(Bagian keempat dari pembahasan sistematis tentang keselamatan)
oleh Pendeta Eric Chang
Kita akan
melanjutkan eksposisi tentang ajaran Perjanjian Baru mengenai
keselamatan. Dalam seri keselamatan ini, kita akan terus meneliti setiap
aspek dari keselamatan secara sistematis.
Melalui
rangkaian pembahasan ini, saya harap Anda meneliti Firman Allah dengan
cermat untuk memutuskan apakah segala yang disampaikan benar-benar
Firman Allah. Anda bertanggung jawab untuk memeriksa segala sesuatu yang
sudah disampaikan di dalam terang Firman Allah.
Apakah
diselamatkan dari kesalahan dosa itu terpisah dengan diselamatkan dari
kuasa dosa?
Pengajaran
yang berkembang sekarang memisahkan antara keselamatan dari kesalahan
atau hukuman akan dosa dengan keselamatan dari kuasa dosa. Kita
diselamatkan dari hukuman dosa yang berarti Anda tidak akan dihukum
karena Anda sudah diampuni. Dengan kata lain, keselamatan diartikan
sebagai kebebasan dari hukuman dosa; kita tidak akan dihukum. Jika Anda
telah bertobat dari dosa-dosa Anda, lalu dosa-dosa Anda diampuni, maka
Anda akan dibebaskan dari hukumannya. Akan tetapi, dalam hal dosa yang
masih bercokol di dalam hidup Anda, Anda masih belum dibebaskan. Dosa
masih berdiam di dalam diri Anda, dan masih memiliki kuasa ke atas Anda.
Itulah ajaran yang harus kita uji di dalam terang Kitab Suci, untuk
memastikan apakah ajaran ini benar atau salah. Ajaran ini memberitahu
kita bahwa Anda bisa diselamatkan dari hukuman dosa - yang Anda perbuat
sebelumnya, akan tetapi Anda masih seorang pendosa yang hidup di bawah
kuasa dosa.
Berdasarkan
ajaran ini, apa yang mau disampaikan adalah, "Orang Kristen bukanlah
manusia yang sempurna. Mereka tetap orang berdosa, sama seperti orang
lain." Jika orang bertanya, "Bagaimana mungkin orang yang sudah
dibebaskan dari dosa tidak ada bedanya dengan orang-orang non-Kristen
yang lain dalam kehidupan seharian?" Jawaban mereka adalah, "Ya, kita
diselamatkan dari hukuman dosa, namun tidak dari kuasa dosa." Malahan,
kita diberitahu bahwa orang Kristen boleh berbuat dosa nyaris tanpa
batas, dan dia akan tetap diselamatkan berdasarkan suatu keputusan yang
dibuatnya di waktu lampau. Berdasarkan ajaran ini, orang Kristen sama
sekali tidak dimerdekakan dari dosa.
Ada juga
sebagian ajaran yang berkata: Kristus bukan saja bisa membebaskan Anda
dari hukuman dosa, melainkan juga dari kuasa dosa. Lalu mengapa tidak
semua orang Kristen dibebaskan dari kuasa dosa? Jawabannya adalah karena
orang-orang Kristen tersebut tidak membuka diri untuk hidup
berkemenangan. Dengan kata lain, memang benar ada orang Kristen yang
hidup di dalam dosa. Mereka itu memang Kristen, tapi orang Kristen yang
kalah.
Pandangan
ini hanya merupakan modifikasi dari pandangan yang sebelumnya. Pada
intinya, tak ada perbedaan yang mendasar karena masih ada pemisahan di
antara keselamatan dari kesalahan dosa dengan keselamatan dari kuasa
dosa. Keselamatan dari kuasa dosa dianggap sebagai suatu pilihan saja.
Artinya, Anda tidak berusaha masuk ke dalam kasih karunia Allah, namun
sekalipun demikian, Anda akan tetap diselamatkan. Jadi, yang penting
adalah bahwa Anda telah diampuni dari dosa-dosa Anda, dan sekalipun Anda
tidak menjalani kehidupan Kristen yang berkemenangan, sekalipun Anda
masih tetap hidup di dalam dosa, hal itu tidak jadi masalah. Menjalani
kehidupan yang kudus adalah suatu pilihan; hal itu tidak penting bagi
keselamatan.
Jadi, tanpa
dibebaskan dari kuasa dosa, Anda masih tetap diselamatkan. Kebebasan
dari kuasa dosa bukan masalah penting. Apa yang akan terjadi dengan
adanya ajaran semacam ini? Hasilnya adalah angkatan yang menyebut
dirinya 'Kristen' namun sangat lemah kualitasnya.
Jadi,
menurut ajaran ini: dosa-dosa Anda telah diampuni, sekalipun Anda tidak
menjalani kehidupan Kristen yang baik, hal itu tidak jadi masalah. Yang
penting adalah bahwa Anda 'percaya' kepada Kristus. Dengan kata lain,
jika Anda berbuat dosa, maka hanya Anda akan menderita, seolah-olah dosa
itu hanya berdampak pada diri Anda saja, tidak berdampak kepada Allah.
Demikianlah makna diselamatkan menurut pandangan ini - yakni Anda hanya
diselamatkan dari hukuman dosa. Dalam kenyataannya, Anda tidak
diselamatkan dari kuasa dosa. Pertanyaannya adalah apakah ini ajaran
yang alkitabiah?
Renungkan pertanyaan ini: Orang yang diselamatkan dari hukuman
dosa, apakah dia sebenarnya diselamatkan dari kuasa dosa? Jika
Anda berhenti sejenak untuk memikirkan hal ini, Anda akan menyadari
bahwa pengampunan tidaklah sama dengan pembebasan dari kuasa dosa.
Mungkin
kedengarannya agak sulit, izinkan saya menjelaskannya dengan lebih
sederhana. Saya akan sampaikan sebuah contoh.
Kisah Dr
Zartorius
Saat saya
bepergian ke Swiss, saya bertemu dengan seorang dokter yang bernama Dr
Zartorius. Dia adalah orang yang sangat ramah, dan ketika saya
mengunjunginya dia berkata, "Mengapa tidak sekalian menginap di sini
untuk sementara?" Lewat itu saya mendapat kesempatan untuk mendengar
kisah hidupnya dan bagaimana dia menjadi Kristen.
Dia pertama
kali datang ke bagian timur Swiss ini sebagai seorang dokter muda. Dia
mendapati bahwa orang di daerah itu gemar meminum anggur. Daerah itu
memang daerah penghasil minuman anggur di Swiss. Lalu, dia mulai
menikmati minuman anggur. Pada awalnya hanya sedikit, tapi lama kelamaan
semakin banyak karena bukan saja harga anggur di situ murah tapi rasanya
juga enak. Sebelum dia menyadari apa yang terjadi, dia sudah terjerat
menjadi pecandu alkohol. Keadaannya menjadi parah karena sebagian besar
penghasilannya dia habiskan untuk membeli anggur. Yang menjadi masalah
adalah, jika Anda sudah menjadi pecandu alkohol, minuman anggur yang
biasa-biasa saja tidak akan memuaskan selera Anda lagi karena kandungan
alkoholnya terlalu rendah. Dia mulai mencari minuman yang sangat keras,
yang kandungan alkoholnya lebih tinggi. Minuman jenis-jenis tersebut
sangatlah mahal. Seiring dengan waktu, dia semakin memboroskan uangnya
untuk membeli minuman keras. Hal ini juga berarti menurunnya
penghasilannya, karena tidak ada pasien yang mau pergi ke dokter yang
selalu dalam keadaan mabuk. Demikianlah, terjadi penurunan penghasilan
yang diiringi dengan peningkatan pengeluaran.
Kemudian
ada seorang sahabatnya yang menantangnya untuk bertaruh. Kawan ini
berkata, "Tahukah kamu? Kamu sekarang sudah jadi pecandu alkohol." Dia
merasa tersinggung oleh perkataan itu! Dia berkata, "Aku tidak ketagihan
alkohol!" Kawannya berkata padanya, "Saya bertaruh bahwa kamu tidak
sanggup melewati satu hari tanpa alkohol. Saya bertaruh 20 franc. Saya
yakin kalau kamu tidak akan bisa berhenti." Ternyata, memang benar. Dia
tidak mampu berhenti. Dia kalah dalam taruhan itu. Lalu, dia menyadari
bahwa dia sudah jauh terjerat.
Situasinya
menjadi semakin buruk saja. Dia harus menjual mobilnya, dan terpaksa
mengunjungi pasiennya dengan bersepeda. Suatu hari, anak laki-lakinya
terluka oleh paku. Luka itu cukup dalam. Lalu istrinya membawa anak itu
kepadanya dan berkata, "Lihat, yunior terluka." Di saat itu dia dalam
keadaan yang agak mabuk. "Ah," katanya, "tidak apa-apa. Jangan ributkan
masalah luka itu. Anak-anak sudah pasti akan sering terluka." Luka ini
ternyata akhirnya berkembang manjadi keracunan darah, dan anak itu
hampir saja mati karenanya.
Pada hari
lainnya, sang istri datang dan berkata, "Apakah kamu punya uang untuk
membeli susu? Kita tidak punya susu lagi untuk sarapan." Dia merogoh
kantongnya, akan tetapi tidak ada uang di sana. Saat dia merenungkan hal
itu, dia berkata, "Apakah saya sudah benar-benar berantakan,
sampai-sampai tidak bisa lagi menyediakan susu untuk anak-anak?"
Dia menjadi
depresi. Lalu dia pergi ke ruang bedahnya dan mengunci pintu. Dia
memutuskan, "Aku sekarang sudah kecanduan alkohol. Aku tidak berdaya.
Tak ada lagi masa depan bagiku. Kecerobohanku nyaris berakibat kematian
bagi anakku. Sekarang mereka bahkan tidak punya makanan untuk sarapan
lagi!" Air mata mengalir di wajahnya. Dia telah berusaha, akan tetapi
dia tahu bahwa tidak mungkin untuknya melepaskan diri dari cengkeraman
alkohol. Dia membuka laci mejanya. Dia pernah menjadi seorang perwira di
dalam Angkatan Perang Swiss, dan dia menyimpan pistol militernya di laci
itu. Lalu dia mengambil pistolnya dan berpikir, "Yah, biar aku akhiri
saja kesengsaraan semua orang. Aku akan mengakhirinya dengan satu
tembakan." Lalu dia ambil pistol itu, dan juga peluru yang ada di
sampingnya. Ketika dia mengambil pistol dan peluru-peluru itu, dia
melihat sesuatu yang tergeletak di bawah pistolnya. Sebuah Alkitab -
sebuah Alkitab yang tak pernah dibacanya. Dia pernah dibaptis, sama
halnya dengan kebanyakan orang lain. Dia menerima Alkitab itu pada
upacara pembaptisannya, akan tetapi dia tidak pernah membacanya. Dia
hanya menggeletakkan Alkitab itu di dalam laci.
Jika Anda
bertanya kepadanya, "Apakah Anda seorang Kristen?" dia akan menjawab,
"Tentu saja aku seorang Krsiten." "Apakah Anda percaya bahwa Yesus telah
mati bagi dosa-dosa Anda?" "Sudah tentu, aku percaya bahwa Yesus telah
mati bagi dosa-dosaku. Aku orang Kristen! Aku sudah dibaptis! Aku sudah
lewat upacara peneguhan! Sudah semuanya!" Seorang Kristen yang pemabuk!
Demikianlah, dia lalu memutuskan bahwa setidaknya, sebelum dia
menembakkan peluru itu, ada baiknya jika dia juga membaca ayat yang
terakhir baginya. Lagi pula, sebagai seorang Kristen, Anda perlu
mengucapkan doa yang terakhir sebelum mati. Namun dia tidak tahu mana
awal dan mana akhir dari Alkitab itu. Jadi dia buka saja Alkitab itu
sekenanya. Dan yang terbuka adalah kitab Yesaya. Saat matanya menelusuri
ke bawah, dia terpaku pada sebuah kalimat: "Akulah, TUHAN,
Juruselamatmu, dan Penebusmu" [Yes 60:16]. Dia berkata, "Hei!
Kalimat ini berbicara kepadaku!" "Akulah, TUHAN, Juruselamatmu, dan
Penebusmu." Kata 'Penebus' berarti pembebas, orang yang membebaskan
Anda, orang yang menyelamatkan Anda. Saat dia mengamati kata-kata itu,
dia nyaris tidak mempercayai penglihatannya. "Akulah, TUHAN,
Juruselamatmu, dan Penebusmu." Dia segera jatuh berlutut. Dia tahu
bahwa Allah berbicara langsung kepadanya. "Akulah Penebusmu. Mengapa
kamu putus asa? Untuk apa pistol di tanganmu itu? Aku bisa
menyelamatkanmu!"
Dia lalu
berkata, "Tuhan, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku sudah tidak
punya jalan keluar yang lain. Jika Engkau bersedia menolongku, kumohon
padaMu, selamatkanlah aku!" Dia meletakkan pistolnya dan dia jatuh
tersungkur di hadapan Tuhan. Dia bercerita bahwa pada saat itu mukjizat
terjadi. Kuasa Allah masuk ke dalam hidupnya, dan bukan sekadar
mengampuni dosa-dosanya, tetapi juga mengerjakan hal yang ajaib! Yang
terjadi adalah kuasa Allah masuk ke dalam hidupnya dan menyingkirkan
kecanduannya pada alkohol, semua keinginan untuk anggur sirna! Apa yang
tidak bisa dikerjakan oleh manusia, dikerjakan oleh Allah dalam sedetik
saja! Dia membatin, "Sungguh luar biasa!" Dia bangkit, dan mendapati
bahwa segenap hasratnya untuk anggur telah hilang. Bagaimana memahami
hal ini? Sebagai seorang dokter, dia tahu bahwa tidak mudah lepas dari
kecanduan alkohol. Akan tetapi, Allah mengatasinya hanya dalam sekejap.
Keselamatan
berarti dibebaskan dari kuasa dosa
Dari
pengalaman indah dokter itu, yang disampaikan secara langsung kepada
saya, kita bisa melihat apa makna keselamatan itu. Saya harap Anda
perhatikan apa arti keselamatan itu sambil Anda mempelajari kisah ini.
Keselamatan
adalah pengampunan dari dosa, akan tetapi keselamatan itu tidak sekadar
pengampunan dari dosa saja. Sekiranya keselamatan itu hanya berupa
pengampunan dari dosa saja, pikirkanlah apa yang akan dikerjakan oleh
dokter itu. Dia akan berlutut di hadapan Allah dan berkata, "Ya Allah,
ampunilah dosa-dosaku. Aku lahir sebagai seorang Kristen akan tetapi aku
menjalani hidup yang kacau. Kumohon ampunilah aku karena telah
mempermalukan namaMu. Ampunilah aku yang tidak memenuhi tanggung jawabku
sebagai ayah dan suami. Ampunilah aku yang lalai mengurusi anakku di
saat dia menghadapi luka yang berbahaya. Ampunilah aku yang tidak
merawat keluargaku, mereka tidak punya makanan lagi. Ampunilah aku yang
tidak bertanggung jawab terhadap para pasienku." Demikianlah, dia
bertobat secara sungguh-sungguh dari dosanya. Dosa-dosanya diampuni.
Saya ingin bertanya, "Apakah dia diselamatkan dari dosa?" Pikirkanlah
baik-baik: Apakah ia diselamatkan dari dosa?
Ya, pasti!
Dia diselamatkan. Namun bagaimana dengan kuasa dosa di dalam
kehidupannya? Jika dia tidak dibebaskan dari kuasa dosa, apa yang akan
terjadi pada dirinya? Apa gunanya bagi dia dengan hanya menerima
pengampunan saja? Karena begitu dia keluar dari sana, dia masih dalam
kuasa dosa, dia akan mengerjakan lagi semua dosanya. Akar dari dosa itu
ada di dalam dirinya. Anda bisa saja memotong bagian ujungnya seperti
memangkas rumput, akan tetapi ia akan segera tumbuh lagi, karena hanya
bagian atas yang dipangkas dan akarnya masih tersisa. Bisakah Anda
memahami bahwa pengampunan dosa saja, tak dapat disebut sebagai
keselamatan? Karena selama akar dari dosa itu masih ada, maka Anda masih
tetap budak dosa. Anda akan terus berbuat dosa lagi. Apakah Anda akan
terus saja memintakan pengampunan atas dosa, sambil terus hidup di dalam
dosa, lalu apakah Anda akan terus diampuni? Apakah menurut Anda hal
semacam ini yang diinginkan oleh si dokter? Apakah menurut Anda
pengampunan adalah hal yang paling penting yang dia cari? Hal yang
terpenting baginya bukanlah sekadar pengampunan dosa, melainkan
kemerdekaan dari kuasa yang sedang menghancurkan dirinya? Saya yakin
setiap orang yang bergumul dengan dosa tahu betapa nyatanya kuasa dosa.
Di sinilah
letak permasalahannya. Orang yang hanya sekadar meminta pengampunan
dosa, tidak mengerti permasalahan dosa. Jika saya mendatangi sang dokter
yang sedang mengarahkan pistol ke kepalanya, dan saya berkata padanya,
"Sabar! Jangan terlalu dipikirkan. Allah akan mengampuni semua dosa
Anda." Apakah Anda pikir dia akan merasa lega? Apakah Anda pikir di
dalam keadaannya yang terdesak itu, dia hanya menginginkan dibebaskan
dari hukuman dosa? Dia sedang menghukum dirinya sendiri! Dia sedang
memohon hukuman itu. Bagi dia, pengampunan bukanlah masalah yang utama
untuk saat itu. Persoalan yang utama adalah kuasa dosa yang sedang
menghancurkan diri dan keluarganya. Yang harus ditangani adalah akar
dari permasalahan itu.
Kebanyakan
orang Kristen mungkin berkata kepada dokter ini, "Anda tidak perlu
begitu tertekan atas dosa-dosa Anda. Ayolah! Tersenyumlah! Yesus
mengasihi Anda dan akan mengampuni dosa-dosa Anda." Hal itu memang
sepenuhnya benar. Dia akan mengampuni! Akan tetapi bagi seorang yang
sedang diikat dosa, masalahnya bukan apakah saya diampuni atau tidak,
tapi kuasa dosa yang akan menghancurkan saya. Jika Anda menyuruh saya
untuk menjadi budak dosa seumur hidup, dan seumur hidup saya harus
bolak-balik kepada Allah setiap hari dan berkata, "Tuhan, maafkan aku!
Aku mabuk lagi. Tuhan, maafkan aku! Aku mabuk lagi!" Apakah menurut Anda
orang ini mau menjalani hidup yang seperti ini? Itukah jenis kehidupan
Kristen yang ingin Anda jalani? Setiap hari hidup di bawah kuasa dosa.
Itukah kekristenan? Jika demikian halnya, di manakah keselamatan dari
dosa itu? Kita hanya diselamatkan dari hukuman dosa. Kita belum
diselamatkan dari dosa. Saya harap Anda bisa memahami persoalan di sini.
Bisakah Anda melihat bahwa dokter ini tidak takut pada hukuman dosa?
Bukan hukuman yang membuat dia cemas! Yang membuat dia kuatir adalah
kuasa dosa, realitas dosa di dalam kehidupannya.
Saya harap
Anda cermati hal ini: hukuman dosa bukanlah dosa. Dibebaskan dari
hukuman dosa bukan berarti dibebaskan dari dosa itu sendiri. Pertanyaan
yang perlu kita ajukan adalah, apakah yang diajarkan oleh Alkitab?
Apakah Alkitab mengajarkan "diselamatkan" berarti diselamatkan dari
hukuman dosa, atau yang diajarkan adalah diselamatkan dari dosa? Syukur
kepada Allah, Alkitab tidak sekadar mengajarkan keselamatan dari hukuman
dosa! Syukur kepada Allah, karena Alkitab mengajarkan keselamatan dari
dosa itu sendiri; keselamatan dari setiap kuasa dosa di dalam hidup
saya!
Untuk
memahami hal ini, bacalah Roma pasal 6, di mana rasul Paulus berkata, "Sebab
kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa" [Rom 6:14]. Dosa tidak
berkuasa lagi atas diri Anda. Jika Anda tidak mampu berkata kepada orang
yang akan binasa oleh dosa, bahwa Allah sanggup menyelamatkan dia dari
kuasa dosa, maka tidak ada pesan yang bisa Anda sampaikan pada mereka.
Anda harus diselamatkan dari dosa, bukan sekadar dari hukuman dosa.
Segenap isi surat Roma berkenaan dengan masalah kemerdekaan dari dosa,
terutama di Roma pasal 6 dan 8.
Bukti dari
kuasa yang mengatasi dosa
Jika kita
tidak sekadar diselamatkan dari hukuman dosa, tetapi juga dari kuasa
dosa, maka tahap lanjutan dari keselamatan adalah munculnya perubahan
yang mendasar dalam kehidupan.
Jika Anda berkata bahwa Anda telah diselamatkan, akan tetapi belum
diselamatkan dari dosa, berarti Anda masih belum tahu apa arti menjadi
seorang Kristen itu. Ketika Dr Zatorius diselamatkan oleh Tuhan, dia
tahu bahwa dia telah diselamatkan. Dia tahu persis apa yang dimaksudkan
oleh rasul [Paulus] di 2 Kor 5:17, "Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu,..." Itulah
keselamatan! Itulah keselamatan sejati! Itulah makna dari keselamatan!
Saat
seseorang telah diselamatkan, dia tahu bahwa dia telah diselamatkan; dia
tahu bahwa sesuatu telah terjadi pada dirinya. Saat kuasa Allah masuk ke
dalam hidup Anda, apakah Anda tidak mengetahuinya? Saya tidak bermaksud
mengatakan bahwa peristiwanya harus dramatis seperti yang dialami oleh
Dr Zartorius, namun tetap merupakan peristiwa di mana Anda tahu bahwa
Anda telah mengalami kuasa Allah di dalam hidup Anda. Anda mungkin
bahkan tidak tahu kapan peristiwa itu terjadi, akan tetapi yang penting
adalah hal itu benar-benar telah terjadi. Sebagian orang mengalami kuasa
Allah masuk ke dalam hidup mereka dengan pelahan-lahan namun dengan
efektif. Mereka tahu bahwa kuasa Allah ada di dalam hidup mereka,
walaupun mereka mungkin tidak tahu kapan persisnya perubahan besar itu
terjadi. Alkitab mutlak memberitahu kita bahwa perubahan harus terjadi.
Perubahan -
dibebaskan dari keterikatan pada keinginan
Perubahan
yang seperti apa? Sama seperti yang terjadi pada Dr Zartorius. Karena
kuasa dosa bekerja dalam kerangka yang sama. Apakah kuasa dosa di dalam
kasus Dr Zartorius ini? Masalah kecanduan, yaitu kecanduan minuman
keras. Inilah hal yang disebut sebagai 'nafsu' atau 'keinginan' di dalam
Alkitab. Adanya keterikatan pada nafsu atau keinginan adalah bukti
adanya kuasa dosa yang bekerja di dalam diri Anda. Ada yang tidak
terikat pada alkohol, akan tetapi mereka kecanduan hal lain seperti
seks. Mereka harus terus menerus memuaskannya. Nafsu seks tampaknya
sangat berpengaruh pada sebagian besar orang. Mental mereka nyaris
menjadi tidak seimbang akibat nafsu seks ini. Ada juga orang yang
kecanduan uang. Selalu saja terikat dengan uang; mata mereka hanya bisa
melihat lembaran dolar saja. Ada pula yang terikat pada kehormatan dan
kedudukan. Dan kuasa dari semua hal itulah yang mengendalikan diri
mereka. Mereka akan mengorbankan segalanya demi memuaskan keinginan
mereka itu.
Lihat saja
Dr Zartorius. Dia bersedia mengorbankan banyak hal; kehilangan reputasi;
uang; dan bahkan kesejahteraan keluarganya demi memuaskan keinginannya.
Inilah yang dimaksudkan sebagai kuasa atau dominasi dosa. Artinya, dosa
merupakan pengendali di dalam diri Anda. Setiap orang yang tidak
dimerdekakan dari dosa, yang memegang kendali di atas dirinya adalah
dosa. Sebagai contoh, sifat 'egois' dalam diri orang yang belum
dilahirkan kembali itu merupakan kuasa yang mengendali segenap hidupnya.
Namun ketika kuasa Allah masuk Anda akan dibebaskan.
Demikianlah, kita bisa melihat hal ini di dalam 1 Yoh 3:9: Rasul Yohanes
mengatakan, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa
lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat
berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah." Ajaran ini jelas
bertentangan dengan ajaran yang kita dengar sekarang. Rasul Yohanes
berkata, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi."
Sungguh pernyataan yang keras! Bagaimana kita bisa memahaminya?
Pertama-tama, kita tahu bahwa rasul Yohanes sedang membahas perkara yang
tengah kita bicarakan: diselamatkan berarti diselamatkan dari kuasa dosa
atau dari watak dosa yang ada di dalam diri Anda. Rasul Yohanes tidak
menyatakan bahwa keselamatan itu sebagai sekadar pengampunan dosa saja.
Dia sedang berbicara tentang penyembuhan ganda, kita diselamatkan dari
murkanya dan kita juga dimurnikannya. Dia menjadikan kita manusia baru.
Apakah
rasul Yohanes ingin berkata bahwa ketika Anda dilahirkan kembali, maka
Anda tidak mampu lagi berbuat dosa? Oh, bukan itu yang ingin disampaikan
oleh rasul Yohanes! Dia tidak bermaksud mengatakan bahwa kita langsung
menjadi sempurna tanpa dosa. Di dalam 1 Yoh 1:8 dia menjelaskan, "Jika
kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita
sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." Lalu apa yang
dimaksudkan oleh sang rasul?
Mari
perhatikan lagi kesaksian Dr Zartorius. Ketika kuasa Allah masuk ke
dalam hidupnya, kecanduannya pada alkohol telah meninggalkan dia. Ini
hal yang sangat luar biasa! Anda bisa taruh segelas anggur di hadapannya
dan tidak tak tergiur sama sekali. Bagi seorang pencandu alkohol,
melihat segelas anggur di depannya merupakan suatu godaan yang luar
biasa. Tapi tidak bagi dokter ini, dia telah memiliki kodrat yang baru
sekarang. Kodrat yang baru ini merdeka dari keterikatan pada alkohol.
Bukan berarti bahwa dia tidak bisa minum anggur lagi. Dia masih bebas
untuk mengulurkan tangannya dan meminum anggur itu. Dan dia juga tahu
bahwa jika dia memilih untuk minum anggur itu, dalam waktu singkat, dia
akan kembali diperbudak oleh kecanduannya.
Demikianlah, saat Allah membebaskan kita dari keterikatan pada dosa, hal
itu bukan berarti bahwa kita tidak bisa berbuat dosa lagi. Juga bukan
berarti bahwa kita tidak akan menikmati perbuatan dosa. Seperti halnya
Dr Zatorius, anggur memang sudah tidak memikat hatinya lagi, namun bukan
berarti bahwa jika dia mencicipi anggur itu, lantas rasa anggur itu
tidak terasa nikmat baginya. Anggur itu masih punya kuasa untuk
menjatuhkannya lagi. Dan dia tahu bahwa dia harus menjaga jarak dari
anggur. Tidak boleh berkata, "Nah, sekarang aku sudah merdeka dari
kecanduan pada alkohol, jadi aku boleh minum sebanyak yang aku suka."
Hanya karena kita sudah dibebaskan dari kuasa dosa tidak berarti bahwa
sekarang kita boleh berbuat dosa sesuka hati. Jadi, "Setiap orang
yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi," ini berarti bahwa
kuasa dosa memang sudah pergi, namun bukan berarti bahwa Anda tidak bisa
berbuat dosa lagi.
Jangan
ceroboh menjalankan kemerdekaan yang Anda peroleh!
Sebagai
rangkuman, apa yang terjadi ketika kita mengklaim kuasa keselamatan
Allah? Yang terjadi adalah, seperti yang dialami oleh Dr Zartorius,
Allah menaruh hati yang baru di dalam diri kita, seperti yang
disampaikan oleh Yehezkiel [Yeh 36:26]. Hati yang baru ini adalah hati
yang bebas dari kuasa dosa. Namun hal ini bukan berarti bahwa kita tidak
bisa berbuat dosa lagi. Seberapa permanen kemerdekaan dari dosa ini?
Apakah karena kita sudah merdeka dari kuasa dosa, lalu kita boleh
bersikap ceroboh terhadap dosa? Karena kita sudah dimerdekakan dari
kuasa dosa, sekali kita diselamatkan, maka kita akan selalu diselamatkan
dari kuasa dosa? Kita tidak perlu takutkan lagi masalah dosa? Bukan
demikian! Jika Dr Zartorius tidak mempergunakan kemerdekaannya dengan
baik, dia bisa terjerat kembali oleh kecanduannya.
Ada dua
macam jalur terjadinya kekeliruan dalam memahami ajaran keselamatan di
sini. Kekeliruan yang satu menganggap bahwa sekali kita dibebaskan dari
kuasa dosa, maka kita langsung menjadi sempurna. Itulah doktrin
perfeksionisme. Sekalipun kita sudah dimerdekakan dari kuasa dosa, bukan
berarti bahwa kita tidak akan jatuh lagi. Itulah sebabnya mengapa rasul
Paulus berkata di dalam Gal 5:1, Kristus telah memerdekakan kita.
Karena itu berdirilah teguh. Dia telah memerdekakan Anda, namun Anda
harus berdiri teguh di dalam kemerdekaan itu. Anda harus menjaga
kemerdekaan itu. Jangan salah gunakan kemerdekaan itu. Jadi janganlah
berpikir, "Aku sudah merdeka dari dosa, lalu sekarang aku bisa
mengerjakan apa yang aku suka." Itu adalah kesalahan yang paling besar.
Kekeliruan
yang kedua adalah yang lebih sering terjadi. Pandangan bahwa sekalipun
saya telah dimerdekakan dari dosa, lalu jatuh ke dalam dosa lagi, saya
akan tetap diselamatkan walaupun tanpa pertobatan. Ini adalah kekeliruan
yang sama besarnya. Sebagai contoh, Dr Zartorius telah dibebaskan dari
dosa, namun apakah keadaannya akan lebih baik jika dia kembali menjadi
pemabuk? Jika dia tidak berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang telah
diberikan oleh Kristus padanya, dia akan kembali menjadi seorang
pemabuk. Itulah sebabnya, ketika saya berbincang-bincang dengan Dr
Zartorius saat itu, dia menjauhkan diri dari anggur, sekalipun anggur
itu sudah tidak memikat hatinya lagi namun dia tetap berjaga-jaga. Dia
ingin berdiri teguh di dalam kemerdekaan itu. Kata rasul Paulus, "Jangan
pakai kemerdekaanmu untuk membenarkan perbuatan dosamu."
Allah mampu
menyelamatkan dari dosa dan menjaga kita agar tidak jatuh
Mungkin
pertanyaannya adalah, jika memang ada bahaya bahwa seseorang bisa jatuh
kembali, lalu seberapa pasti keselamatan saya itu?
Pertama,
orang yang dilahirkan kembali, dapat berkata seperti rasul Paulus, "Karena
aku tahu kepada siapa aku percaya" [2 Tim 1:12]. Kalimat penuh
keyakinan: "Karena aku tahu kepada siapa aku percaya." Setiap
orang Kristen yang benar-benar telah dilahirkan kembali bisa mengucapkan
kalimat tersebut karena dia telah mengalami kuasa Tuhan yang
menyelamatkan dari dosa. Karena itu, orang seperti Dr Zartorius
benar-benar dipenuhi oleh sukacita dan semangat! Ke manapun dia pergi,
dia bersaksi tentang apa yang telah dikerjakan oleh Allah dalam
hidupnya. Dia mampu berkata, "Karena aku tahu kepada siapa aku
percaya. Aku tahu bahwa dia mampu menjagaku. Dia mampu menjaga agar
aku tetap merdeka dari dosa."
Hal yang
kedua, orang yang mengalami kuasa Tuhan memiliki keyakinan penuh yang
akan memampukan dia melangkah maju. Seperti yang kita baca di surat
Yudas di ayat 24, Yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung.
Artinya, di setiap waktu, saya bergantung pada kuasa itu. "Kasih
karunia" menurut Alkitab bukanlah sesuatu yang pernah Anda terima
beberapa tahun yang lalu, ketika Anda pertama kali percaya kepada Yesus.
"Kasih karunia" menurut Alkitab adalah sesuatu yang menjadi sandaran
Anda - Anda bergantung pada kasih karunia itu hari demi hari, detik demi
detik. Anda bergantung kepadanya karena Anda tahu bahwa Allah
berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung.
Perhatikanlah keselamatan yang indah ini. Saya bermegah di dalam salib
Kristus! Saya bermegah di dalam keselamatan yang indah! Alasan saya
bermegah dalam keselamatan ini adalah karena ini adalah keselamatan yang
penuh - keselamatan yang sempurna - keselamatan yang tidak saja dari
hukuman dosa, tetapi juga keselamatan dari kuasa dosa di dalam hidup
saya. Saya bermegah dalam keselamatan ini karena saya telah mengalami
realitas dan kuasa dari keselamatan tersebut di dalam hidup saya,
sehingga saya mampu berkata seperti rasul Paulus, "Karena aku tahu
kepada siapa aku percaya." Dan saya juga mampu berkata seperti
Yudas, "Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung."
Sudahkah Anda mengalami keselamatan yang penuh itu? Apakah Anda mampu
berkata, "Aku tahu kepada siapa aku percaya"?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar