Jumat, 09 Oktober 2015

"RUMAH KASIH PERSAUDARAAN"

Penelitian telah membuktikan bahwa seseorang akan menjadi  bermasalah jiwanya jika ia tidak memiliki kehidupan yang “saling”. Begitu pula jika orang menyendiri dengan alasan apapun secara berkelanjutan (melebihi 3 bulan) maka akan terjadi kelainan jiwa yang perlu untuk ditolong.

Penulis kitab Ibrani dalam Ibrani 10:24-25 menekankan bahwa kehidupan interdependen adalah kehidupan “saling”. Kehidupan ini akan mencapai kemaksimalannya dengan disertai 2 tanda, yaitu dikasihi oleh Allah dan dikasihi oleh manusia (Luk 2:52).

Intisari/esensi dari kehidupan “saling” adalah kasih persaudaraan. Bagaimana melakukannya? Berikut adalah 5 cara praktis untuk kita mempraktikkan hidup di dalam Rumah Kasih Persaudaraan.

1. Memandang komitmen kepada pelayanan dan otoritas adalah ekspresi kasih kepada Tuhan dan sesama.
Mari kita mulai mempraktikkan keluar dari dikotomi (pemisahan) bahwa pelayanan adalah terpisah dari pekerjaan.
Kita seharusnya berpikir bahwa bekerja adalah melayani (Kol. 3:23) dan melayani adalah bekerja (Kol. 3:24).
Semua otoritas dalam hidup kita, seperti orang tua kita, atasan kita, pimpinan kita, kakak kita, penatua kita, pemerintah dan sebagainya, adalah orang-orang yang patut kita hormati sebagai bukti bahwa kita menghormati  Tuhan juga (Ibr. 13:17).
Jika kita memiliki pandangan seperti ini, kita akan dengan mudah mampu mengekspresikan kasih kepada Tuhan dan sesama.

2. Memilih untuk berada bersama-sama orang yang dilayani pada saat dibutuhkan.
Patut kita pahami bahwa ada kebutuhan yang esensi pada jiwa manusia, yaitu untuk dipedulikan dan dijagai pada saat kita membutuhkan perhatian dan kasih (1 Pet. 1:2).
Disarankan agar kita memilih berada bersama orang yang membutuhkan pelayanan kita adalah bentuk pelayanan kasih persaudaraan yang dinyatakan. Dalam komsel, hal ini sangat mudah diterapkan melalui saling melayani dan saling memperhatikan dengan kasih.

3. Memberikan kontribusi sesuai panggilan diri secara bertanggungjawab, berdampak dan tuntas.
Setiap orang percaya diharapkan untuk menggunakan talentanya untuk melakukan pekerjaan baik (Ef. 2:10).
Kita bisa melakukan dengan hal yang paling sederhana dan paling praktis untuk bisa dilakukan sebagai tanda kita berkontribusi sesuai panggilan, contohnya menjadi tempat curhat bagi orang-orang yang membutuhkan, memberikan penghiburan juga bagi mereka yang bersedih hati, mengunjungi bagi mereka yang sakit, memberi dorongan melalui telpon atau SMS, memberikan hadiah yang kecil, terlibat dalam tim pujian dan penyembahan atau sebagai usher atau memenangkan jiwa bersama dengan komsel.

4. Mendengarkan dengan empati serta memberikan kata-kata motivasi dan apresiasi.
Di masa sekarang ini, pelayanan mendengar sangatlah dibutuhkan karena seseorang yang emosional bisa ditolong dengan didengarkan keluhannya (Yak. 1:19).
Demikian pula, kebiasaan untuk membangun kata-kata motivasi yang disertai apresiasi yang tulus akan menghasilkan dampak yang luar biasa (Ef.4:29, 1 Tes. 5:11).

5. Tetap menjalankan komitmen kepada orang yang dilayani dalam situasi sulit sekalipun.
Masing-masing dari kita diberikan tanggungjawab oleh Tuhan untuk melayani orang di sekeliling kita, keluarga kita, pasangan kita, anak kita, kerabat kita, orang-orang terdekat kita, teman-teman kerja, saudara-saudara sepelayanan, sekomsel, setiap saat, termasuk ketika kita sendiri berada dalam situasi yang sulit (1 Kor. 10:13). Ketika kita melayani bersama dalam situasi diri yang sulit, justru kita akan mendapatkan kekuatan baru dan harapan yang tidak mengecewakan (Rom. 5:3-5).

Kita adalah Rumah Kasih Persaudaraan, dan jika kita melakukan 5 hal diatas, hidup kita bersama di dalam rumah ini akan berdampak dan berbuah lebat.

Saya mau dan sudah mulai melakukannya, bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar