Jumat, 09 Oktober 2015

"RUMAH AKUNTABILITAS"

Sepertinya tidak seseorangpun bisa bebas dari tanggung jawab dan pertanggungjawaban.

Karena sifat Tuhan yang Maha Adil dan akan menuntut kita dalam hal yang terkecil bahkan termasuk pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan kita (yang semuanya diketahuiNya dengan sangat detil), kesadaran kita harus ditingkatkan agar kita terbiasa hidup bertanggung jawab dan siap mempertanggungjawabkan hasilnya, apapun itu.

Tanggung jawab adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses kehidupan, sedangkan pertanggungjawaban adalah titik akhir dari setiap pekerjaan atau kehidupan.

Inilah 5 cara praktis untuk menolong kita mampu menjadi Rumah Akuntabilitas, yaitu memiliki hidup yang bertanggung jawab.

1. Menyadari bahwa kehidupan membutuhkan tanggung jawab dan pertanggungjawaban.
Berpikirlah dengan kesadaran penuh bahwa setiap hal yang kecil sekalipun harus dipikirkan dampaknya, karena siapa yang setia dalam perkara yang kecil akan dipercaya dengan hal-hal yang lebih besar (Mat. 25:21).
Tangungjawab selalu dimulai di dalam pikiran. Oleh sebab itu, mulailah memikirkan setiap tanggung jawab kita dengan pikiran yang direncanakan sebaik-baiknya, sebab rasa malas untuk berpikir adalah awal dari hilangnya tanggung jawab.

2. Bersedia mempertanggungjawabkan setiap perbuatan.
Pahamilah hukum tabur tuai, di mana setiap perbuatan kita harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan bahwa siklus ini adalah hukum yang pasti dan kekal (Gal. 6:7).
Ketika kita melarikan diri dari tanggung jawab, sebenarnya hal itupun merupakan bentuk cerminan  rasa tanggung jawab yang buruk. Pilihan untuk memikirkan sebab dan akibat harus selalu ada dalam pertimbangan hidup kita.
Salah satu kebutuhan jiwa adalah rasa berdaya guna, dan sikap yang selalu bersedia mempertanggungjawabkan setiap perbuatan akan menumbuhkan rasa berdaya guna. Kemampuan untuk mempertanggungjawakan setiap perbuatan kita akan meningkatkan percaya diri dan kepuasan akan kehidupan ini.

3. Menjalankan komitmen, apapun risikonya.
Selalu memikirkan keuntungan dan kepentingan pribadi adalah halangan terbesar untuk menjalankan komitmen, namun keinginan untuk selalu memikirkan kepentingan orang lain dan kepentingan Tuhan akan memampukan kita menjalankan komitmen kita, apapun risikonya, bahkan sekalipun kita harus harus mengalami kerugian (1 Kor. 6:7). Karena itu, mulailah memikirkan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan Tuhan atas kehidupan yang lebih besar dan lebih luas (Fil. 2:3), karena di dalamnya ada kemuliaan kekal yang jauh melebihi apapun yang dapat kita pikirkan.

4. Mengatakan kebenaran dalam kasih.
Segala sesuatu yang kita lakukan di luar kasih adalah dosa. Bahkan, perkataan yang baik dan menyenangkan orang, jika tidak dinyatakan dalam kasih tidak banyak manfaatnya, “tetapi kasih membangun” (1 Kor. 8:1). 
Jadi, meskipun berisiko tidak menyenangkan orang, perkataan yang keluar dari kasih akan mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera. Marilah kita mulai melatih diri untuk mengatakan hanya “kebenaran”, yaitu perkataan yang dapat dipertanggungjawabkan, dan mengatakannya hanya “dalam kasih”, yang akan membangun setiap orang (Ef. 4:15 - menurut Alkitab Bahasa Inggris versi KJV).

5. Berani mengakui kesalahan, minta maaf dan bersedia memperbaikinya.
Kredibilitas dan kepercayaan tidak muncul dari kesempurnaan, tetapi dari keberanian untuk mengakui kesalahan dan mempertanggungjawabkannya melalui perbaikan yang konsisten. Kredibilitas dan kepercayaan dapat dibangun melalui hal-hal sederhana yang kita alami setiap hari.
Seringkali, kepercayaan hilang bukan karena kesalahan besar yang kita lakukan, tetapi kegagalan kita untuk konsisten memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kita anggap kecil dan sepele. Mulailah memperhatikan dan berani mengevaluasi diri kita dalam hal-hal sederhana (Yak. 5:16).

Kapan kita akan mulai menjadi Rumah Akuntabilitas?

Saya sudah memulai perjalanannya, bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar