Sabtu, 10 Oktober 2015

"How To Live in God's Perspective"

Dr. RC Sproul, seorang tokoh kekristenan di abad ini, dalam salah satu khotbahnya pernah mengatakan: "Budaya kita mengajarkan bahwa setiap orang mampu menentukan apa yang benar atau salah. Itu sebabnya tidak mudah bagi kita untuk tunduk pada orang lain. Termasuk kepada Tuhan."

Teman saya yang mempunyai visi untuk melayani kaum muda pernah mengatakan bahwa salah satu kalimat tantangan yang paling sering muncul di benak orang-orang muda jaman ini adalah: "Kenapa aku harus mentaatimu?" Kalimat ini mungkin tidak selalu terucapkan, tetapi kita akan selalu dapat temukan ketika mereka berhadapan dengan orang tua, atasan, pengkhotbah, dan bahkan Firman Tuhan.
Kita cenderung menerima arahan dari orang-orang yang sesuai dengan keinginan kita dan mempunyai kriteria yang sesuai dengan standart kita. Sebaliknya kita cenderung untuk menyaring atau bahkan menolak sudut pandang orang-orang yang tidak sesuai dengan keinginan dan standart kita. Kita melakukan hal itu karena tidak ingin mengikuti pemimpin yang tiba-tiba melarikan diri ketika keadaan menjadi lebih buruk. Kita tidak mudah mempercayakan diri pada orang lain karena kita takut melakukan saran orang lain yang pada akhirnya dapat berkata: "Ups! Maaf ternyata aku salah."
Kita enggan menggunakan perspektif Allah karena takut bahwa prinsip-prinsip Firman Tuhan akan membawa lebih banyak kerugian dalam hidup kita.
Tuhan mengerti kekawatiran kita dan karena itulah sebabnya Tuhan mengatakan: "Setinggi langit di atas bumi, setinggi itulah pikiran-Ku di atas pikiranmu, dan jalan-Ku di atas jalanmu." (YESAYA 55:9 BIMK).

"SUPERIORITAS PERSPEKTIF TUHAN"
Seorang penembak jitu selalu mengambil posisi di tempat yang tertinggi, karena dengan demikian ia dapat melihat dengan sudut pandang yang jauh lebih luas dibandingkan sudut pandang para tentara yang berada di bawah. Demikian juga dengan perspektif Tuhan. Kita sering kali meragukan sudut pandang Tuhan yang ada di dalam Alkitab karena keterbatasan jarak pandang kita. Perspektif Tuhan jauh lebih tinggi di atas perspektif kita. Karena itu kita dapat selalu mempercayai perspektif Tuhan karena Dialah yang lebih bijaksana dibandingkan semua ciptaan yang lain; dan Firman Tuhan mengatakan bahwa orang-orang yang menggunakan perspektif Tuhan dalam hidupnya akan menuai kesuksesan dalam apapun yang dikerjakannya (Mazmur 1).

Karena itu mari kita pelajari beberapa perspektif Tuhan mengenai hidup ini.

"KUALITAS DI DALAM"
Kisah pengurapan Daud menjadi calon raja menggantikan raja Saul di 1 Samuel menggambarkan bahwa Tuhan lebih tertarik pada inner qualities daripada kualitas-kualitas eksternal.
Jika Anda merasa minder karena tidak mempunyai gelar akademis yang tinggi, ingatlah bahwa Tuhan lebih ingin melihat, Anda rendah hati dan mempunyai rasa percaya diri yang sehat.
Jika Anda seorang suami atau istri yang merasa minder karena kecantikan, bentuk tubuh, atau kemampuan finansial Anda, ingatlah bahwa Tuhan lebih mementingkan, Anda rela mengorbankan diri Anda untuk pasangan Anda, saling percaya dan terbuka, dan saling melayani dengan tingkat excelence.
Jika Anda merasa kecewa dengan keadaan anak Anda, ingatlah bahwa Tuhan lebih ingin melihat mereka tumbuh sebagai orang-orang yang hidup di dalam Tuhan.

"PENGENALAN, BUKAN SEKEDAR PENGETAHUAN & PERSEMBAHAN"
Salah satu tanda relasi yang semakin kuat adalah ketika kita lebih puas dengan pengenalan yang dalam antara satu dengan yang lain daripada sekedar pemberian.
Pernikahan kami telah menginjak usianya yang ke-15 tahun; dan setelah 15 tahun hidup bersama melewati suka dan duka, seringkali kado bukan merupakan hal yang paling kami inginkan dari satu dengan yang lain.
Kebahagiaan terbesar saya adalah ketika istri saya menanyakan: "papa capek ya?" ketika saya pulang kerja. Kebahagiaan istri saya adalah ketika ditengah kesibukan, saya masih menyempatkan diri untuk menemani dia pergi.
Begitu pula dengan hidup kita dalam perspektif Allah. Kisah tentang Tuhan Yesus yang sedang bertamu di rumah Maria dan Martha, saudara Lazarus, mengajarkan bahwa Tuhan menginginkan kita memandang hidup ini sebagai proses untuk makin mengenal Tuhan dengan lebih intim. Ia ingin kita mengenalnya lebih intim melalui pekerjaan kita, relasi suami istri kita, dan relasi dengan orang tua/anak kita. Ia ingin kita mengenalnya melalui bagaimana kita memelihara kesehatan kita, bagaimana kita mengembangkan bakat dan hobi kita menjadi sebuah keahlian, dan bagaimana kita mengatur keuangan kita.

"PROSES BUKAN HASIL"
Allah selalu mengukur kesetiaan kita dari proses dan bukan pada hasil. Mengapa? Karena Ia tahu bahwa kita hanya dapat berusaha, sedangkan hasil adalah bagianNya.
Allah berjanji ketika kita setia dalam proses mencari dan mengerjakan tujuanNya, maka segala kebutuhan kita akan dipenuhiNya (Matius 6:33).
Karena itu sebenarnya inilah prinsip dasar dari hidup sukses dalam perspektif Tuhan.
Biasakan diri Anda untuk mengerjakan tanggung jawab Anda dengan tingkat excellence maka Allah akan memberikan kesuksesan pada waktu yang tepat.
Biasakan diri Anda untuk mentaati perintah-perintahNya mulai dari hal yang paling mudah bagi Anda, maka Allah akan mulai memberkati Anda dengan kemampuan untuk dapat taat dalam hal-hal yang lebih sulit bagi Anda.
Latihlah diri Anda untuk menjadi seorang suami yang bertanggung jawab dalam hal-hal yang terkecil, maka Tuhan akan memberkati keluarga Anda.
Latihlah diri Anda untuk menjadi istri yang bijaksana mulai dari hal yang terkecil, maka Tuhan akan membuat keluarga Anda bahagia.
Latihlah diri anak-anak Anda untuk taat melakukan hal-hal kecil sesuai dengan perintah Tuhan, maka "pada masa tuanya, ia tidak akan serong jalannya." (Amsal 6:22).

"MASA DEPAN, BUKAN MASA LALU"
Salah satu prinsip yang sangat mempengaruhi saya, terletak di kalimat ini: "Di dalam Tuhan Yesus, masa lalumu tidak berkuasa menentukan masa depanmu." Ya! Alkitab berulang kali mengatakan hal ini.

"TUHAN berkata, “Mari kita bereskan perkara ini. Meskipun kamu merah lembayung karena dosa-dosamu, kamu akan Kubasuh menjadi putih bersih seperti kapas. Meskipun dosa-dosamu banyak dan berat, kamu akan Kuampuni sepenuhnya." (YESAYA 1:18 BIMK)

"Orang yang sudah bersatu dengan Kristus, menjadi manusia baru sama sekali. Yang lama sudah tidak ada lagi -- semuanya sudah menjadi baru." (2 KORINTUS 5:17 BIMK).

Ia bahkan mengatakan hal ini kepada seorang penjahat kelas berat yang sedang dihukum mati: "“Percayalah,” kata Yesus kepadanya, “hari ini engkau akan bersama Aku di Firdaus.”" (LUKAS 23:43 BIMK).

Allah tidak melihat masa lalu kita. Ia tahu betapa rapuhnya hidup kita karena dosa. Yang Ia inginkan adalah kita bertobat, maka Ia akan menyatakan hal ini kepada Anda:

"Bukankah Aku sendiri tahu rencana-rencana-Ku bagi kamu? Rencana-rencana itu bukan untuk mencelakakan kamu, tetapi untuk kesejahteraanmu dan untuk memberikan kepadamu masa depan yang penuh harapan." (YEREMIA 29:11 BIMK).

Jika Anda bertobat, berbalik 180 derajat untuk melakukan apa yang benar, maka Allah berjanji, sekelam apapun masa lalu Anda, iblis tidak akan dapat memakainya untuk menghancurkan masa depan yang penuh harapan yang telah disediakan Tuhan bagi Anda.

"WORD OF WISDOM"
Hiduplah dengan menggunakan persepektif Ilahi, maka Anda akan menuai sukses dalam hidup Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar