, hidup yang kekal itu adalah hal warisan. Warisan adalah sesuatu hal yang diberikan kepada Anda, bukan hasil jerih payah Anda. Akan tetapi pemberian itu berlaku mengikuti persyaratan khusus. Pemberian itu terjadi atas dasar hubungan Anda dengan orang yang akan memberi Anda warisan. Oleh karena itu, jika Anda tidak memiliki hubungan apa-apa dengan orang tersebut, maka Anda tidak bisa memperoleh warisan darinya.
Oleh sebab itu, jika dia ingin memiliki hidup yang kekal dari Allah, orang muda yang kaya ini tahu bahwa dia harus memiliki hubungan yang sangat khusus dengan Allah. Dan dia memang harus memiliki bentuk hubungan sebagai anak Allah, dan Allah menjadi Bapanya. Hanya dengan cara itu baru Anda bisa memperoleh hidup yang kekal sebagai anugerah dari Allah, yakni berdasarkan hubungan istimewa ini dengan Allah. Anda bisa langsung melihat betapa bijaknya orang muda yang kaya ini. Dia sangat bijaksana! Sampai dengan titik ini, di dalam memahami hal-hal yang berasal dari Allah, orang muda yang kaya ini terlihat sangat mengerti.
Dan hikmatnya tidak berhenti di titik itu saja. Dia tidak membayangkan bahwa hubungan dengan Allah ini adalah sesuatu yang jatuh begitu saja ke pangkuannya. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang harus dia kerjakan: Apa yang harus kuperbuat? Dia tidak membayangkan bahwa dia akan memperoleh hubungan yang istimewa dengan Allah ini tanpa adanya tanggung jawab di pihaknya, atau hanya berdasarkan predestinasi (takdir) yang telah ditetapkan oleh Allah. Tidak, dia tahu bahwa bagaimanapun juga, Allah telah memberi kita peluang untuk memperoleh hidup yang kekal tersebut. Dia tahu bahwa hidup yang kekal ini hanya bisa tersedia baginya dengan cara menjadi anak Allah. Akan tetapi dia juga tahu bahwa Anda tidak secara otomatis menjadi seorang anak Allah. Ada hal yang harus Anda perbuat. Dan hanya dengan melakukan hal ini, yakni melewati jalur menjadi anak Allah baru dia bisa memiliki hidup yang kekal.

Ketaatan adalah iman
Lalu dia datang - perhatikan betapa indah sikapnya - dengan rendah hati kepada Yesus. Dia berlutut di hadapan Yesus. Perhatikan juga urgensinya: dia berlari mendatangi Yesus! Dia tidak sekadar melangkah santai menuju Yesus; dia berlari ke arah Yesus dan berlutut. Dia mengajukan pertanyaan yang sangat baik dan penting, dan sikapnya juga sangat sempurna. Dia berlutut di hadapan Yesus dan berkata, "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Bagaimana Yesus menanggapi pertanyaan, "Apa yang harus kuperbuat?" Yesus memberinya jawaban yang sangat lengkap. Dia berkata, "Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah." Sebagai langkah awal, turutilah perintah-perintah itu! Bukankah ini jawaban yang sangat mengejutkan? Kita tentunya berharap bahwa jawaban Yesus adalah, "Percayalah kepadaku." Memang, Yesus akan masuk ke dalam pokok tersebut nanti, akan tetapi dia memulai dengan berkata, "Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah" - kerjakanlah apa yang kau tahu harus kau kerjakan!
Paulus berkata di dalam Roma pasal 7 bahwa Hukum Taurat itu rohani, dan karena rohani, maka Hukum Taurat itu harus ditaati. Yesus berkata di dalam Khotbah di Bukit, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" [Mat 5:17]. Dan Yesus berkata, "Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga" [Mat 5:19].
Kata Yesus pada orang muda yang kaya ini, "Lakukanlah perintah-perintah itu." Lalu orang muda ini berkata kepada Yesus, "Tetapi aku telah mengerjakannya. Aku selalu menghormati perintah-perintah Allah. Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
Jika kita tilik sikap orang muda ini, kita pasti segera sepakat bahwa dia ini adalah orang yang benar-benar tulus dan jujur. Dia adalah orang yang sempurna. Dia mampu mengucapkan perkataan yang sama dengan rasul Paulus, di Fil 3:6, "Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." Dan orang muda yang kaya ini, sama seperti Paulus, mengucapkan perkataan yang sama, "Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." Dia telah melakukan sejauh yang telah dia ketahui. Berapa banyak orang Kristen yang berani berkata seperti itu?
Jadi, saat Anda menatap ke arah orang muda yang kaya ini, Anda akan berkata, "Wow! Ini dia orang yang berpotensi menjadi seorang rasul Paulus!" Dia adalah orang yang sangat baik, orang yang taat beribadah. Dan di dalam jalur ibadahnya, dia memiliki pengabdian yang sangat tinggi, orang yang sangat tulus, sangat rendah hati. Dia adalah orang yang perilakunya sangat menawan. Anda tidak akan melihat adanya kesombongan orang kaya di dalam diri orang muda ini. Dia datang dengan rendah hati, dan berlutut di hadapan seorang guru yang bukan siapa-siapa pada waktu itu; seorang guru yang - ingatlah - ditolak oleh semua pemimpin di Yerusalem; seorang guru yang tidak dihargai oleh para pemimpin agama di negerinya. Akan tetapi, di hadapan guru ini, dia bersedia berlutut. Kita harus memberi penghormatan yang tinggi kepada orang muda ini.
Banyak orang kaya yang sangat materialistis sehingga mereka hanya bisa memikirkan uang dan kesenangan pribadi saja, akan tetapi orang muda ini tidak. Dia peduli dengan persoalan tentang hidup yang kekal. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa salah satu Injil menyebutkan bahwa  Yesus menatap ke arahnya, dan mengasihi dia!
Jadi, pertama-tama, jawaban Yesus terhadap pertanyaan, "Apa yang harus kuperbuat?" mengarah pada ketaatan - taatilah Allah! Ini adalah definisi yang mendasar tentang iman menurut Alkitab. Ketaatan adalah iman.

Iman bagaimana yang menyelamatkan?
Akan tetapi hal itu masih belum cukup, sebagaimana yang telah kita lihat di pesan yang lalu (Keselamatan dan Iman), terdapat tiga kategori iman. Yang pertama adalah iman yang diakui di mulut akan tetapi tidak tulus. Ada lagi jenis yang kedua, yaitu iman yang sudah tulus tapi tidak utuh atau tidak total. Lalu kita lihat bahwa satu-satunya jenis iman yang dipandang berharga di hadapan Allah, adalah iman yang berwujud komitmen total.
Orang muda ini berkata, "Aku telah menjalankan Hukum Taurat itu." Maksudnya, tentu saja, mengikuti standar yang lazim dipakai oleh orang-orang. Artinya, tentu saja, apa yang dikatakan oleh Paulus, "Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat," maksudnya adalah, "Menurut apa yang bisa dinilai oleh manusia, aku telah mentaati Hukum Taurat sebaik yang bisa dilakukan oleh orang lain." Namun Paulus sendiri juga mengatakan bahwa, di hadapan Allah, tak seorangpun yang bisa mentaati hukum Allah dengan sempurna. Mustahil bagi Anda untuk melakukannya.
Tak seorangpun bisa mentaati hukum Taurat dengan sempurna, maka di dalam Perjanjian Lama disediakan jalur persembahan korban. Persembahan korban itu untuk melengkapi usaha Anda yang tidak sempurna dalam mentaati Hukum taurat. Jika demikian halnya, maka tak seorangpun yang bisa memiliki ketaatan yang sempurna di hadapan Allah. Kita masih membutuhkan darah korban persembahan untuk menyucikan kita.

Hanya dengan mengikut Yesus maka kita bisa dijadikan sempurna
Lalu, bagaimana kita bisa menjadi sempurna? Yesus berkata kepada orang muda yang kaya ini, "Kamu masih belum sempurna. Kamu tahu akan hal itu. Sekalipun kamu sudah mentaati Hukum Taurat, kamu juga tahu bahwa kamu belum sempurna." Sebenarnya, mereka yang paling taat kepada Hukum Taurat merupakan orang-orang yang paling tahu bahwa mereka tidak sempurna. Mungkin tak satupun orang yang sadar sepenuhnya betapa diri mereka itu tidak ada artinya sebagaimana halnya para hamba Tuhan yang melayani. Semakin saya mengikut Yesus, semakin mendalam kesadaran saya akan kelemahan, ketidaksempurnaan dan ketidaklayakan saya; dan semakin sadar Anda akan ketergantungan Anda pada kasih karunia Tuhan. Kita ini selamanya tidak sempurna.
Lalu Yesus Kristus berkata kepada orang muda yang kaya ini, "Masih satu hal mendasar yang kurang darimu." Bagaimana cara untuk mendapatkan satu hal yang mendasar ini? Di mana Anda bisa dapatkan satu hal yang mendasar ini, hal yang tanpanya Anda tidak akan pernah sempurna ini? Hanya dengan cara mengikut Yesus maka Anda bisa dijadikan sempurna. Dia menjadikan Anda sempurna lewat dua cara.
Pertama, dengan memberi Anda pengampunan yang Anda butuhkan itu lewat pengorbanannya di kayu salib. Kata 'sempurna' ini muncul berulang kali di dalam kitab Ibrani, di mana penulis kitab Ibrani, berkata, "Persembahan korban dalam Perjanjian Lama tidak bisa menjadikan kita sempurna, dan mentaati Hukum Taurat juga tidak bisa menjadikan kita sempurna, akan tetapi Kristus, lewat satu persembahan korbannya, telah menyempurnakan kita" [Ibr 7:19; 10:1-14]. Hanya Kristus yang bisa menyempurnakan kita melalui pengorbanannya di kayu salib. Artinya, Yesus mampu menyucikan dosa-dosa saya, dan jika semua dosa saya diampuni, maka tentu saja, saya menjadi sempurna. Menurut Hukum Taurat, maka saya tidak memiliki kesalahan lagi karena semuanya telah diampuni; nodanya telah dibersihkan. Secara legal, saya telah sempurna. Namun syukur kepada Allah! Saya tidak hanya disempurnakan secara legal saja. Karena setiap kali noda itu dihapuskan.
Hal berikut yang terjadi adalah Roh Kudus diberikan pada saya dan menjadikan saya lahir baru. Seperti yang dikatakan oleh Petrus di dalam 2 Pet 1:4, "Kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi." Kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi lewat cara sebagaimana yang disampaikan oleh rasul Yohanes di dalam 1 Yoh 3:9, yaitu karena kita memperoleh benih ilahi, karena Roh Allah diam di dalam diri kita, oleh karena itu kita tidak berbuat dosa. Artinya, kita tidak secara sengaja meneruskan lagi dosa-dosa kita. Rasul Yohanes tidak berkata bahwa sejak saat kita dilahirkan kembali, maka kita tidak melakukan perbuatan dosa lagi (hal ini akan kita bahas nanti). Pandangan semacam ini tentu saja tidak benar. Yang dia maksudkan adalah kita tidak lagi secara sengaja berbuat dosa karena sekarang hal itu sudah bertentangan dengan kodrat baru kita. Jadi, apa yang disampaikan oleh Yesus kepada orang muda ini adalah, "Mari ikutlah Aku. Itulah jawaban bagi - Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? - ikutlah Aku."

Persyaratan Tuhan: Komitmen total
Namun, mengikut Yesus menurut Kitab Suci itu bukanlah hal yang mudah. Dia mengatakan hal ini kepada orang muda yang kaya, "Pergi dan juallah semua hartamu, lalu datang dan ikutlah Aku." Apakah yang dituntut Yesus padanya? Yesus menuntut iman yang berupa komitmen total! Segenap ajaran Yesus selalu memperingatkan kita, bahwa satu-satunya jenis iman yang menyelamatkan, dalam jangka panjang, adalah komitmen total kepada Allah. Dia tidak pernah menetapkan syarat lebih rendah daripada itu. Itulah persyaratan minimumnya! Itu bukan syarat maksimum; itu adalah standar minimum.
Jika orang muda yang kaya ini mendatangi pendeta zaman sekarang, jawaban yang diberikan pasti berbeda dengan yang dikatakan oleh Yesus kepada orang muda ini. Jawaban yang diberikan pasti adalah, "Percayalah kepada Yesus." Dia tidak akan diberitahu sepatahpun tentang komitmen total. Tak satupun kata yang akan disampaikan mengenai komitmen total tersebut. Jika orang muda ini berkata kepada pendeta, "Saya siap untuk mempercayai Yesus, apa yang harus saya perbuat?" Pendeta akan berkata kepadanya, "Bertobatlah dari dosa-dosamu yang lama. Apakah kamu bersedia bertobat dari dosa-dosamu?" Orang muda ini akan berkata, "Ya, aku bersedia bertobat." Lalu pendeta akan berkata, "Berlututlah di sini bersama saya dan terimalah Tuhan Yesus." Bukankah inilah yang dilakukan hamba Tuhan di zaman sekarang ini. Kita dengan berani memperlebar gerbang Kerajaan Allah! Kita memandang bahwa gerbang Kerajaan Allah itu terlalu sempit. Dengan demikian, kita telah mengambil kewenangan untuk memperlebar gerbang tersebut!

Hanya ada satu kelas orang Kristen - yakni mereka yang berkomitmen total
Banyak gereja yang memberitahu kita bahwa memasuki pintu gerbang yang sempit itu memang perlu, akan tetapi hal itu dipandang sebagai langkah lanjutan. Begitulah cara gereja-gereja zaman sekarang mengajarkannya. Kita diberitahu tentang adanya berbagai macam kelompok: ada kelompok 'orang Kristen' dan ada kelompok 'murid-murid', atau ada kelompok 'kelas satu' dan yang 'kelas dua'. Namun, tentu saja, siapa yang peduli apakah dia akan mendapat tempat di kelas dua atau bahkan ikut rombongan turis, yang penting kita sampai ke destinasi akhir. Namun, di dalam ajaran Yesus, tidak ada perbedaan kelas, hanya ada satu kelas yang berangkat ke surga. Yesus tidak mengenal pembagian kelas.
Akan tetapi gereja justru menciptakan pembagian kelas. Jadi, Anda diberitahu bahwa pertama-tama Anda diselamatkan, dan selanjutnya, Anda bisa memilih untuk menjadi murid, tapi jika Anda tidak mau, juga tidak menjadi masalah. Di dalam Alkitab semua yang mengikuti Yesus adalah murid dan mereka yang bukan murid tidak diselamatkan. Di Kisah 11:26, hanya para murid yang disebut sebagai orang Kristen. "Orang Kristen" adalah istilah yang ditujukan kepada pada murid. Malahan, di sepanjang kitab Kisah Para Rasul, satu-satunya nama sebutan bagi orang Kristen adalah 'murid-murid'. Orang non-Kristenlah yang, karena tidak tahu bagaimana menggambarkan seperti apa orang Kristen itu, lalu menyebut murid-murid dengan istilah Christianoi - "orang Kristen".
Jadi perhatikanlah betapa berbedanya ajaran dari Yesus mengenai keselamatan. Dia berkata kepada orang muda yang kaya ini, "Kamu adalah orang baik. Namun Aku meminta komitmen yang total darimu." Orang ini memang sangat baik, namun dia masih kurang sedikit saja. Dia sangat tulus, sangat murni, akan tetapi masih ada sedikit yang kurang. Namun saat masuk kepada persyaratan komitmen total, dia lalu mundur; dia tidak bisa menerimanya.
Ada sangat banyak orang di zaman sekarang ini yang rela menjadi Kristen sekiranya saja, persyaratannya dikurangi sedikit. Dan gereja, dalam keserakahannya menjaring orang-orang masuk gereja, bukan sekadar menurunkan sedikit saja persyaratannya, tapi malah meniadakannya, sampai-sampai gereja dipenuhi oleh berbagai macam orang yang tidak dapat disebut Kristen.
Akan tetapi Yesus tidak menurunkan persyaratannya walaupun hanya sedikit. Orang muda yang kaya ini menginginkan hidup yang kekal. Benar, dia menginginkannya. Dia ingin menjadi anak Allah, dia memang benar-benar menginginkannya. Akan tetapi yang dipertanyakan oleh Yesus adalah: seberapa besar keinginanmu itu? Seberapa dalam dan besar hasrat Anda akan hidup kekal itu? Seberapa berharga hidup kekal itu bagi Anda? Apakah melebihi segala-galanya bagi Anda, atau ternyata tidak terlalu berharga bagi Anda? Sekalipun hidup kekal itu mencapai nilai 90% dari segala-galanya, hal itu masih belum mencukupi. Hidup kekal itu harus bernilai segala-galanya bagi Anda atau Anda tidak akan memilikinya sama sekali.
Orang muda yang kaya ini sangat menginginkannya, namun bukan dalam bentuk komitmen total. Dia menjadi kecewa. Ahh! Harganya terlalu tinggi! Kita tahu bahwa dia tidak terlalu mencintai hartanya, akan tetapi dia juga tidak bisa melepaskannya begitu saja. Dia tidak bisa memisahkan diri secara penuh dengan dunia. Dia bersedia berpisah dari dunia, namun tidak sepenuhnya. Dia masih menginginkan sedikit hubungan dengan dunia; sepertinya itu cukup baik. Akan tetapi Yesus tidak memberinya peluang itu - semua atau tidak sama sekali! Itulah komitmen total! Sangat sukar. Akan tetapi itu bukan ajaran saya. Itu adalah ajaran Yesus sendiri!

Sangatlah sukar mengikut Yesus
"Jika seseorang tidak memikul salibnya dan melepaskan dirinya dari segala miliknya, dia tidak dapat menjadi muridKu." [Mat 16:24, Mar 8:34, Luk 9:23]. "Ia tidak dapat menjadi muridKu bukan karena Aku tidak menghendakinya menjadi muridKu, melainkan karena dia tidak akan mampu menjadi muridKu." Jika Anda tinggalkan satu celah saja terbuka untuk berhubungan dengan dunia - satu tali yang kecil itu akan menarik Anda kembali kepada dunia. Anda akan kalah dalam peperangan Anda melawan dunia. Itulah sebabnya mengapa Anda tidak dapat menjadi muridnya, karena Anda tidak akan menang dalam peperangan ini, selama ikatan itu masih ada.
Namun, melepaskan segala milik Anda itu tidak semestinya berarti Anda telah memutuskan semua hubungan dengan dunia. Yesus tidak sekadar berkata, "Juallah segala milikmu," tetapi dia juga berkata, "Kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Anda bisa saja menjual segala milik Anda, menyerahkan tubuh Anda untuk dibakar namun tidak memiliki kasih. Ada orang yang bisa melakukan itu semua, namun mereka tidak mengikut Yesus.
Menjadi seorang Kristen itu sangatlah berat, bukankah demikian? Yesus tidak memungkiri hal ini, di ayat 24, dia berkata kepada murid-muridnya, "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah." [Mar 10:24]. Kita mengerti kenapa Yesus berkata demikian, karena sangatlah sukar memutuskan hubungan dengan dunia. Dapatkah Anda berkata seperti Paulus, "Aku telah disalibkan bersama Kristus. Dan sekarang dunia telah mati bagiku, dan aku telah mati bagi dunia" (Gal 6:14). Jika Anda seorang Kristen sejati, sanggupkah Anda mengatakan hal itu?
Yesus melanjutkan dengan memberi gambaran tentang betapa hal ini merupakan suatu persoalan yang sukar. Dia tahu betapa sukarnya bagi kita untuk memutuskan hubungan dengan dunia. Yesus berkata, "Tahukah kamu seberapa sukar hal itu? Sama sulitnya dengan upaya seekor unta untuk melewati lubang jarum."

Apakah kita menumpuk seperti unta?
Unta itu sangat mirip dengan kita. Kita ini seperti unta. Mengapa? Unta adalah hewan dengan daya tampung yang sangat luar biasa. Ia menampung segala sesuatu di dalam dirinya. Seperti diri kita juga.
Kita belajar bertahun-tahun untuk menumpuk pengetahuan. Mengapa kita menimbun semua ini? Karena pendidikan dan pengetahuan adalah jalan untuk menjadi sukses dan untuk menghasilkan banyak uang. Kita bisa menimbun banyak uang, seperti halnya dengan unta, lalu kita tumbuhkan lagi punuk yang kedua. Mula-mula kita besarkan punuk yang pertama, selanjutnya adalah punuk yang kedua. Penumpukan kita tidak ada habisnya. Kita ini benar-benar unta yang hebat; kita sangat mahir menimbun! Simpan semua untuk diri Anda! Unta yang menimbun di dalam punuknya itu tidak bisa berbagi dengan unta yang lainnya. Hanya bisa dia nikmati sendiri. Dengan demikian, semakin besar punuk Anda, akan semakin sukar untuk melewati lubang jarum.

"Lahir Baru" adalah transformasi total melalui iman yang total
Untuk bisa melewati lubang jarum, Anda harus mengurangi beban sampai nyaris habis! Namun sekalipun Anda terus menurunkan berat dan menjalankan diet, hal ini tidak akan berhasil. Tidak ada usaha, tidak ada perjuangan yang akan bisa meloloskan Anda lewat di lubang jarum. Satu-satunya jalan untuk bisa melewatinya adalah dengan transformasi total. Itulah tepatnya hal yang ingin diberitahukan oleh Yesus kepada kita. Transformasi total hanya bisa muncul dari iman yang total. Dari sini, Anda mulai bisa melihat hubungannya.
Transformasi total ini adalah ungkapan lain dari apa yang disampaikan oleh Kitab Suci mengenai hal 'dilahirkan kembali'. 'Dilahirkan kembali' berarti Anda menjadi benar-benar baru! Anda menjadi berbeda dengan diri Anda yang sebelumnya. Menjadi seorang Kristen berarti mengalami transformasi total! Dan transformasi total ini, hanya muncul melalui komitmen total, melalui iman yang total.
Transformasi total ini hanya bisa digenapi oleh kuasa Allah. Karena itulah  Yesus berkata, "Memang mustahil bagi manusia, namun tak ada hal yang mustahil bagi Allah." Hal apakah yang dikatakan mustahil itu? Yah, memang mustahil bagi seekor unta untuk melewati lubang jarum. Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan! Akan tetapi apa kata Yesus? Apakah makna ungkapan 'mungkin bagi Allah' itu berarti, "Baiklah, kamu boleh mengitari jarum itu. Kamu tidak perlu lewat melaluinya"? Yesus menggambarkan pintu gerbang Kerajaan Allah itu sedemikian sempitnya dengan menyamakannya dengan lubang jarum. Jadi, ketika Yesus berkata, "Hal itu mungkin bagi Allah." Dia berkata, "Hal itu memang mustahil bagi orang kaya, atau semua orang, untuk melewati lubang jarum. Akan tetapi Allah bisa melakukannya." Dia bisa mengerjakan hal itu dengan mengubah hati Anda, dengan mengubah segenap sikap hati Anda.
Para murid tahu persis apa yang disampaikan oleh Yesus. Lalu mereka berkata, "Lihatlah, Tuhan. Kami telah meninggalkan semuanya untuk mengikut engkau. Kami telah melewati lubang jarum. Sungguh suatu mukjizat!" Itulah sebabnya Yesus menyebut mereka anak-anak. Di ayat 24, Yesus berkata: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya..." Dia berbicara kepada mereka sebagai orang-orang yang telah lahir baru. (Di Yoh 1:12, Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.)
Lalu bagaimana? Apa yang harus saya perbuat untuk mewarisi hidup yang kekal? Bagaimana Yesus menjawab pertanyaan ini? Yesus menyatakan dengan tegas kepadanya, "Melalui iman yang total, maka kamu akan masuk ke dalam kasih karunia yang total - kasih karunia dari kelahiran baru. Namun karena kelahiran baru ini adalah suatu perubahan total, maka kamu tidak akan bisa memasukinya tanpa iman yang total. Dilahirkan baru adalah sesuatu hal yang bukan merupakan pencapaian manusia. Hal itu mustahil bagi manusia. Ini adalah karya keselamatan Allah. Kasih karunia Allah, kuasa Allah, kasih Allah yang dimanifestasikan melalui transformasi ini."

Komitmen total adalah suatu sikap hati
Bagaimana dengan Anda sendiri? Iman macam apakah yang Anda miliki? Mungkin iman Anda itu murni, namun apakah sudah total? Anda mungkin segera berkata, "Apa maksud Anda dengan iman yang total itu? Apakah saya harus bergegas menjual segala yang saya miliki?" Belum apa-apa Anda sudah kuatir, memikirkan rumah dan mobil dan segala yang Anda miliki. Jika Anda menguatirkan semua itu, jelas itu bukan pertanda baik. Orang yang berhasrat untuk menjadi seorang anak Allah tidak akan terlalu menguatirkan hal-hal tersebut. Lalu Anda berkata, "Yah, baiklah, saya memang menguatirkan hal-hal tersebut. Ada apa dengan diri saya?"
Ingatlah selalu bahwa unsur terpenting dalam komitmen total itu adalah sikap hati. Anda tidak perlu takut! Allah tidak akan datang ke rumah Anda lalu membawa pergi rumah dan mobil Anda. Yesus tidak mendatangni rumah orang muda yang kaya ini lalu menjual habis segalanya. Dia tidak mengurusi apa yang Anda kerjakan dengan harta milik Anda. Itu semua terserah Anda.
Ketika saya serahkan diri saya sepenuhnya kepada Tuhan, saya letakkan segala yang saya miliki di atas altar. Segala yang ada pada diri saya adalah milik Tuhan. Bagaimana dengan sikap hati saya? Sikap hati saya sederhana saja, "Tuhan, aku ini milikMu. Segala yang kumiliki adalah milikMu. Silakan Engkau kerjakan apa yang Kau pandang baik akan semua itu. Jika Engkau ingin agar saya memberikannya, beritahu saya kepada siapa saya harus memberikannya. Engkau tinggal menunjukkan orangnya. Maka orang itu akan mendapatkannya." Rekening saya sekarang adalah milik Tuhan. Dialah yang akan menentukan akan diapakan uang tersebut nantinya. Saya selalu siap mendengarkan apa yang ingin Tuhan perbuat atas setiap dolar yang saya miliki. Anda tentunya tidak bisa memastikan apakah yang memang tulus mengatakan hal ini, namun Allah tahu apakah saya tulus dengan pernyataan saya itu. Sangatlah penting mengetahui bahwa Dia tahu karena di sanalah akan terlihat entah saya ini berkomitmen atau tidak. Jika Anda telah menjadi milik Tuhan, maka segala milik Anda adalah milikNya. Anda hanya sekadar menjadi pengurus segala milikNya. Dan segala milik Anda itu menjadi milik komunitas umat Allah. Ditempatkan di bawah pengurusan mereka. Orang Kristen sejati tidak lagi memandang harta milik sebagai hak pribadinya.

Anda kehilangan segalanya akan tetapi memperoleh segalanya!
Inilah alasan mengapa, ketika pada murid berkata, "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" [Mar 10:28] - seolah-olah berkata, "Lalu apa yang kami miliki selanjutnya?" - lalu Yesus berkata di ayat 29-30, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan," - perhatikan hal itu - "dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal."
Anda mungkin berkata, "Bagaimana mungkin saya yang telah meninggalkan rumah, tanah dan anak-anak, lalu mendapat seratus kali lipat? Saya tinggalkan orang tua saya, lalu saya mendapatkan seratus ayah dan ibu. Saya tinggalkan rumah saya, lalu saya mendapatkan seratus rumah. Saya tinggalkan ladang saya, lalu saya mendapat seratus ladang?" Bukankah sangat indah? Sederhana saja, saat Anda menjadi milik Tuhan, saat Anda telah dilahirkan kembali, maka Anda tidak lagi memandang kekayaan Anda sebagai milik pribadi yang sepenuhnya hak Anda. Sekarang Anda bersedia membagikan semua milik Anda bersama umat Allah. Bukankah sangat indah? Selanjutnya, ke mana pun Anda pergi, Anda akan bertemu dengan saudara dan saudari seiman yang mau berbagi dengan Anda. Anda berbagi dengan mereka, dan mereka berbagi dengan Anda. Tak heran jika Anda akan memperoleh seratus kali lipat! Bukankah sangat indah? Ke mana pun Anda pergi di dunia ini, Anda akan bertemu dengan saudara, saudari, ayah dan ibu di sana.
Saya sangat terharu, ke mana pun saya pergi, saya bertemu dengan ibu-ibu yang memperlakukan saya seperti anak mereka. Mereka sangat memperhatikan saya - sama baiknya dengan ibu kandung saya. Karena kasih mereka kepada Tuhan, mereka memandang saya seperti anak mereka sendiri. Di dalam kehidupan Kristen saya, saya memiliki banyak ibu yang memelihara saya, yang membawa saya ke dalam keluarga mereka yang memperlakukan saya sebagai bagian dari keluarga mereka. Secara rohani, saya akan menjadi sangat miskin tanpa adanya para ibu, bapa, saudara dan saudari seiman itu. Di saat saya masih tinggal di China di bawah pemerintahan Komunis, di dalam perjalanan menuju Inggris, selalu ada keluarga yang bersedia menerima saya sebagai bagian dari keluarga mereka, yang selama bertahun-tahun terus merawat saya, memperhatikan saya, berdoa buat saya. Sungguh indah keluarga Allah yang sangat besar ini! Apa yang hilang, saya mendapatkan seratus kali lipat, keluarga saudara, saudari dan rumah. Itulah yang Yesus maksudkan.
Tentu saja, Yesus tidak berkata, "Kamu harus pergi menjual rumahmu dan tinggal di pinggir jalan." Hal ini jelas tidak menyelesaikan masalah.  Yang dimaksudkan adalah komitmen total yang sejati dan murni, yang bisa dengan tulus menyerahkan segala harta milik di bawah pengaturan Tuhan sepenuhnya, dan dengan tulus merelakan segala yang Tuhan kehendaki agar saya relakan. Jika Tuhan berkata kepada saya, "Saudara yang di sana memerlukan $100," saudara itu akan mendapatkan uang yang $100 itu karena sudah bukan menjadi milik saya, uang itu adalah milik Tuhan. Dan ketika dia menerima uang yang $100 itu, dia tidak perlu merasa telah menerima amal karena uang yang $100 itu adalah milik Tuhan dan dia adalah anak Tuhan. Dia berhak menerima uang itu.
Oh, bukankah sangat indah bahwa dengan kehilangan segala-galanya, Anda justru mendapatkan segala-galanya? Anda ingin bertahan dengan apa yang Anda miliki? Anda akan berkutat terus dengan milik Anda yang sedikit itu. Prinsip-prinsip di dalam kehidupan Kristen selalu berjalan: semakin Anda memberi, maka semakin banyak juga Anda menerima dari Tuhan. Akan tetapi Anda tidak boleh memberi dengan niat mendapatkan kembali.

Milik bersama, kita tak boleh memanfaatkan orang lain
Dan juga, seorang anak Allah bertindak dengan hikmat yang besar. Dia tak pernah belajar untuk memanfaatkan orang lain. Kebiasaan ini adalah tanda yang langsung terlihat pada orang yang tidak berkomitmen. Dia tidak berkata, "Baiklah, semuanya milik bersama, jadi saya boleh bersenang-senang dengan hartamu." Sikap semacam ini dengan segera menunjukkan bahwa orang ini tidak berkomitmen. Karena orang yang berkomitmen memandang harta milik bersama itu sejalan dengan ajaran Tuhan di dalam Kisah 20:35 - Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.
Jadi, saya tidak berkata, "Saya tidak punya mobil. Saudara ini punya mobil. Ayo, mari kita pakai mobilnya! Semuanya milik bersama." Jika dia berkata bahwa dia harus memakainya, maka saya akan menyahut, "Yah, kamu naik bus saja. Saya yang pakai mobilmu." Dan saya akan khotbahi dia, "Lebih berbahagia bagimu dengan memberi daripada menerima." Jika Anda mendengar ada orang yang berkata seperti itu, maka Anda akan tahu bahwa dia bukan orang yang berkomitmen. Tidak begitu, seorang anak Allah itu memiliki hikmat. Dia selalu bertenggang-rasa. Karena alasan inilah, saya jarang mau memakai kendaraan orang lain. Sekalipun kadang kala, mereka menawarkannya kepada Anda dan berkata, "Silakan pakai," saya sering mencoba untuk menolaknya. Jika memang harus, maka saya akan memakainya dengan sangat hati-hati.
Seorang anak Allah selalu menjalani hidup dalam komitmen yang total. Demikianlah, jika dia menghampiri Allah dengan sikap ini, segenap dirinya akan ditransformasi - segenap pemikiran dan sikap hatinya akan diubah. Itu sebabnya dia tidak akan pernah memperalat orang lain. Dia tidak akan mendatangi orang lain dan berkata, "Aku tidak punya uang. Mari kita pakai uangmu." Tidak, karena segenap cara berpikirnya telah diubah; dia telah lahir baru. Segenap sikap hatinya berwujud sikap hati yang bergantung sepenuhnya kepada Allah. jadi, komitmen total adalah jalan untuk menerima kasih karunia yang total dari Allah. Saya harap Anda bisa memahami hal itu.

Mukjizat kelahiran kembali, dan pertumbuhan menuju kedewasaan
Mengenai hal dilahirkan kembali, bagaimana peristiwa itu digenapi, apa mekanismenya, tidak bisa kita pahami. Dan juga, tidak penting bagi kita untuk memahami bagaimana peristiwa suatu kelahiran berlangsung. Kebanyakan dari kita tidak memahami mekanisme kelahiran bayi manusia. Bagaimana peristiwa terjadinya seseorang? Sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus di dalam Yoh 3:8, "Angin bertiup ke mana ia mau...Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Artinya, kita tidak tahu dari mana dia datang, dan ke mana dia pergi, karena tak ada orang yang tahu bagamana Roh Allah bergerak. Yang penting, bagi kita hari ini, adalah: bahwa kita menghampiri Allah dengan ketulusan, dengan hati yang terbuka sepenuhnya kepada Dia. Selanjutnya, Allah akan mengerjakan mukjizat - suatu mukjizat kelahiran kembali! Dia masuk ke dalam hidup kita melalui Roh Allah, dan menciptakan manusia yang baru sepenuhnya di dalam diri Anda. Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Anda sempurna sepenuhnya dalam sekejap mata.
Mula-mula, Anda menjadi bayi kecil. Saat Anda dilahirkan kembali, Anda akan melihat bahwa pemahaman rohani Anda sering kali kabur dan buram. Dan banyak orang yang merasa tertekan akan hal ini. Mereka mengira bahwa di saat mereka dilahirkan kembali, maka mereka langsung menjadi raksasa rohani yang hebat. Kejadiannya tidak seperti itu. Saat Anda dilahirkan kembali, Anda menjadi sama seperti bayi, yang terbaring tanpa daya. Bayi itu hidup! Bayi itu memiliki sedikit pemahaman tentang dunia yang baru, dunia yang baru dia masuki, namun segala sesuatunya masih tidak begitu jelas. Seorang bayi yang kecil masih belum bisa memusatkan pandangannya. Banyak dari antara mereka yang tidak bisa memusatkan pandangannya sampai beberapa bulan kemudian. Demikianlah, sama halnya dengan orang Kristen yang baru dilahirkan kembali, dia memang benar-benar dilahirkan kembali, dia sudah bisa melihat, akan tetapi masih belum begitu jelas. Dia juga, kadang kala, mendapati bahwa dia bisa berbicara, akan tetapi masih belum bisa berkomunikasi dengan jelas. Kadang-kadang, hal ini membuat frustrasi.
Saya yakin jika bayi mampu mengutarakan apa yang dia inginkan, tentunya akan sangat membantu para orang tua. Akan tetapi, yang bisa dia kerjakan hanyalah membuat keributan dan akhirnya, dalam keputusasaannya, ia mulai menjerit-jerit, lalu wajahnya memerah karena frustrasi. Dan orang tuanya bertanya-tanya, apakah ini karena popoknya basah? Atau karena dia lapar? Atau ada sumber ketidaknyamanan yang lainnya? Bulan-bulan pertama Anda memiliki bayi, segala sesuatunya adalah usaha tebak-tebakan. Anda berusaha menebak apa penyebab kerewelan bayi. Sang bayi tidak bisa berkomunikasi. Keadaannya membuat sang bayi frustrasi; dan orang tuanya juga sama frustrasi.
Demikianlah, saat Anda dilahirkan kembali, Anda mungkin menemukan hal yang sama. Saat Anda berdoa, Anda mendapati bahwa berdoa itu sukar: "Tampaknya aku tidak akan bisa menyelesaikannya." Dan, kadang-kadang, doanya bisa diselesaikan, dan Anda berkata, "Oh, bagus sekali." Saat lainnya, Anda merasa sangat sulit berdoa. Janganlah berkecil hati. Hal itu bukanlah bukti bahwa Anda belum dilahirkan kembali; hanya merupakan bukti bahwa Anda masih bayi. Itu saja.
Tanda lain yang baik dari seorang bayi adalah bahwa dia selalu lapar. Setiap beberapa jam, ia memerlukan makanan lagi. Seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus di dalam 2 Pet 2:2, Anda memerlukan banyak susu. Kemudian, Anda bertumbuh dengan memanfaatkan gizi dari susu itu. Susu itu, tentu saja, adalah Firman Allah. Jika Anda memiliki selera makan yang bagus akan Firman Allah, itu berarti bahwa Anda bertumbuh. Saat Anda bertumbuh, Anda mulai belajar berjalan.
Jika Anda ingat bagaimana Anda belajar berjalan, hal itu juga merupakan proses yang membuat putus asa pada awalnya. Anda mencoba berdiri dan kaki Anda gemetaran. Kaki-kaki Anda masih belum kuat; masih cenderung mudah jatuh. Hal yang serupa terjadi di dalam kehidupan Kristen Anda. Seringkali Anda mencoba untuk berdiri bagi Tuhan, namun Anda terjatuh. Dan Anda berkata, "Saya tidak tahu, saya ini orang Kristen atau bukan? Saya lemah sekali!" Selama Anda tahu bahwa Anda benar-benar berkomitmen kepada Kristus, jangan kuatirkan hal itu! Perlahan-lahan kaki rohani Anda akan menguat. Pada masa-masa tersebut, sering kali, Anda sangat bergantung pada orang Kristen yang lain. Sama seperti anak kecil yang sedang belajar berjalan, saudaranya, atau siapapun itu, harus memeganginya untuk membantu dia berjalan. Dan yang paling penting adalah, janganlah terlalu angkuh berkeras tidak memerlukan pertolongan dari orang lain. Pada tahapan itu, Anda memang memerlukan pertolongan dan nasehat.
Perlahan-lahan, kaki Anda menjadi semakin kuat, dan kemudian Anda bisa mengambil satu atau dua langkah ke depan. Ahh, sungguh membangkitkan semangat! Sungguh suatu pengalaman yang menyenangkan bagi seorang bayi yang belajar berjalan. Anda bisa melihat kegembiraan di wajahnya, walau kemudian wajahnya terbentur lagi ke lantai. Demikianlah, dia lalu menangis frustrasi. Anda berkata, "Tidak apa-apa." Anda mengangkat dan menegakkannya lagi. Saat berikutnya, dia bisa melangkah sampai lima atau enam langkah, dan terbanting lagi ke lantai. Tapi, jangan kuatir, perlahan-lahan dia akan belajar untuk menguasai kemampuan ini.
Demikianlah, di dalam kehidupan Kristen, Anda juga temukan hal semacam ini, Anda melakukan beberapa langkah dan berkata, "Oh, sungguh hebat!" Dan tiba-tiba saja, Anda terjatuh. Begitulah kehidupan Krsiten. Itulah proses pertumbuhan - bertumbuh menuju kedewasaan, sampai Anda mulai bisa melangkah dengan benar, lalu Anda mendapati bahwa Anda mulai bisa berbicara dengan baik. Pada awalnya, yang bisa Anda ucapkan dalam doa Anda hanyalah, "Abba! Bapa!" Seringkali, Anda hanya bisa berkata, "Bapa yang terkasih," di dalam doa Anda. Anda tidak ingat lagi apa kelanjutannya. Namun tidak masalah. Anda teruskan saja pertumbuhan Anda, selanjutnya nanti Anda akan semakin lancar secara rohani - Anda akan lebih mampu berkomunikasi. Dan semakin hari, gambaran Kristus semakin terbentuk di dalam diri Anda. Hidup Yesus akan menjadi semakin penuh kuasa di dalam diri Anda. dan selanjutnya, Anda bertumbuh menuju kedewasaan, menjadi mahir dalam Firman Allah, layak menjadi prajurit rohani yang tangguh.

Berpalinglah dari dunia, bukalah hati Anda sepenuhnya kepada Allah 
Demikianlah, Anda bisa lihat mengapa Alkitab menguraikan awal kehidupan Kristen dengan ungkapan 'dilahirkan kembali'. Istilah ini memberitahu kita segenap proses pertumbuhan menuju keserupaan dengan Kristus, lewat kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam diri Anda. Akan tetapi semua itu berawal, dari satu hal: berpaling dari dunia dan membuka hati sepenuhnya kepada Kristus.
Apakah Anda bersedia melakukan hal itu? Sudahkah Anda menguji iman Anda untuk melihat apakah iman itu berisi komitmen total?

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar