Kamis, 18 Juli 2013

Keselamatan: Kemerdekaan dari Kuasa Dosa.

(Bagian keempat dari pembahasan sistematis tentang keselamatan)

oleh Pendeta Eric Chang

Kita akan melanjutkan eksposisi tentang ajaran Perjanjian Baru mengenai keselamatan. Dalam seri keselamatan ini, kita akan terus meneliti setiap aspek dari keselamatan secara sistematis.
Melalui rangkaian pembahasan ini, saya harap Anda meneliti Firman Allah dengan cermat untuk memutuskan apakah segala yang disampaikan benar-benar Firman Allah. Anda bertanggung jawab untuk memeriksa segala sesuatu yang sudah disampaikan di dalam terang Firman Allah.

Apakah diselamatkan dari kesalahan dosa itu terpisah dengan diselamatkan dari kuasa dosa?
Pengajaran yang berkembang sekarang memisahkan antara keselamatan dari kesalahan atau hukuman akan dosa dengan keselamatan dari kuasa dosa. Kita diselamatkan dari hukuman dosa yang berarti Anda tidak akan dihukum karena Anda sudah diampuni. Dengan kata lain, keselamatan diartikan sebagai kebebasan dari hukuman dosa; kita tidak akan dihukum. Jika Anda telah bertobat dari dosa-dosa Anda, lalu dosa-dosa Anda diampuni, maka Anda akan dibebaskan dari hukumannya. Akan tetapi, dalam hal dosa yang masih bercokol di dalam hidup Anda, Anda masih belum dibebaskan. Dosa masih berdiam di dalam diri Anda, dan masih memiliki kuasa ke atas Anda. Itulah ajaran yang harus kita uji di dalam terang Kitab Suci, untuk memastikan apakah ajaran ini benar atau salah. Ajaran ini memberitahu kita bahwa Anda bisa diselamatkan dari hukuman dosa - yang Anda perbuat sebelumnya, akan tetapi Anda masih seorang pendosa yang hidup di bawah kuasa dosa.
Berdasarkan ajaran ini, apa yang mau disampaikan adalah, "Orang Kristen bukanlah manusia yang sempurna. Mereka tetap orang berdosa, sama seperti orang lain." Jika orang bertanya, "Bagaimana mungkin orang yang sudah dibebaskan dari dosa tidak ada bedanya dengan orang-orang non-Kristen yang lain dalam kehidupan seharian?" Jawaban mereka adalah, "Ya, kita diselamatkan dari hukuman dosa, namun tidak dari kuasa dosa." Malahan, kita diberitahu bahwa orang Kristen boleh berbuat dosa nyaris tanpa batas, dan dia akan tetap diselamatkan berdasarkan suatu keputusan yang dibuatnya di waktu lampau. Berdasarkan ajaran ini, orang Kristen sama sekali tidak dimerdekakan dari dosa.
Ada juga sebagian ajaran yang berkata: Kristus bukan saja bisa membebaskan Anda dari hukuman dosa, melainkan juga dari kuasa dosa. Lalu mengapa tidak semua orang Kristen dibebaskan dari kuasa dosa? Jawabannya adalah karena orang-orang Kristen tersebut tidak membuka diri untuk hidup berkemenangan. Dengan kata lain, memang benar ada orang Kristen yang hidup di dalam dosa. Mereka itu memang Kristen, tapi orang Kristen yang kalah.
Pandangan ini hanya merupakan modifikasi dari pandangan yang sebelumnya. Pada intinya, tak ada perbedaan yang mendasar karena masih ada pemisahan di antara keselamatan dari kesalahan dosa dengan keselamatan dari kuasa dosa. Keselamatan dari kuasa dosa dianggap sebagai suatu pilihan saja. Artinya, Anda tidak berusaha masuk ke dalam kasih karunia Allah, namun sekalipun demikian, Anda akan tetap diselamatkan. Jadi, yang penting adalah bahwa Anda telah diampuni dari dosa-dosa Anda, dan sekalipun Anda tidak menjalani kehidupan Kristen yang berkemenangan, sekalipun Anda masih tetap hidup di dalam dosa, hal itu tidak jadi masalah. Menjalani kehidupan yang kudus adalah suatu pilihan; hal itu tidak penting bagi keselamatan.
Jadi, tanpa dibebaskan dari kuasa dosa, Anda masih tetap diselamatkan. Kebebasan dari kuasa dosa bukan masalah penting. Apa yang akan terjadi dengan adanya ajaran semacam ini? Hasilnya adalah angkatan yang menyebut dirinya 'Kristen' namun sangat lemah kualitasnya.
Jadi, menurut ajaran ini: dosa-dosa Anda telah diampuni, sekalipun Anda tidak menjalani kehidupan Kristen yang baik, hal itu tidak jadi masalah. Yang penting adalah bahwa Anda 'percaya' kepada Kristus. Dengan kata lain, jika Anda berbuat dosa, maka hanya Anda akan menderita, seolah-olah dosa itu hanya berdampak pada diri Anda saja, tidak berdampak kepada Allah. Demikianlah makna diselamatkan menurut pandangan ini - yakni Anda hanya diselamatkan dari hukuman dosa. Dalam kenyataannya, Anda tidak diselamatkan dari kuasa dosa. Pertanyaannya adalah apakah ini ajaran yang alkitabiah?
Renungkan pertanyaan ini: Orang yang diselamatkan dari hukuman dosa, apakah dia sebenarnya diselamatkan dari kuasa dosa? Jika Anda berhenti sejenak untuk memikirkan hal ini, Anda akan menyadari bahwa pengampunan tidaklah sama dengan pembebasan dari kuasa dosa.
Mungkin kedengarannya agak sulit, izinkan saya menjelaskannya dengan lebih sederhana. Saya akan sampaikan sebuah contoh.

Kisah Dr Zartorius
Saat saya bepergian ke Swiss, saya bertemu dengan seorang dokter yang bernama Dr Zartorius. Dia adalah orang yang sangat ramah, dan ketika saya mengunjunginya dia berkata, "Mengapa tidak sekalian menginap di sini untuk sementara?" Lewat itu saya mendapat kesempatan untuk mendengar kisah hidupnya dan bagaimana dia menjadi Kristen.
Dia pertama kali datang ke bagian timur Swiss ini sebagai seorang dokter muda. Dia mendapati bahwa orang di daerah itu gemar meminum anggur. Daerah itu memang daerah penghasil minuman anggur di Swiss. Lalu, dia mulai menikmati minuman anggur. Pada awalnya hanya sedikit, tapi lama kelamaan semakin banyak karena bukan saja harga anggur di situ murah tapi rasanya juga enak. Sebelum dia menyadari apa yang terjadi, dia sudah terjerat menjadi pecandu alkohol. Keadaannya menjadi parah karena sebagian besar penghasilannya dia habiskan untuk membeli anggur. Yang menjadi masalah adalah, jika Anda sudah menjadi pecandu alkohol, minuman anggur yang biasa-biasa saja tidak akan memuaskan selera Anda lagi karena kandungan alkoholnya terlalu rendah. Dia mulai mencari minuman yang sangat keras, yang kandungan alkoholnya lebih tinggi. Minuman jenis-jenis tersebut sangatlah mahal. Seiring dengan waktu, dia semakin memboroskan uangnya untuk membeli minuman keras. Hal ini juga berarti menurunnya penghasilannya, karena tidak ada pasien yang mau pergi ke dokter yang selalu dalam keadaan mabuk. Demikianlah, terjadi penurunan penghasilan yang diiringi dengan peningkatan pengeluaran.
Kemudian ada seorang sahabatnya yang menantangnya untuk bertaruh. Kawan ini berkata, "Tahukah kamu? Kamu sekarang sudah jadi pecandu alkohol." Dia merasa tersinggung oleh perkataan itu! Dia berkata, "Aku tidak ketagihan alkohol!" Kawannya berkata padanya, "Saya bertaruh bahwa kamu tidak sanggup melewati satu hari tanpa alkohol. Saya bertaruh 20 franc. Saya yakin kalau kamu tidak akan bisa berhenti." Ternyata, memang benar. Dia tidak mampu berhenti. Dia kalah dalam taruhan itu. Lalu, dia menyadari bahwa dia sudah jauh terjerat. 
Situasinya menjadi semakin buruk saja. Dia harus menjual mobilnya, dan terpaksa mengunjungi pasiennya dengan bersepeda. Suatu hari, anak laki-lakinya terluka oleh paku. Luka itu cukup dalam. Lalu istrinya membawa anak itu kepadanya dan berkata, "Lihat, yunior terluka." Di saat itu dia dalam keadaan yang agak mabuk. "Ah," katanya, "tidak apa-apa. Jangan ributkan masalah luka itu. Anak-anak sudah pasti akan sering terluka." Luka ini ternyata akhirnya berkembang manjadi keracunan darah, dan anak itu hampir saja mati karenanya.
Pada hari lainnya, sang istri datang dan berkata, "Apakah kamu punya uang untuk membeli susu? Kita tidak punya susu lagi untuk sarapan." Dia merogoh kantongnya, akan tetapi tidak ada uang di sana. Saat dia merenungkan hal itu, dia berkata, "Apakah saya sudah benar-benar berantakan, sampai-sampai tidak bisa lagi menyediakan susu untuk anak-anak?"
Dia menjadi depresi. Lalu dia pergi ke ruang bedahnya dan mengunci pintu. Dia memutuskan, "Aku sekarang sudah kecanduan alkohol. Aku tidak berdaya. Tak ada lagi masa depan bagiku. Kecerobohanku nyaris berakibat kematian bagi anakku. Sekarang mereka bahkan tidak punya makanan untuk sarapan lagi!" Air mata mengalir di wajahnya. Dia telah berusaha, akan tetapi dia tahu bahwa tidak mungkin untuknya melepaskan diri dari cengkeraman alkohol. Dia membuka laci mejanya. Dia pernah menjadi seorang perwira di dalam Angkatan Perang Swiss, dan dia menyimpan pistol militernya di laci itu. Lalu dia mengambil pistolnya dan berpikir, "Yah, biar aku akhiri saja kesengsaraan semua orang. Aku akan mengakhirinya dengan satu tembakan." Lalu dia ambil pistol itu, dan juga peluru yang ada di sampingnya. Ketika dia mengambil pistol dan peluru-peluru itu, dia melihat sesuatu yang tergeletak di bawah pistolnya. Sebuah Alkitab - sebuah Alkitab yang tak pernah dibacanya. Dia pernah dibaptis, sama halnya dengan kebanyakan orang lain. Dia menerima Alkitab itu pada upacara pembaptisannya, akan tetapi dia tidak pernah membacanya. Dia hanya menggeletakkan Alkitab itu di dalam laci.
Jika Anda bertanya kepadanya, "Apakah Anda seorang Kristen?" dia akan menjawab, "Tentu saja aku seorang Krsiten." "Apakah Anda percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa Anda?" "Sudah tentu, aku percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosaku. Aku orang Kristen! Aku sudah dibaptis! Aku sudah lewat upacara peneguhan! Sudah semuanya!" Seorang Kristen yang pemabuk!
Demikianlah, dia lalu memutuskan bahwa setidaknya, sebelum dia menembakkan peluru itu, ada baiknya jika dia juga membaca ayat yang terakhir baginya. Lagi pula, sebagai seorang Kristen, Anda perlu mengucapkan doa yang terakhir sebelum mati. Namun dia tidak tahu mana awal dan mana akhir dari Alkitab itu. Jadi dia buka saja Alkitab itu sekenanya. Dan yang terbuka adalah kitab Yesaya. Saat matanya menelusuri ke bawah, dia terpaku pada sebuah kalimat: "Akulah, TUHAN, Juruselamatmu, dan Penebusmu" [Yes 60:16]. Dia berkata, "Hei! Kalimat ini berbicara kepadaku!" "Akulah, TUHAN, Juruselamatmu, dan Penebusmu." Kata 'Penebus' berarti pembebas, orang yang membebaskan Anda, orang yang menyelamatkan Anda. Saat dia mengamati kata-kata itu, dia nyaris tidak mempercayai penglihatannya. "Akulah, TUHAN, Juruselamatmu, dan Penebusmu." Dia segera jatuh berlutut. Dia tahu bahwa Allah berbicara langsung kepadanya. "Akulah Penebusmu. Mengapa kamu putus asa? Untuk apa pistol di tanganmu itu? Aku bisa menyelamatkanmu!"
Dia lalu berkata, "Tuhan, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku sudah tidak punya jalan keluar yang lain. Jika Engkau bersedia menolongku, kumohon padaMu, selamatkanlah aku!" Dia meletakkan pistolnya dan dia jatuh tersungkur di hadapan Tuhan. Dia bercerita bahwa pada saat itu mukjizat terjadi. Kuasa Allah masuk ke dalam hidupnya, dan bukan sekadar mengampuni dosa-dosanya, tetapi juga mengerjakan hal yang ajaib! Yang terjadi adalah kuasa Allah masuk ke dalam hidupnya dan menyingkirkan kecanduannya pada alkohol, semua keinginan untuk anggur sirna! Apa yang tidak bisa dikerjakan oleh manusia, dikerjakan oleh Allah dalam sedetik saja! Dia membatin, "Sungguh luar biasa!" Dia bangkit, dan mendapati bahwa segenap hasratnya untuk anggur telah hilang. Bagaimana memahami hal ini? Sebagai seorang dokter, dia tahu bahwa tidak mudah lepas dari kecanduan alkohol. Akan tetapi, Allah mengatasinya hanya dalam sekejap.

Keselamatan berarti dibebaskan dari kuasa dosa
Dari pengalaman indah dokter itu, yang disampaikan secara langsung kepada saya, kita bisa melihat apa makna keselamatan itu. Saya harap Anda perhatikan apa arti keselamatan itu sambil Anda mempelajari kisah ini.
Keselamatan adalah pengampunan dari dosa, akan tetapi keselamatan itu tidak sekadar pengampunan dari dosa saja. Sekiranya keselamatan itu hanya berupa pengampunan dari dosa saja, pikirkanlah apa yang akan dikerjakan oleh dokter itu. Dia akan berlutut di hadapan Allah dan berkata, "Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku. Aku lahir sebagai seorang Kristen akan tetapi aku menjalani hidup yang kacau. Kumohon ampunilah aku karena telah mempermalukan namaMu. Ampunilah aku yang tidak memenuhi tanggung jawabku sebagai ayah dan suami. Ampunilah aku yang lalai mengurusi anakku di saat dia menghadapi luka yang berbahaya. Ampunilah aku yang tidak merawat keluargaku, mereka tidak punya makanan lagi. Ampunilah aku yang tidak bertanggung jawab terhadap para pasienku." Demikianlah, dia bertobat secara sungguh-sungguh dari dosanya. Dosa-dosanya diampuni. Saya ingin bertanya, "Apakah dia diselamatkan dari dosa?" Pikirkanlah baik-baik: Apakah ia diselamatkan dari dosa?
Ya, pasti! Dia diselamatkan. Namun bagaimana dengan kuasa dosa di dalam kehidupannya? Jika dia tidak dibebaskan dari kuasa dosa, apa yang akan terjadi pada dirinya? Apa gunanya bagi dia dengan hanya menerima pengampunan saja? Karena begitu dia keluar dari sana, dia masih dalam kuasa dosa, dia akan mengerjakan lagi semua dosanya. Akar dari dosa itu ada di dalam dirinya. Anda bisa saja memotong bagian ujungnya seperti memangkas rumput, akan tetapi ia akan segera tumbuh lagi, karena hanya bagian atas yang dipangkas dan akarnya masih tersisa. Bisakah Anda memahami bahwa pengampunan dosa saja, tak dapat disebut sebagai keselamatan? Karena selama akar dari dosa itu masih ada, maka Anda masih tetap budak dosa. Anda akan terus berbuat dosa lagi. Apakah Anda akan terus saja memintakan pengampunan atas dosa, sambil terus hidup di dalam dosa, lalu apakah Anda akan terus diampuni? Apakah menurut Anda hal semacam ini yang diinginkan oleh si dokter? Apakah menurut Anda pengampunan adalah hal yang paling penting yang dia cari? Hal yang terpenting baginya bukanlah sekadar pengampunan dosa, melainkan kemerdekaan dari kuasa yang sedang menghancurkan dirinya? Saya yakin setiap orang yang bergumul dengan dosa tahu betapa nyatanya kuasa dosa.
Di sinilah letak permasalahannya. Orang yang hanya sekadar meminta pengampunan dosa, tidak mengerti permasalahan dosa. Jika saya mendatangi sang dokter yang sedang mengarahkan pistol ke kepalanya, dan saya berkata padanya, "Sabar! Jangan terlalu dipikirkan. Allah akan mengampuni semua dosa Anda." Apakah Anda pikir dia akan merasa lega? Apakah Anda pikir di dalam keadaannya yang terdesak itu, dia hanya menginginkan dibebaskan dari hukuman dosa? Dia sedang menghukum dirinya sendiri! Dia sedang memohon hukuman itu. Bagi dia, pengampunan bukanlah masalah yang utama untuk saat itu. Persoalan yang utama adalah kuasa dosa yang sedang menghancurkan diri dan keluarganya. Yang harus ditangani adalah akar dari permasalahan itu.
Kebanyakan orang Kristen mungkin berkata kepada dokter ini, "Anda tidak perlu begitu tertekan atas dosa-dosa Anda. Ayolah! Tersenyumlah! Yesus mengasihi Anda dan akan mengampuni dosa-dosa Anda." Hal itu memang sepenuhnya benar. Dia akan mengampuni! Akan tetapi bagi seorang yang sedang diikat dosa, masalahnya bukan apakah saya diampuni atau tidak, tapi kuasa dosa yang akan menghancurkan saya. Jika Anda menyuruh saya untuk menjadi budak dosa seumur hidup, dan seumur hidup saya harus bolak-balik kepada Allah setiap hari dan berkata, "Tuhan, maafkan aku! Aku mabuk lagi. Tuhan, maafkan aku! Aku mabuk lagi!" Apakah menurut Anda orang ini mau menjalani hidup yang seperti ini? Itukah jenis kehidupan Kristen yang ingin Anda jalani? Setiap hari hidup di bawah kuasa dosa. Itukah kekristenan? Jika demikian halnya, di manakah keselamatan dari dosa itu? Kita hanya diselamatkan dari hukuman dosa. Kita belum diselamatkan dari dosa. Saya harap Anda bisa memahami persoalan di sini. Bisakah Anda melihat bahwa dokter ini tidak takut pada hukuman dosa? Bukan hukuman yang membuat dia cemas! Yang membuat dia kuatir adalah kuasa dosa, realitas dosa di dalam kehidupannya.
Saya harap Anda cermati hal ini: hukuman dosa bukanlah dosa. Dibebaskan dari hukuman dosa bukan berarti dibebaskan dari dosa itu sendiri. Pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah, apakah yang diajarkan oleh Alkitab? Apakah Alkitab mengajarkan "diselamatkan" berarti diselamatkan dari hukuman dosa, atau yang diajarkan adalah diselamatkan dari dosa? Syukur kepada Allah, Alkitab tidak sekadar mengajarkan keselamatan dari hukuman dosa! Syukur kepada Allah, karena Alkitab mengajarkan keselamatan dari dosa itu sendiri; keselamatan dari setiap kuasa dosa di dalam hidup saya!
Untuk memahami hal ini, bacalah Roma pasal 6, di mana rasul Paulus berkata, "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa" [Rom 6:14]. Dosa tidak berkuasa lagi atas diri Anda. Jika Anda tidak mampu berkata kepada orang yang akan binasa oleh dosa, bahwa Allah sanggup menyelamatkan dia dari kuasa dosa, maka tidak ada pesan yang bisa Anda sampaikan pada mereka. Anda harus diselamatkan dari dosa, bukan sekadar dari hukuman dosa. Segenap isi surat Roma berkenaan dengan masalah kemerdekaan dari dosa, terutama di Roma pasal 6 dan 8.

Bukti dari kuasa yang mengatasi dosa
Jika kita tidak sekadar diselamatkan dari hukuman dosa, tetapi juga dari kuasa dosa, maka tahap lanjutan dari keselamatan adalah munculnya perubahan yang mendasar dalam kehidupan.
Jika Anda berkata bahwa Anda telah diselamatkan, akan tetapi belum diselamatkan dari dosa, berarti Anda masih belum tahu apa arti menjadi seorang Kristen itu. Ketika Dr Zatorius diselamatkan oleh Tuhan, dia tahu bahwa dia telah diselamatkan. Dia tahu persis apa yang dimaksudkan oleh rasul [Paulus] di 2 Kor 5:17, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu,..." Itulah keselamatan! Itulah keselamatan sejati! Itulah makna dari keselamatan!
Saat seseorang telah diselamatkan, dia tahu bahwa dia telah diselamatkan; dia tahu bahwa sesuatu telah terjadi pada dirinya. Saat kuasa Allah masuk ke dalam hidup Anda, apakah Anda tidak mengetahuinya? Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa peristiwanya harus dramatis seperti yang dialami oleh Dr Zartorius, namun tetap merupakan peristiwa di mana Anda tahu bahwa Anda telah mengalami kuasa Allah di dalam hidup Anda. Anda mungkin bahkan tidak tahu kapan peristiwa itu terjadi, akan tetapi yang penting adalah hal itu benar-benar telah terjadi. Sebagian orang mengalami kuasa Allah masuk ke dalam hidup mereka dengan pelahan-lahan namun dengan efektif. Mereka tahu bahwa kuasa Allah ada di dalam hidup mereka, walaupun mereka mungkin tidak tahu kapan persisnya perubahan besar itu terjadi. Alkitab mutlak memberitahu kita bahwa perubahan harus terjadi.

Perubahan - dibebaskan dari keterikatan pada keinginan
Perubahan yang seperti apa? Sama seperti yang terjadi pada Dr Zartorius. Karena kuasa dosa bekerja dalam kerangka yang sama. Apakah kuasa dosa di dalam kasus Dr Zartorius ini? Masalah kecanduan, yaitu kecanduan minuman keras. Inilah hal yang disebut sebagai 'nafsu' atau 'keinginan' di dalam Alkitab. Adanya keterikatan pada nafsu atau keinginan adalah bukti adanya kuasa dosa yang bekerja di dalam diri Anda. Ada yang tidak terikat pada alkohol, akan tetapi mereka kecanduan hal lain seperti seks. Mereka harus terus menerus memuaskannya. Nafsu seks tampaknya sangat berpengaruh pada sebagian besar orang. Mental mereka nyaris menjadi tidak seimbang akibat nafsu seks ini. Ada juga orang yang kecanduan uang. Selalu saja terikat dengan uang; mata mereka hanya bisa melihat lembaran dolar saja. Ada pula yang terikat pada kehormatan dan kedudukan. Dan kuasa dari semua hal itulah yang mengendalikan diri mereka. Mereka akan mengorbankan segalanya demi memuaskan keinginan mereka itu.
Lihat saja Dr Zartorius. Dia bersedia mengorbankan banyak hal; kehilangan reputasi; uang; dan bahkan kesejahteraan keluarganya demi memuaskan keinginannya. Inilah yang dimaksudkan sebagai kuasa atau dominasi dosa. Artinya, dosa merupakan pengendali di dalam diri Anda. Setiap orang yang tidak dimerdekakan dari dosa, yang memegang kendali di atas dirinya adalah dosa. Sebagai contoh, sifat 'egois' dalam diri orang yang belum dilahirkan kembali itu merupakan kuasa yang mengendali segenap hidupnya. Namun ketika kuasa Allah masuk Anda akan dibebaskan.
Demikianlah, kita bisa melihat hal ini di dalam 1 Yoh 3:9: Rasul Yohanes mengatakan, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah." Ajaran ini jelas bertentangan dengan ajaran yang kita dengar sekarang. Rasul Yohanes berkata, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi." Sungguh pernyataan yang keras! Bagaimana kita bisa memahaminya? Pertama-tama, kita tahu bahwa rasul Yohanes sedang membahas perkara yang tengah kita bicarakan: diselamatkan berarti diselamatkan dari kuasa dosa atau dari watak dosa yang ada di dalam diri Anda. Rasul Yohanes tidak menyatakan bahwa keselamatan itu sebagai sekadar pengampunan dosa saja. Dia sedang berbicara tentang penyembuhan ganda, kita diselamatkan dari murkanya dan kita juga dimurnikannya. Dia menjadikan kita manusia baru.
Apakah rasul Yohanes ingin berkata bahwa ketika Anda dilahirkan kembali, maka Anda tidak mampu lagi berbuat dosa? Oh, bukan itu yang ingin disampaikan oleh rasul Yohanes! Dia tidak bermaksud mengatakan bahwa kita langsung menjadi sempurna tanpa dosa. Di dalam 1 Yoh 1:8 dia menjelaskan, "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." Lalu apa yang dimaksudkan oleh sang rasul?
Mari perhatikan lagi kesaksian Dr Zartorius. Ketika kuasa Allah masuk ke dalam hidupnya, kecanduannya pada alkohol telah meninggalkan dia. Ini hal yang sangat luar biasa! Anda bisa taruh segelas anggur di hadapannya dan tidak tak tergiur sama sekali. Bagi seorang pencandu alkohol, melihat segelas anggur di depannya merupakan suatu godaan yang luar biasa. Tapi tidak bagi dokter ini, dia telah memiliki kodrat yang baru sekarang. Kodrat yang baru ini merdeka dari keterikatan pada alkohol. Bukan berarti bahwa dia tidak bisa minum anggur lagi. Dia masih bebas untuk mengulurkan tangannya dan meminum anggur itu. Dan dia juga tahu bahwa jika dia memilih untuk minum anggur itu, dalam waktu singkat, dia akan kembali diperbudak oleh kecanduannya.
Demikianlah, saat Allah membebaskan kita dari keterikatan pada dosa, hal itu bukan berarti bahwa kita tidak bisa berbuat dosa lagi. Juga bukan berarti bahwa kita tidak akan menikmati perbuatan dosa. Seperti halnya Dr Zatorius, anggur memang sudah tidak memikat hatinya lagi, namun bukan berarti bahwa jika dia mencicipi anggur itu, lantas rasa anggur itu tidak terasa nikmat baginya. Anggur itu masih punya kuasa untuk menjatuhkannya lagi. Dan dia tahu bahwa dia harus menjaga jarak dari anggur. Tidak boleh berkata, "Nah, sekarang aku sudah merdeka dari kecanduan pada alkohol, jadi aku boleh minum sebanyak yang aku suka." Hanya karena kita sudah dibebaskan dari kuasa dosa tidak berarti bahwa sekarang kita boleh berbuat dosa sesuka hati. Jadi, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi," ini berarti bahwa kuasa dosa memang sudah pergi, namun bukan berarti bahwa Anda tidak bisa berbuat dosa lagi.

Jangan ceroboh menjalankan kemerdekaan yang Anda peroleh!
Sebagai rangkuman, apa yang terjadi ketika kita mengklaim kuasa keselamatan Allah? Yang terjadi adalah, seperti yang dialami oleh Dr Zartorius, Allah menaruh hati yang baru di dalam diri kita, seperti yang disampaikan oleh Yehezkiel [Yeh 36:26]. Hati yang baru ini adalah hati yang bebas dari kuasa dosa. Namun hal ini bukan berarti bahwa kita tidak bisa berbuat dosa lagi. Seberapa permanen kemerdekaan dari dosa ini? Apakah karena kita sudah merdeka dari kuasa dosa, lalu kita boleh bersikap ceroboh terhadap dosa? Karena kita sudah dimerdekakan dari kuasa dosa, sekali kita diselamatkan, maka kita akan selalu diselamatkan dari kuasa dosa? Kita tidak perlu takutkan lagi masalah dosa? Bukan demikian! Jika Dr Zartorius tidak mempergunakan kemerdekaannya dengan baik, dia bisa terjerat kembali oleh kecanduannya.
Ada dua macam jalur terjadinya kekeliruan dalam memahami ajaran keselamatan di sini. Kekeliruan yang satu menganggap bahwa sekali kita dibebaskan dari kuasa dosa, maka kita langsung menjadi sempurna. Itulah doktrin perfeksionisme. Sekalipun kita sudah dimerdekakan dari kuasa dosa, bukan berarti bahwa kita tidak akan jatuh lagi. Itulah sebabnya mengapa rasul Paulus berkata di dalam Gal 5:1, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh. Dia telah memerdekakan Anda, namun Anda harus berdiri teguh di dalam kemerdekaan itu. Anda harus menjaga kemerdekaan itu. Jangan salah gunakan kemerdekaan itu. Jadi janganlah berpikir, "Aku sudah merdeka dari dosa, lalu sekarang aku bisa mengerjakan apa yang aku suka." Itu adalah kesalahan yang paling besar.
Kekeliruan yang kedua adalah yang lebih sering terjadi. Pandangan bahwa sekalipun saya telah dimerdekakan dari dosa, lalu jatuh ke dalam dosa lagi, saya akan tetap diselamatkan walaupun tanpa pertobatan. Ini adalah kekeliruan yang sama besarnya. Sebagai contoh, Dr Zartorius telah dibebaskan dari dosa, namun apakah keadaannya akan lebih baik jika dia kembali menjadi pemabuk? Jika dia tidak berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang telah diberikan oleh Kristus padanya, dia akan kembali menjadi seorang pemabuk. Itulah sebabnya, ketika saya berbincang-bincang dengan Dr Zartorius saat itu, dia menjauhkan diri dari anggur, sekalipun anggur itu sudah tidak memikat hatinya lagi namun dia tetap berjaga-jaga. Dia ingin berdiri teguh di dalam kemerdekaan itu. Kata rasul Paulus, "Jangan pakai kemerdekaanmu untuk membenarkan perbuatan dosamu."

Allah mampu menyelamatkan dari dosa dan menjaga kita agar tidak jatuh
Mungkin pertanyaannya adalah, jika memang ada bahaya bahwa seseorang bisa jatuh kembali, lalu seberapa pasti keselamatan saya itu?
Pertama, orang yang dilahirkan kembali, dapat berkata seperti rasul Paulus, "Karena aku tahu kepada siapa aku percaya" [2 Tim 1:12]. Kalimat penuh keyakinan: "Karena aku tahu kepada siapa aku percaya." Setiap orang Kristen yang benar-benar telah dilahirkan kembali bisa mengucapkan kalimat tersebut karena dia telah mengalami kuasa Tuhan yang menyelamatkan dari dosa. Karena itu, orang seperti Dr Zartorius benar-benar dipenuhi oleh sukacita dan semangat! Ke manapun dia pergi, dia bersaksi tentang apa yang telah dikerjakan oleh Allah dalam hidupnya. Dia mampu berkata, "Karena aku tahu kepada siapa aku percaya. Aku tahu bahwa dia mampu menjagaku. Dia mampu menjaga agar aku tetap merdeka dari dosa."
Hal yang kedua, orang yang mengalami kuasa Tuhan memiliki keyakinan penuh yang akan memampukan dia melangkah maju. Seperti yang kita baca di surat Yudas di ayat 24, Yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung. Artinya, di setiap waktu, saya bergantung pada kuasa itu. "Kasih karunia" menurut Alkitab bukanlah sesuatu yang pernah Anda terima beberapa tahun yang lalu, ketika Anda pertama kali percaya kepada Yesus. "Kasih karunia" menurut Alkitab adalah sesuatu yang menjadi sandaran Anda - Anda bergantung pada kasih karunia itu hari demi hari, detik demi detik. Anda bergantung kepadanya karena Anda tahu bahwa Allah berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung.
Perhatikanlah keselamatan yang indah ini. Saya bermegah di dalam salib Kristus! Saya bermegah di dalam keselamatan yang indah! Alasan saya bermegah dalam keselamatan ini adalah karena ini adalah keselamatan yang penuh - keselamatan yang sempurna - keselamatan yang tidak saja dari hukuman dosa, tetapi juga keselamatan dari kuasa dosa di dalam hidup saya. Saya bermegah dalam keselamatan ini karena saya telah mengalami realitas dan kuasa dari keselamatan tersebut di dalam hidup saya, sehingga saya mampu berkata seperti rasul Paulus, "Karena aku tahu kepada siapa aku percaya." Dan saya juga mampu berkata seperti Yudas, "Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung." Sudahkah Anda mengalami keselamatan yang penuh itu? Apakah Anda mampu berkata, "Aku tahu kepada siapa aku percaya"?
Lanjut ke http://gkmitiban.blogspot.com/2013/07/keselamatan-dan-kasih-karunia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar