(Bagian ketiga dari pembahasan sistematis tentang pokok keselamatan)
oleh Pendeta Eric Chang
Kita akan
melanjutkan pembahasan Firman Tuhan tentang keselamatan. Kita akan
memulai dari Markus pasal 10 untuk melihat makna penting dari 'lahir
baru' atau 'dilahirkan kembali'.
Upaya
memperoleh hidup yang kekal oleh orang muda yang kaya
Di Markus
10:17-31 kita membaca suatu bagian bacaan yang sangat terkenal:
17 Pada
waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang
berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia
bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh
hidup yang kekal?
18 Jawab
Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain
dari pada Allah saja.
19 Engkau tentu mengetahui segala perintah
Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu
dan ibumu!"
20 Lalu
kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa
mudaku."
21
Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata
kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang
kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan
beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
22
Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih,
sebab banyak hartanya.
23 Lalu
Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada
mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan
Allah."
24
Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus
menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam
Kerajaan Allah.
25 Lebih
mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke
dalam Kerajaan Allah."
26
Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika
demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
27 Yesus
memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin,
tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin
bagi Allah."
28
Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengikut Engkau!"
29 Jawab
Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku
dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau
saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,
30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali
seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu,
anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada
zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 31
Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang
terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Harap Anda
perhatikan secara khusus ayat 24, alangkah sukarnya untuk masuk ke dalam
kerajaan Allah. Kesukaran itu berlaku untuk setiap orang, terutama orang
kaya. Mengapa begitu sukar?
Pertanyaan
tentang pokok keselamatan ini diajukan oleh seorang muda yang kaya: "Apa
yang harus kuperbuat untuk memperoleh (mewarisi) hidup yang kekal?"
Artinya, bagaimana supaya aku bisa diselamatkan? Pertanyaan ini
berkenaan dengan keselamatan.
Mewarisi
hidup yang kekal
Pertanyaan
ini diajukan dengan bijak dan cermat. Pertanyaan itu tidak diajukan
dengan kalimat, "Bagaimana supaya aku bisa meraih (earn =
mendapatkan, meraih, memperoleh) hidup yang kekal?" Orang muda yang kaya
ini bertanya, "Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh (inherit
= mewarisi) hidup yang kekal?"
Satu-satunya orang yang berhak untuk mewarisi (kata yang terdapat di
dalam naskah kunonya memang berarti 'mewarisi') adalah seorang anak.
Seseorang harus merupakan anggota keluarga untuk bisa mewarisi sesuatu,
entah kedudukan sebagai anggota keluarga itu melalui kelahiran ataupun
pengangkatan keduanya sama saja. Orang muda yang kaya ini berpendidikan
baik; dia tidak membayangkan bahwa hidup yang kekal itu sebagai sesuatu
hal yang bisa Anda raih dengan kekuatannya sendiri. Dia tahu bahwa,
bagaimanapun juga, hidup yang kekal itu adalah hal warisan. Warisan
adalah sesuatu hal yang diberikan kepada Anda, bukan hasil jerih payah
Anda. Akan tetapi pemberian itu berlaku mengikuti persyaratan khusus.
Pemberian itu terjadi atas dasar hubungan Anda dengan orang yang akan
memberi Anda warisan. Oleh karena itu, jika Anda tidak memiliki hubungan
apa-apa dengan orang tersebut, maka Anda tidak bisa memperoleh warisan
darinya.
Oleh sebab
itu, jika dia ingin memiliki hidup yang kekal dari Allah, orang muda
yang kaya ini tahu bahwa dia harus memiliki hubungan yang sangat khusus
dengan Allah. Dan dia memang harus memiliki bentuk hubungan sebagai anak
Allah, dan Allah menjadi Bapanya. Hanya dengan cara itu baru Anda bisa
memperoleh hidup yang kekal sebagai anugerah dari Allah, yakni
berdasarkan hubungan istimewa ini dengan Allah. Anda bisa langsung
melihat betapa bijaknya orang muda yang kaya ini. Dia sangat bijaksana!
Sampai dengan titik ini, di dalam memahami hal-hal yang berasal dari
Allah, orang muda yang kaya ini terlihat sangat mengerti.
Dan
hikmatnya tidak berhenti di titik itu saja. Dia tidak membayangkan bahwa
hubungan dengan Allah ini adalah sesuatu yang jatuh begitu saja ke
pangkuannya. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang harus dia kerjakan: Apa
yang harus kuperbuat? Dia tidak membayangkan bahwa dia akan
memperoleh hubungan yang istimewa dengan Allah ini tanpa adanya tanggung
jawab di pihaknya, atau hanya berdasarkan predestinasi (takdir) yang
telah ditetapkan oleh Allah. Tidak, dia tahu bahwa bagaimanapun juga,
Allah telah memberi kita peluang untuk memperoleh hidup yang kekal
tersebut. Dia tahu bahwa hidup yang kekal ini hanya bisa tersedia
baginya dengan cara menjadi anak Allah. Akan tetapi dia juga tahu bahwa
Anda tidak secara otomatis menjadi seorang anak Allah. Ada hal yang
harus Anda perbuat. Dan hanya dengan melakukan hal ini, yakni melewati
jalur menjadi anak Allah baru dia bisa memiliki hidup yang kekal.
Ketaatan
adalah iman
Lalu dia
datang - perhatikan betapa indah sikapnya - dengan rendah hati kepada
Yesus. Dia berlutut di hadapan Yesus. Perhatikan juga urgensinya: dia
berlari mendatangi Yesus! Dia tidak sekadar melangkah santai menuju
Yesus; dia berlari ke arah Yesus dan berlutut. Dia mengajukan pertanyaan
yang sangat baik dan penting, dan sikapnya juga sangat sempurna. Dia
berlutut di hadapan Yesus dan berkata, "Guru yang baik, apa yang
harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Bagaimana
Yesus menanggapi pertanyaan, "Apa yang harus kuperbuat?" Yesus
memberinya jawaban yang sangat lengkap. Dia berkata, "Engkau tentu
mengetahui segala perintah Allah." Sebagai langkah awal, turutilah
perintah-perintah itu! Bukankah ini jawaban yang sangat mengejutkan?
Kita tentunya berharap bahwa jawaban Yesus adalah, "Percayalah
kepadaku." Memang, Yesus akan masuk ke dalam pokok tersebut nanti, akan
tetapi dia memulai dengan berkata, "Engkau tentu mengetahui segala
perintah Allah" - kerjakanlah apa yang kau tahu harus kau kerjakan!
Paulus
berkata di dalam Roma pasal 7 bahwa Hukum Taurat itu rohani, dan karena
rohani, maka Hukum Taurat itu harus ditaati. Yesus berkata di dalam
Khotbah di Bukit, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" [Mat 5:17]. Dan Yesus
berkata, "Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada
orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam
Kerajaan Sorga" [Mat 5:19].
Kata Yesus
pada orang muda yang kaya ini, "Lakukanlah perintah-perintah itu." Lalu
orang muda ini berkata kepada Yesus, "Tetapi aku telah mengerjakannya.
Aku selalu menghormati perintah-perintah Allah. Guru, semuanya itu
telah kuturuti sejak masa mudaku."
Jika kita
tilik sikap orang muda ini, kita pasti segera sepakat bahwa dia ini
adalah orang yang benar-benar tulus dan jujur. Dia adalah orang yang
sempurna. Dia mampu mengucapkan perkataan yang sama dengan rasul Paulus,
di Fil 3:6, "Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak
bercacat." Dan orang muda yang kaya ini, sama seperti Paulus,
mengucapkan perkataan yang sama, "Tentang kebenaran dalam mentaati hukum
Taurat aku tidak bercacat." Dia telah melakukan sejauh yang telah dia
ketahui. Berapa banyak orang Kristen yang berani berkata seperti itu?
Jadi, saat
Anda menatap ke arah orang muda yang kaya ini, Anda akan berkata, "Wow!
Ini dia orang yang berpotensi menjadi seorang rasul Paulus!" Dia adalah
orang yang sangat baik, orang yang taat beribadah. Dan di dalam jalur
ibadahnya, dia memiliki pengabdian yang sangat tinggi, orang yang sangat
tulus, sangat rendah hati. Dia adalah orang yang perilakunya sangat
menawan. Anda tidak akan melihat adanya kesombongan orang kaya di dalam
diri orang muda ini. Dia datang dengan rendah hati, dan berlutut di
hadapan seorang guru yang bukan siapa-siapa pada waktu itu; seorang guru
yang - ingatlah - ditolak oleh semua pemimpin di Yerusalem; seorang guru
yang tidak dihargai oleh para pemimpin agama di negerinya. Akan tetapi,
di hadapan guru ini, dia bersedia berlutut. Kita harus memberi
penghormatan yang tinggi kepada orang muda ini.
Banyak
orang kaya yang sangat materialistis sehingga mereka hanya bisa
memikirkan uang dan kesenangan pribadi saja, akan tetapi orang muda ini
tidak. Dia peduli dengan persoalan tentang hidup yang kekal. Jadi,
tidaklah mengherankan bahwa salah satu Injil menyebutkan bahwa Yesus
menatap ke arahnya, dan mengasihi dia!
Jadi,
pertama-tama, jawaban Yesus terhadap pertanyaan, "Apa yang harus
kuperbuat?" mengarah pada ketaatan - taatilah Allah! Ini adalah
definisi yang mendasar tentang iman menurut Alkitab. Ketaatan adalah
iman.
Iman
bagaimana yang menyelamatkan?
Akan tetapi
hal itu masih belum cukup, sebagaimana yang telah kita lihat di pesan
yang lalu (Keselamatan dan Iman), terdapat tiga kategori iman.
Yang pertama adalah iman yang diakui di mulut akan tetapi tidak tulus.
Ada lagi jenis yang kedua, yaitu iman yang sudah tulus tapi tidak utuh
atau tidak total. Lalu kita lihat bahwa satu-satunya jenis iman yang
dipandang berharga di hadapan Allah, adalah iman yang berwujud komitmen
total.
Orang muda
ini berkata, "Aku telah menjalankan Hukum Taurat itu." Maksudnya, tentu
saja, mengikuti standar yang lazim dipakai oleh orang-orang. Artinya,
tentu saja, apa yang dikatakan oleh Paulus, "Tentang kebenaran dalam
mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat," maksudnya adalah,
"Menurut apa yang bisa dinilai oleh manusia, aku telah mentaati Hukum
Taurat sebaik yang bisa dilakukan oleh orang lain." Namun Paulus sendiri
juga mengatakan bahwa, di hadapan Allah, tak seorangpun yang bisa
mentaati hukum Allah dengan sempurna. Mustahil bagi Anda untuk
melakukannya.
Tak
seorangpun bisa mentaati hukum Taurat dengan sempurna, maka di dalam
Perjanjian Lama disediakan jalur persembahan korban. Persembahan korban
itu untuk melengkapi usaha Anda yang tidak sempurna dalam mentaati Hukum
taurat. Jika demikian halnya, maka tak seorangpun yang bisa memiliki
ketaatan yang sempurna di hadapan Allah. Kita masih membutuhkan darah
korban persembahan untuk menyucikan kita.
Hanya
dengan mengikut Yesus maka kita bisa dijadikan sempurna
Lalu,
bagaimana kita bisa menjadi sempurna? Yesus berkata kepada orang muda
yang kaya ini, "Kamu masih belum sempurna. Kamu tahu akan hal itu.
Sekalipun kamu sudah mentaati Hukum Taurat, kamu juga tahu bahwa kamu
belum sempurna." Sebenarnya, mereka yang paling taat kepada Hukum Taurat
merupakan orang-orang yang paling tahu bahwa mereka tidak sempurna.
Mungkin tak satupun orang yang sadar sepenuhnya betapa diri mereka itu
tidak ada artinya sebagaimana halnya para hamba Tuhan yang melayani.
Semakin saya mengikut Yesus, semakin mendalam kesadaran saya akan
kelemahan, ketidaksempurnaan dan ketidaklayakan saya; dan semakin sadar
Anda akan ketergantungan Anda pada kasih karunia Tuhan. Kita ini
selamanya tidak sempurna.
Lalu Yesus
Kristus berkata kepada orang muda yang kaya ini, "Masih satu hal
mendasar yang kurang darimu." Bagaimana cara untuk mendapatkan satu hal
yang mendasar ini? Di mana Anda bisa dapatkan satu hal yang mendasar
ini, hal yang tanpanya Anda tidak akan pernah sempurna ini? Hanya dengan
cara mengikut Yesus maka Anda bisa dijadikan sempurna. Dia menjadikan
Anda sempurna lewat dua cara.
Pertama,
dengan memberi Anda pengampunan yang Anda butuhkan itu lewat
pengorbanannya di kayu salib. Kata 'sempurna' ini muncul berulang kali
di dalam kitab Ibrani, di mana penulis kitab Ibrani, berkata,
"Persembahan korban dalam Perjanjian Lama tidak bisa menjadikan kita
sempurna, dan mentaati Hukum Taurat juga tidak bisa menjadikan kita
sempurna, akan tetapi Kristus, lewat satu persembahan korbannya, telah
menyempurnakan kita" [Ibr 7:19; 10:1-14]. Hanya Kristus yang bisa
menyempurnakan kita melalui pengorbanannya di kayu salib. Artinya, Yesus
mampu menyucikan dosa-dosa saya, dan jika semua dosa saya diampuni, maka
tentu saja, saya menjadi sempurna. Menurut Hukum Taurat, maka saya tidak
memiliki kesalahan lagi karena semuanya telah diampuni; nodanya telah
dibersihkan. Secara legal, saya telah sempurna. Namun syukur kepada
Allah! Saya tidak hanya disempurnakan secara legal saja. Karena setiap
kali noda itu dihapuskan.
Hal berikut
yang terjadi adalah Roh Kudus diberikan pada saya dan menjadikan saya
lahir baru. Seperti yang dikatakan oleh Petrus di dalam 2 Pet 1:4, "Kamu
boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi." Kita mengambil bagian
dalam kodrat ilahi lewat cara sebagaimana yang disampaikan oleh rasul
Yohanes di dalam 1 Yoh 3:9, yaitu karena kita memperoleh benih ilahi,
karena Roh Allah diam di dalam diri kita, oleh karena itu kita tidak
berbuat dosa. Artinya, kita tidak secara sengaja meneruskan lagi
dosa-dosa kita. Rasul Yohanes tidak berkata bahwa sejak saat kita
dilahirkan kembali, maka kita tidak melakukan perbuatan dosa lagi (hal
ini akan kita bahas nanti). Pandangan semacam ini tentu saja tidak
benar. Yang dia maksudkan adalah kita tidak lagi secara sengaja berbuat
dosa karena sekarang hal itu sudah bertentangan dengan kodrat baru kita.
Jadi, apa yang disampaikan oleh Yesus kepada orang muda ini adalah,
"Mari ikutlah Aku. Itulah jawaban bagi - Apa yang harus kuperbuat
untuk memperoleh hidup yang kekal? - ikutlah Aku."
Persyaratan
Tuhan: Komitmen total
Namun,
mengikut Yesus menurut Kitab Suci itu bukanlah hal yang mudah. Dia
mengatakan hal ini kepada orang muda yang kaya, "Pergi dan juallah semua
hartamu, lalu datang dan ikutlah Aku." Apakah yang dituntut Yesus
padanya? Yesus menuntut iman yang berupa komitmen total! Segenap ajaran
Yesus selalu memperingatkan kita, bahwa satu-satunya jenis iman yang
menyelamatkan, dalam jangka panjang, adalah komitmen total kepada Allah.
Dia tidak pernah menetapkan syarat lebih rendah daripada itu. Itulah
persyaratan minimumnya! Itu bukan syarat maksimum; itu adalah standar
minimum.
Jika orang
muda yang kaya ini mendatangi pendeta zaman sekarang, jawaban yang
diberikan pasti berbeda dengan yang dikatakan oleh Yesus kepada orang
muda ini. Jawaban yang diberikan pasti adalah, "Percayalah kepada
Yesus." Dia tidak akan diberitahu sepatahpun tentang komitmen total. Tak
satupun kata yang akan disampaikan mengenai komitmen total tersebut.
Jika orang muda ini berkata kepada pendeta, "Saya siap untuk mempercayai
Yesus, apa yang harus saya perbuat?" Pendeta akan berkata kepadanya,
"Bertobatlah dari dosa-dosamu yang lama. Apakah kamu bersedia bertobat
dari dosa-dosamu?" Orang muda ini akan berkata, "Ya, aku bersedia
bertobat." Lalu pendeta akan berkata, "Berlututlah di sini bersama saya
dan terimalah Tuhan Yesus." Bukankah inilah yang dilakukan hamba Tuhan
di zaman sekarang ini. Kita dengan berani memperlebar gerbang Kerajaan
Allah! Kita memandang bahwa gerbang Kerajaan Allah itu terlalu sempit.
Dengan demikian, kita telah mengambil kewenangan untuk memperlebar
gerbang tersebut!
Hanya ada
satu kelas orang Kristen - yakni mereka yang berkomitmen total
Banyak
gereja yang memberitahu kita bahwa memasuki pintu gerbang yang sempit
itu memang perlu, akan tetapi hal itu dipandang sebagai langkah
lanjutan. Begitulah cara gereja-gereja zaman sekarang mengajarkannya.
Kita diberitahu tentang adanya berbagai macam kelompok: ada kelompok
'orang Kristen' dan ada kelompok 'murid-murid', atau ada kelompok 'kelas
satu' dan yang 'kelas dua'. Namun, tentu saja, siapa yang peduli apakah
dia akan mendapat tempat di kelas dua atau bahkan ikut rombongan turis,
yang penting kita sampai ke destinasi akhir. Namun, di dalam ajaran
Yesus, tidak ada perbedaan kelas, hanya ada satu kelas yang berangkat ke
surga. Yesus tidak mengenal pembagian kelas.
Akan tetapi
gereja justru menciptakan pembagian kelas. Jadi, Anda diberitahu bahwa
pertama-tama Anda diselamatkan, dan selanjutnya, Anda bisa memilih untuk
menjadi murid, tapi jika Anda tidak mau, juga tidak menjadi masalah. Di
dalam Alkitab semua yang mengikuti Yesus adalah murid dan mereka yang
bukan murid tidak diselamatkan. Di Kisah 11:26, hanya para murid yang
disebut sebagai orang Kristen. "Orang Kristen" adalah istilah yang
ditujukan kepada pada murid. Malahan, di sepanjang kitab Kisah Para
Rasul, satu-satunya nama sebutan bagi orang Kristen adalah
'murid-murid'. Orang non-Kristenlah yang, karena tidak tahu bagaimana
menggambarkan seperti apa orang Kristen itu, lalu menyebut murid-murid
dengan istilah Christianoi - "orang Kristen".
Jadi
perhatikanlah betapa berbedanya ajaran dari Yesus mengenai keselamatan.
Dia berkata kepada orang muda yang kaya ini, "Kamu adalah orang baik.
Namun Aku meminta komitmen yang total darimu." Orang ini memang sangat
baik, namun dia masih kurang sedikit saja. Dia sangat tulus, sangat
murni, akan tetapi masih ada sedikit yang kurang. Namun saat masuk
kepada persyaratan komitmen total, dia lalu mundur; dia tidak bisa
menerimanya.
Ada sangat
banyak orang di zaman sekarang ini yang rela menjadi Kristen sekiranya
saja, persyaratannya dikurangi sedikit. Dan gereja, dalam keserakahannya
menjaring orang-orang masuk gereja, bukan sekadar menurunkan sedikit
saja persyaratannya, tapi malah meniadakannya, sampai-sampai gereja
dipenuhi oleh berbagai macam orang yang tidak dapat disebut Kristen.
Akan tetapi
Yesus tidak menurunkan persyaratannya walaupun hanya sedikit. Orang muda
yang kaya ini menginginkan hidup yang kekal. Benar, dia menginginkannya.
Dia ingin menjadi anak Allah, dia memang benar-benar menginginkannya.
Akan tetapi yang dipertanyakan oleh Yesus adalah: seberapa besar
keinginanmu itu? Seberapa dalam dan besar hasrat Anda akan hidup kekal
itu? Seberapa berharga hidup kekal itu bagi Anda? Apakah melebihi
segala-galanya bagi Anda, atau ternyata tidak terlalu berharga bagi
Anda? Sekalipun hidup kekal itu mencapai nilai 90% dari segala-galanya,
hal itu masih belum mencukupi. Hidup kekal itu harus bernilai
segala-galanya bagi Anda atau Anda tidak akan memilikinya sama sekali.
Orang muda
yang kaya ini sangat menginginkannya, namun bukan dalam bentuk komitmen
total. Dia menjadi kecewa. Ahh! Harganya terlalu tinggi! Kita tahu bahwa
dia tidak terlalu mencintai hartanya, akan tetapi dia juga tidak bisa
melepaskannya begitu saja. Dia tidak bisa memisahkan diri secara penuh
dengan dunia. Dia bersedia berpisah dari dunia, namun tidak sepenuhnya.
Dia masih menginginkan sedikit hubungan dengan dunia; sepertinya itu
cukup baik. Akan tetapi Yesus tidak memberinya peluang itu - semua atau
tidak sama sekali! Itulah komitmen total! Sangat sukar. Akan tetapi itu
bukan ajaran saya. Itu adalah ajaran Yesus sendiri!
Sangatlah
sukar mengikut Yesus
"Jika
seseorang tidak memikul salibnya dan melepaskan dirinya dari segala
miliknya, dia tidak dapat menjadi muridKu." [Mat 16:24, Mar 8:34, Luk
9:23]. "Ia tidak dapat menjadi muridKu bukan karena Aku tidak
menghendakinya menjadi muridKu, melainkan karena dia tidak akan mampu
menjadi muridKu." Jika Anda tinggalkan satu celah saja terbuka untuk
berhubungan dengan dunia - satu tali yang kecil itu akan menarik Anda
kembali kepada dunia. Anda akan kalah dalam peperangan Anda melawan
dunia. Itulah sebabnya mengapa Anda tidak dapat menjadi muridnya, karena
Anda tidak akan menang dalam peperangan ini, selama ikatan itu masih
ada.
Namun,
melepaskan segala milik Anda itu tidak semestinya berarti Anda telah
memutuskan semua hubungan dengan dunia. Yesus tidak sekadar berkata, "Juallah
segala milikmu," tetapi dia juga berkata, "Kemudian datanglah ke
mari dan ikutlah Aku." Anda bisa saja menjual segala milik Anda,
menyerahkan tubuh Anda untuk dibakar namun tidak memiliki kasih. Ada
orang yang bisa melakukan itu semua, namun mereka tidak mengikut Yesus.
Menjadi
seorang Kristen itu sangatlah berat, bukankah demikian? Yesus tidak
memungkiri hal ini, di ayat 24, dia berkata kepada murid-muridnya, "Anak-anak-Ku,
alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah." [Mar 10:24]. Kita
mengerti kenapa Yesus berkata demikian, karena sangatlah sukar
memutuskan hubungan dengan dunia. Dapatkah Anda berkata seperti Paulus,
"Aku telah disalibkan bersama Kristus. Dan sekarang dunia telah mati
bagiku, dan aku telah mati bagi dunia" (Gal 6:14). Jika Anda seorang
Kristen sejati, sanggupkah Anda mengatakan hal itu?
Yesus
melanjutkan dengan memberi gambaran tentang betapa hal ini merupakan
suatu persoalan yang sukar. Dia tahu betapa sukarnya bagi kita untuk
memutuskan hubungan dengan dunia. Yesus berkata, "Tahukah kamu seberapa
sukar hal itu? Sama sulitnya dengan upaya seekor unta untuk melewati
lubang jarum."
Apakah kita
menumpuk seperti unta?
Unta itu
sangat mirip dengan kita. Kita ini seperti unta. Mengapa? Unta adalah
hewan dengan daya tampung yang sangat luar biasa. Ia menampung segala
sesuatu di dalam dirinya. Seperti diri kita juga.
Kita
belajar bertahun-tahun untuk menumpuk pengetahuan. Mengapa kita menimbun
semua ini? Karena pendidikan dan pengetahuan adalah jalan untuk menjadi
sukses dan untuk menghasilkan banyak uang. Kita bisa menimbun banyak
uang, seperti halnya dengan unta, lalu kita tumbuhkan lagi punuk yang
kedua. Mula-mula kita besarkan punuk yang pertama, selanjutnya adalah
punuk yang kedua. Penumpukan kita tidak ada habisnya. Kita ini
benar-benar unta yang hebat; kita sangat mahir menimbun! Simpan semua
untuk diri Anda! Unta yang menimbun di dalam punuknya itu tidak bisa
berbagi dengan unta yang lainnya. Hanya bisa dia nikmati sendiri. Dengan
demikian, semakin besar punuk Anda, akan semakin sukar untuk melewati
lubang jarum.
"Lahir
Baru" adalah transformasi total melalui iman yang total
Untuk bisa
melewati lubang jarum, Anda harus mengurangi beban sampai nyaris habis!
Namun sekalipun Anda terus menurunkan berat dan menjalankan diet, hal
ini tidak akan berhasil. Tidak ada usaha, tidak ada perjuangan yang akan
bisa meloloskan Anda lewat di lubang jarum. Satu-satunya jalan untuk
bisa melewatinya adalah dengan transformasi total. Itulah tepatnya hal
yang ingin diberitahukan oleh Yesus kepada kita. Transformasi total
hanya bisa muncul dari iman yang total. Dari sini, Anda mulai bisa
melihat hubungannya.
Transformasi total ini adalah ungkapan lain dari apa yang disampaikan
oleh Kitab Suci mengenai hal 'dilahirkan kembali'. 'Dilahirkan kembali'
berarti Anda menjadi benar-benar baru! Anda menjadi berbeda dengan diri
Anda yang sebelumnya. Menjadi seorang Kristen berarti mengalami
transformasi total! Dan transformasi total ini, hanya muncul melalui
komitmen total, melalui iman yang total.
Transformasi total ini hanya bisa digenapi oleh kuasa Allah. Karena
itulah Yesus berkata, "Memang mustahil bagi manusia, namun tak ada hal
yang mustahil bagi Allah." Hal apakah yang dikatakan mustahil itu? Yah,
memang mustahil bagi seekor unta untuk melewati lubang jarum. Hal ini
tidak mungkin bisa dilakukan! Akan tetapi apa kata Yesus? Apakah makna
ungkapan 'mungkin bagi Allah' itu berarti, "Baiklah, kamu boleh
mengitari jarum itu. Kamu tidak perlu lewat melaluinya"? Yesus
menggambarkan pintu gerbang Kerajaan Allah itu sedemikian sempitnya
dengan menyamakannya dengan lubang jarum. Jadi, ketika Yesus berkata,
"Hal itu mungkin bagi Allah." Dia berkata, "Hal itu memang mustahil bagi
orang kaya, atau semua orang, untuk melewati lubang jarum. Akan tetapi
Allah bisa melakukannya." Dia bisa mengerjakan hal itu dengan mengubah
hati Anda, dengan mengubah segenap sikap hati Anda.
Para murid
tahu persis apa yang disampaikan oleh Yesus. Lalu mereka berkata,
"Lihatlah, Tuhan. Kami telah meninggalkan semuanya untuk mengikut
engkau. Kami telah melewati lubang jarum. Sungguh suatu mukjizat!"
Itulah sebabnya Yesus menyebut mereka anak-anak. Di ayat 24, Yesus
berkata: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya..." Dia berbicara
kepada mereka sebagai orang-orang yang telah lahir baru. (Di Yoh 1:12,
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah.)
Lalu
bagaimana? Apa yang harus saya perbuat untuk mewarisi hidup yang kekal?
Bagaimana Yesus menjawab pertanyaan ini? Yesus menyatakan dengan tegas
kepadanya, "Melalui iman yang total, maka kamu akan masuk ke dalam kasih
karunia yang total - kasih karunia dari kelahiran baru. Namun karena
kelahiran baru ini adalah suatu perubahan total, maka kamu tidak akan
bisa memasukinya tanpa iman yang total. Dilahirkan baru adalah sesuatu
hal yang bukan merupakan pencapaian manusia. Hal itu mustahil bagi
manusia. Ini adalah karya keselamatan Allah. Kasih karunia Allah, kuasa
Allah, kasih Allah yang dimanifestasikan melalui transformasi ini."
Komitmen
total adalah suatu sikap hati
Bagaimana
dengan Anda sendiri? Iman macam apakah yang Anda miliki? Mungkin iman
Anda itu murni, namun apakah sudah total? Anda mungkin segera berkata,
"Apa maksud Anda dengan iman yang total itu? Apakah saya harus bergegas
menjual segala yang saya miliki?" Belum apa-apa Anda sudah kuatir,
memikirkan rumah dan mobil dan segala yang Anda miliki. Jika Anda
menguatirkan semua itu, jelas itu bukan pertanda baik. Orang yang
berhasrat untuk menjadi seorang anak Allah tidak akan terlalu
menguatirkan hal-hal tersebut. Lalu Anda berkata, "Yah, baiklah, saya
memang menguatirkan hal-hal tersebut. Ada apa dengan diri saya?"
Ingatlah
selalu bahwa unsur terpenting dalam komitmen total itu adalah sikap
hati. Anda tidak perlu takut! Allah tidak akan datang ke rumah Anda lalu
membawa pergi rumah dan mobil Anda. Yesus tidak mendatangni rumah orang
muda yang kaya ini lalu menjual habis segalanya. Dia tidak mengurusi apa
yang Anda kerjakan dengan harta milik Anda. Itu semua terserah Anda.
Ketika saya
serahkan diri saya sepenuhnya kepada Tuhan, saya letakkan segala yang
saya miliki di atas altar. Segala yang ada pada diri saya adalah milik
Tuhan. Bagaimana dengan sikap hati saya? Sikap hati saya sederhana saja,
"Tuhan, aku ini milikMu. Segala yang kumiliki adalah milikMu. Silakan
Engkau kerjakan apa yang Kau pandang baik akan semua itu. Jika Engkau
ingin agar saya memberikannya, beritahu saya kepada siapa saya harus
memberikannya. Engkau tinggal menunjukkan orangnya. Maka orang itu akan
mendapatkannya." Rekening saya sekarang adalah milik Tuhan. Dialah yang
akan menentukan akan diapakan uang tersebut nantinya. Saya selalu siap
mendengarkan apa yang ingin Tuhan perbuat atas setiap dolar yang saya
miliki. Anda tentunya tidak bisa memastikan apakah yang memang tulus
mengatakan hal ini, namun Allah tahu apakah saya tulus dengan pernyataan
saya itu. Sangatlah penting mengetahui bahwa Dia tahu karena di sanalah
akan terlihat entah saya ini berkomitmen atau tidak. Jika Anda telah
menjadi milik Tuhan, maka segala milik Anda adalah milikNya. Anda hanya
sekadar menjadi pengurus segala milikNya. Dan segala milik Anda itu
menjadi milik komunitas umat Allah. Ditempatkan di bawah pengurusan
mereka. Orang Kristen sejati tidak lagi memandang harta milik sebagai
hak pribadinya.
Anda
kehilangan segalanya akan tetapi memperoleh segalanya!
Inilah
alasan mengapa, ketika pada murid berkata, "Kami ini telah meninggalkan
segala sesuatu dan mengikut Engkau!" [Mar 10:28] - seolah-olah berkata,
"Lalu apa yang kami miliki selanjutnya?" - lalu Yesus berkata di ayat
29-30, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena
Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau
saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,
orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali
lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan
ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan," - perhatikan hal
itu - "dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang
kekal."
Anda
mungkin berkata, "Bagaimana mungkin saya yang telah meninggalkan rumah,
tanah dan anak-anak, lalu mendapat seratus kali lipat? Saya tinggalkan
orang tua saya, lalu saya mendapatkan seratus ayah dan ibu. Saya
tinggalkan rumah saya, lalu saya mendapatkan seratus rumah. Saya
tinggalkan ladang saya, lalu saya mendapat seratus ladang?" Bukankah
sangat indah? Sederhana saja, saat Anda menjadi milik Tuhan, saat Anda
telah dilahirkan kembali, maka Anda tidak lagi memandang kekayaan Anda
sebagai milik pribadi yang sepenuhnya hak Anda. Sekarang Anda bersedia
membagikan semua milik Anda bersama umat Allah. Bukankah sangat indah?
Selanjutnya, ke mana pun Anda pergi, Anda akan bertemu dengan saudara
dan saudari seiman yang mau berbagi dengan Anda. Anda berbagi dengan
mereka, dan mereka berbagi dengan Anda. Tak heran jika Anda akan
memperoleh seratus kali lipat! Bukankah sangat indah? Ke mana pun Anda
pergi di dunia ini, Anda akan bertemu dengan saudara, saudari, ayah dan
ibu di sana.
Saya sangat
terharu, ke mana pun saya pergi, saya bertemu dengan ibu-ibu yang
memperlakukan saya seperti anak mereka. Mereka sangat memperhatikan saya
- sama baiknya dengan ibu kandung saya. Karena kasih mereka kepada
Tuhan, mereka memandang saya seperti anak mereka sendiri. Di dalam
kehidupan Kristen saya, saya memiliki banyak ibu yang memelihara saya,
yang membawa saya ke dalam keluarga mereka yang memperlakukan saya
sebagai bagian dari keluarga mereka. Secara rohani, saya akan menjadi
sangat miskin tanpa adanya para ibu, bapa, saudara dan saudari seiman
itu. Di saat saya masih tinggal di China di bawah pemerintahan Komunis,
di dalam perjalanan menuju Inggris, selalu ada keluarga yang bersedia
menerima saya sebagai bagian dari keluarga mereka, yang selama
bertahun-tahun terus merawat saya, memperhatikan saya, berdoa buat saya.
Sungguh indah keluarga Allah yang sangat besar ini! Apa yang hilang,
saya mendapatkan seratus kali lipat, keluarga saudara, saudari dan
rumah. Itulah yang Yesus maksudkan.
Tentu saja,
Yesus tidak berkata, "Kamu harus pergi menjual rumahmu dan tinggal di
pinggir jalan." Hal ini jelas tidak menyelesaikan masalah. Yang
dimaksudkan adalah komitmen total yang sejati dan murni, yang bisa
dengan tulus menyerahkan segala harta milik di bawah pengaturan Tuhan
sepenuhnya, dan dengan tulus merelakan segala yang Tuhan kehendaki agar
saya relakan. Jika Tuhan berkata kepada saya, "Saudara yang di sana
memerlukan $100," saudara itu akan mendapatkan uang yang $100 itu karena
sudah bukan menjadi milik saya, uang itu adalah milik Tuhan. Dan ketika
dia menerima uang yang $100 itu, dia tidak perlu merasa telah menerima
amal karena uang yang $100 itu adalah milik Tuhan dan dia adalah anak
Tuhan. Dia berhak menerima uang itu.
Oh,
bukankah sangat indah bahwa dengan kehilangan segala-galanya, Anda
justru mendapatkan segala-galanya? Anda ingin bertahan dengan apa yang
Anda miliki? Anda akan berkutat terus dengan milik Anda yang sedikit
itu. Prinsip-prinsip di dalam kehidupan Kristen selalu berjalan: semakin
Anda memberi, maka semakin banyak juga Anda menerima dari Tuhan. Akan
tetapi Anda tidak boleh memberi dengan niat mendapatkan kembali.
Milik
bersama, kita tak boleh memanfaatkan orang lain
Dan juga,
seorang anak Allah bertindak dengan hikmat yang besar. Dia tak pernah
belajar untuk memanfaatkan orang lain. Kebiasaan ini adalah tanda yang
langsung terlihat pada orang yang tidak berkomitmen. Dia tidak berkata,
"Baiklah, semuanya milik bersama, jadi saya boleh bersenang-senang
dengan hartamu." Sikap semacam ini dengan segera menunjukkan bahwa orang
ini tidak berkomitmen. Karena orang yang berkomitmen memandang harta
milik bersama itu sejalan dengan ajaran Tuhan di dalam Kisah 20:35 -
Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.
Jadi, saya
tidak berkata, "Saya tidak punya mobil. Saudara ini punya mobil. Ayo,
mari kita pakai mobilnya! Semuanya milik bersama." Jika dia berkata
bahwa dia harus memakainya, maka saya akan menyahut, "Yah, kamu naik bus
saja. Saya yang pakai mobilmu." Dan saya akan khotbahi dia, "Lebih
berbahagia bagimu dengan memberi daripada menerima." Jika Anda mendengar
ada orang yang berkata seperti itu, maka Anda akan tahu bahwa dia bukan
orang yang berkomitmen. Tidak begitu, seorang anak Allah itu memiliki
hikmat. Dia selalu bertenggang-rasa. Karena alasan inilah, saya jarang
mau memakai kendaraan orang lain. Sekalipun kadang kala, mereka
menawarkannya kepada Anda dan berkata, "Silakan pakai," saya sering
mencoba untuk menolaknya. Jika memang harus, maka saya akan memakainya
dengan sangat hati-hati.
Seorang
anak Allah selalu menjalani hidup dalam komitmen yang total.
Demikianlah, jika dia menghampiri Allah dengan sikap ini, segenap
dirinya akan ditransformasi - segenap pemikiran dan sikap hatinya akan
diubah. Itu sebabnya dia tidak akan pernah memperalat orang lain. Dia
tidak akan mendatangi orang lain dan berkata, "Aku tidak punya uang.
Mari kita pakai uangmu." Tidak, karena segenap cara berpikirnya telah
diubah; dia telah lahir baru. Segenap sikap hatinya berwujud sikap hati
yang bergantung sepenuhnya kepada Allah. jadi, komitmen total adalah
jalan untuk menerima kasih karunia yang total dari Allah. Saya harap
Anda bisa memahami hal itu.
Mukjizat
kelahiran kembali, dan pertumbuhan menuju kedewasaan
Mengenai
hal dilahirkan kembali, bagaimana peristiwa itu digenapi, apa
mekanismenya, tidak bisa kita pahami. Dan juga, tidak penting bagi kita
untuk memahami bagaimana peristiwa suatu kelahiran berlangsung.
Kebanyakan dari kita tidak memahami mekanisme kelahiran bayi manusia.
Bagaimana peristiwa terjadinya seseorang? Sebagaimana yang dikatakan
oleh Yesus di dalam Yoh 3:8, "Angin bertiup ke mana ia
mau...Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
Artinya, kita tidak tahu dari mana dia datang, dan ke mana dia pergi,
karena tak ada orang yang tahu bagamana Roh Allah bergerak. Yang
penting, bagi kita hari ini, adalah: bahwa kita menghampiri Allah dengan
ketulusan, dengan hati yang terbuka sepenuhnya kepada Dia. Selanjutnya,
Allah akan mengerjakan mukjizat - suatu mukjizat kelahiran kembali! Dia
masuk ke dalam hidup kita melalui Roh Allah, dan menciptakan manusia
yang baru sepenuhnya di dalam diri Anda. Namun, hal ini tidak lantas
menjadikan Anda sempurna sepenuhnya dalam sekejap mata.
Mula-mula,
Anda menjadi bayi kecil. Saat Anda dilahirkan kembali, Anda akan melihat
bahwa pemahaman rohani Anda sering kali kabur dan buram. Dan banyak
orang yang merasa tertekan akan hal ini. Mereka mengira bahwa di saat
mereka dilahirkan kembali, maka mereka langsung menjadi raksasa rohani
yang hebat. Kejadiannya tidak seperti itu. Saat Anda dilahirkan kembali,
Anda menjadi sama seperti bayi, yang terbaring tanpa daya. Bayi itu
hidup! Bayi itu memiliki sedikit pemahaman tentang dunia yang baru,
dunia yang baru dia masuki, namun segala sesuatunya masih tidak begitu
jelas. Seorang bayi yang kecil masih belum bisa memusatkan pandangannya.
Banyak dari antara mereka yang tidak bisa memusatkan pandangannya sampai
beberapa bulan kemudian. Demikianlah, sama halnya dengan orang Kristen
yang baru dilahirkan kembali, dia memang benar-benar dilahirkan kembali,
dia sudah bisa melihat, akan tetapi masih belum begitu jelas. Dia juga,
kadang kala, mendapati bahwa dia bisa berbicara, akan tetapi masih belum
bisa berkomunikasi dengan jelas. Kadang-kadang, hal ini membuat
frustrasi.
Saya yakin
jika bayi mampu mengutarakan apa yang dia inginkan, tentunya akan sangat
membantu para orang tua. Akan tetapi, yang bisa dia kerjakan hanyalah
membuat keributan dan akhirnya, dalam keputusasaannya, ia mulai
menjerit-jerit, lalu wajahnya memerah karena frustrasi. Dan orang tuanya
bertanya-tanya, apakah ini karena popoknya basah? Atau karena dia lapar?
Atau ada sumber ketidaknyamanan yang lainnya? Bulan-bulan pertama Anda
memiliki bayi, segala sesuatunya adalah usaha tebak-tebakan. Anda
berusaha menebak apa penyebab kerewelan bayi. Sang bayi tidak bisa
berkomunikasi. Keadaannya membuat sang bayi frustrasi; dan orang tuanya
juga sama frustrasi.
Demikianlah, saat Anda dilahirkan kembali, Anda mungkin menemukan hal
yang sama. Saat Anda berdoa, Anda mendapati bahwa berdoa itu sukar:
"Tampaknya aku tidak akan bisa menyelesaikannya." Dan, kadang-kadang,
doanya bisa diselesaikan, dan Anda berkata, "Oh, bagus sekali." Saat
lainnya, Anda merasa sangat sulit berdoa. Janganlah berkecil hati. Hal
itu bukanlah bukti bahwa Anda belum dilahirkan kembali; hanya merupakan
bukti bahwa Anda masih bayi. Itu saja.
Tanda lain
yang baik dari seorang bayi adalah bahwa dia selalu lapar. Setiap
beberapa jam, ia memerlukan makanan lagi. Seperti yang dikatakan oleh
rasul Petrus di dalam 2 Pet 2:2, Anda memerlukan banyak susu. Kemudian,
Anda bertumbuh dengan memanfaatkan gizi dari susu itu. Susu itu, tentu
saja, adalah Firman Allah. Jika Anda memiliki selera makan yang bagus
akan Firman Allah, itu berarti bahwa Anda bertumbuh. Saat Anda
bertumbuh, Anda mulai belajar berjalan.
Jika Anda
ingat bagaimana Anda belajar berjalan, hal itu juga merupakan proses
yang membuat putus asa pada awalnya. Anda mencoba berdiri dan kaki Anda
gemetaran. Kaki-kaki Anda masih belum kuat; masih cenderung mudah jatuh.
Hal yang serupa terjadi di dalam kehidupan Kristen Anda. Seringkali Anda
mencoba untuk berdiri bagi Tuhan, namun Anda terjatuh. Dan Anda berkata,
"Saya tidak tahu, saya ini orang Kristen atau bukan? Saya lemah sekali!"
Selama Anda tahu bahwa Anda benar-benar berkomitmen kepada Kristus,
jangan kuatirkan hal itu! Perlahan-lahan kaki rohani Anda akan menguat.
Pada masa-masa tersebut, sering kali, Anda sangat bergantung pada orang
Kristen yang lain. Sama seperti anak kecil yang sedang belajar berjalan,
saudaranya, atau siapapun itu, harus memeganginya untuk membantu dia
berjalan. Dan yang paling penting adalah, janganlah terlalu angkuh
berkeras tidak memerlukan pertolongan dari orang lain. Pada tahapan itu,
Anda memang memerlukan pertolongan dan nasehat.
Perlahan-lahan, kaki Anda menjadi semakin kuat, dan kemudian Anda bisa
mengambil satu atau dua langkah ke depan. Ahh, sungguh membangkitkan
semangat! Sungguh suatu pengalaman yang menyenangkan bagi seorang bayi
yang belajar berjalan. Anda bisa melihat kegembiraan di wajahnya, walau
kemudian wajahnya terbentur lagi ke lantai. Demikianlah, dia lalu
menangis frustrasi. Anda berkata, "Tidak apa-apa." Anda mengangkat dan
menegakkannya lagi. Saat berikutnya, dia bisa melangkah sampai lima atau
enam langkah, dan terbanting lagi ke lantai. Tapi, jangan kuatir,
perlahan-lahan dia akan belajar untuk menguasai kemampuan ini.
Demikianlah, di dalam kehidupan Kristen, Anda juga temukan hal semacam
ini, Anda melakukan beberapa langkah dan berkata, "Oh, sungguh hebat!"
Dan tiba-tiba saja, Anda terjatuh. Begitulah kehidupan Krsiten. Itulah
proses pertumbuhan - bertumbuh menuju kedewasaan, sampai Anda mulai bisa
melangkah dengan benar, lalu Anda mendapati bahwa Anda mulai bisa
berbicara dengan baik. Pada awalnya, yang bisa Anda ucapkan dalam doa
Anda hanyalah, "Abba! Bapa!" Seringkali, Anda hanya bisa berkata, "Bapa
yang terkasih," di dalam doa Anda. Anda tidak ingat lagi apa
kelanjutannya. Namun tidak masalah. Anda teruskan saja pertumbuhan Anda,
selanjutnya nanti Anda akan semakin lancar secara rohani - Anda akan
lebih mampu berkomunikasi. Dan semakin hari, gambaran Kristus semakin
terbentuk di dalam diri Anda. Hidup Yesus akan menjadi semakin penuh
kuasa di dalam diri Anda. dan selanjutnya, Anda bertumbuh menuju
kedewasaan, menjadi mahir dalam Firman Allah, layak menjadi prajurit
rohani yang tangguh.
Berpalinglah dari dunia, bukalah hati Anda sepenuhnya kepada Allah
Demikianlah, Anda bisa lihat mengapa Alkitab menguraikan awal kehidupan
Kristen dengan ungkapan 'dilahirkan kembali'. Istilah ini memberitahu
kita segenap proses pertumbuhan menuju keserupaan dengan Kristus, lewat
kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam diri Anda. Akan tetapi semua itu
berawal, dari satu hal: berpaling dari dunia dan membuka hati sepenuhnya
kepada Kristus.
Apakah Anda
bersedia melakukan hal itu? Sudahkah Anda menguji iman Anda untuk
melihat apakah iman itu berisi komitmen total?
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar