Jumat, 09 Oktober 2015

"RUMAH APRESIASI & MENDENGARKAN"

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan Yesus adalah teladan kita sebagai Rumah Tuhan. Hidup kita dibentuk dari perilaku dan aktivitas kita.

Jika kita sering mengapresiasi dan mendengarkan orang-orang di sekeliling kita, maka kehidupan kita akan menjadi Rumah Apresiasi & Mendengarkan.

Saya selalu tertarik mendengarkan kisah-kisah hidup seseorang. Bagi saya, setiap orang selalu mempunyai kisah hidup yang menarik dan unik. Inilah yang membuat saya begitu mencintai saat-saat saya mengkonseling seseorang. Jauh lebih baik daripada metode-metode dan ilmu-ilmu yang saya pelajari dari text books yang pernah saya baca, kebenaran Firman Tuhan sebenarnya telah memberikan dasar utama bagi orang-orang yang rindu hidupnya dipakai untuk menolong orang lain.
Mari kita alami hal-hal mengagumkan karena kebenaran Firman Tuhan.

"Keluhan Manusia"
Kebanyakan orang mengeluh tentang rasa frustrasi yang mereka hadapi ketika harus berhadapan dengan orang-orang yang seolah-olah tidak dapat mereka pahami. Kita menemukan orang-orang seperti ini di tempat kerja, gereja, dan bahkan keluarga kita. Kebanyakan orang mengeluh tentang tidak dapat menemukan hal yang baik dalam diri orang-orang seperti ini dan lebih sering mengalami konflik daripada kerjasama yang sinergis dan relasi yang saling membangun.
Salah satu faktor terbesar dalam konflik semacam ini adalah karena kita gagal untuk menghargai dan mendengarkan mereka seperti yang Tuhan ingin kita lakukan.
Pahamilah bahwa setiap keluhan membutuhkan apresiasi dan didengarkan dengan kasih.

"Pemahaman Dunia vs Kebenaran"
Dunia mengajarkan agar kita menghargai berdasarkan penampilan dan hasil kerja. Sebaliknya, Tuhan Yesus mengajarkan agar kita menghargai usaha dan potensi orang lain.
Dunia mengajarkan agar kita mendengarkan apa yang kita ingin dengar, namun Tuhan Yesus mengajarkan agar kita mendengarkan harapan dan ketakutan orang lain.

Dalam Lukas 5, diceritakan bahwa pada saat Tuhan Yesus sedang mengajar di sebuah rumah, banyak orang-orang penting mendengarkan dan memperhatikanNya. Tiba-tiba atap rumah itu dibuka dan beberapa orang menurunkan seorang teman mereka yang lumpuh.
Di zaman itu, orang lumpuh statusnya sama seperti pengemis di pinggir jalan. Mereka dianggap sebagai kelompok orang yang tidak berguna.
Respon Tuhan Yesus bukanlah mengusir orang itu atau dengan diplomasi mempersilahkan orang itu menunggu hingga dirinya selesai mengajar. Respon pertama Tuhan Yesus bahkan juga bukan menyembuhkan orang lumpuh itu, melainkan mengampuni dosanya.
Mengapa Tuhan melakukan itu?
Di budaya itu penyakit seperti kusta, lumpuh, dan buta dianggap sebagai kutukan Tuhan karena dosa orang yang bersangkutan. Karena itu, sebenarnya status berdosa jauh lebih berat bagi orang itu daripada penyakitnya sendiri. Orang-orang semacam itu dikucilkan dan bahkan dijadikan sampah masyarakat karena dosa mereka. Tuhan Yesus mendengarkan hal yang tepat. Ia tidak mendengarkan cemooh orang-orang penting yang menjadi peserta seminarnya pada saat itu. Ia mendengarkan perasaan putus asa orang itu dan harapannya agar dosanya dapat diampuni. Kemudian, Ia menjawab keputusasaan orang itu.
Tuhan Yesus tidak memandang penampilan dan hasil kerja orang lumpuh itu. Ia melihat imannya dan iman teman-temannya yang gigih, serta Ia membela mereka di hadapan orang-orang Farisi dan ahli taurat itu.

5 Manfaat dari Mengapresiasi dan Mendengarkan
1. Meningkatkan kemampuan pengendalian diri untuk mengatasi orang-orang sulit.
2. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan membantu terhadap orang-orang yang pesimis menjadi percaya diri.
3. Menambah relasi karena makin mengasihi dan dikasihi sesama.
4. Meningkatkan kredibilitas melalui investasi bagi sesama.
5. Menjadi terang dan garam bagi sekeliling, sesuai perintah Firman Tuhan.

Setiap keluhan membutuhkan apresiasi & didengarkan dengan kasih

“Tetapi Rumah Tuhan yang dimaksudkan Yesus adalah Tubuh-Nya sendiri,” (Yoh. 2:21 – BIS).

“Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu…” (Yoh. 13:15 – TB).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar