Jumat, 09 Oktober 2015

"RUMAH INTEGRITAS - DIVINE INTEGRITY"

Integritas sering diinterpretasikan sebagai sebuah kejujuran dan sebuah ilmu kedisiplinan. Padahal sebenarnya, integritas adalah keselarasan yang dimulai dari roh kita bersama Roh Allah yang menguasai pikiran, perasaan, perkataan serta perbuatan kita. Sepertinya, tidak mudah untuk melakukan hal tersebut.

Dalam bukunya “The Fifth Discipline” (Peter Senge), dituliskan bahwa nilai sebuah integritas bisa diukur dari keselarasan perbuatan dan perkataan. Jika kita memberi range angka 1 sampai 10 tentang integritas seseorang, maka angka yang baik adalah 6, 7 dan 8, karena angka 9 dan 10 disebut “naif”. sedangkan angka 3 dan 4 adalah “munafik”. Itulah yang saya maksud bahwa tidak mudah mempertahankan diri untuk tetap berintegritas di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kemunafikan, kebohongan, kepalsuan serta manipulasi.

Yesus, Tuhan kita, telah memberikan contoh dan teladan yang benar mengenai integritas, seperti yang tertulis dalam Ibrani 4:15, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Juga di dalam Lukas 2:52, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”

Jadi, bagaimana supaya kita menjadi Rumah Integritas?

1.Memiliki keselarasan pikiran, perasaan dan perkataan.
Hal ini mungkin terjadi jika kita memulai dengan pemahaman yang benar bahwa kita tidak perlu berbohong dan sebenarnya tidak mungkin berbohong karena Allah yang Maha Tahu bersemayam di dalam pikiran kita, sebagaimana Amsal 15:3 berkata “Mata Tuhan ada disegala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.”

2. Tidak mengalami pertentangan batin.
Tuhan telah memberikan sistem peringatan agar kita tidak bisa menipu diri sendiri, yaitu hati nurani. Firman Tuhan berkata dalam Kisah Para Rasul 24:16, “Sebab itu aku selalu berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”
Dengan demikian kita akan mengalami pertentangan batin jika kita melakukan kesalahan.

3. Melakukan apa yang diucapkan.

Yesus pernah menegur orang-orang yang munafik. Dalam Matius 15:8 berkata “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.”

1 Petrus 3:10 juga berkata, “Siapa yang mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.”

Jika kita menjaga perkataan kita, maka kita hanya mengucapkan hal-hal yang kita lakukan atau melakukan apa yang kita katakan, karena selebihnya adalah sebuah kemunafikan.

4.Mengatakan hanya kebenaran, tidak kurang dan tidak lebih.
Perkataan kita penuh kuasa, sebagaimana Amsal 18:21 berkata, “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya akan memakan buahnya.”
Kita akan memakan buah dari kebenaran pula jika kita mengatakan kebenaran, karena perkataan kita berkuasa.

Matius 7:28-29 berkata, “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli taurat mereka.”

Setiap perkataan Yesus membuat takjub setiap orang-orang di sekelilingNya karena perkataanNya berkuasa. Manusia yang berintegritas hanya mengatakan hal-hal yang benar dan kebenaran, tidak kurang dan tidak lebih, pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat, sebagaimana Amsal 25:11 berkata, “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”

5. Tidak melempar kesalahan kepada orang lain, barang maupun situasi.
Mengakui kesalahan adalah cara yang tepat untuk kembali pada kehidupan yang benar.
1 Yohanes  1:9 berkata “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Jika kita saling mengakui kesalahan kita dan mengakuinya di hadapan Tuhan, kita tidak akan melempar kesalahan dengan alasan orang lain atau menyalahkan barang atau situasi. Keterbukaan akan memulihkan kita, dan keadilan Tuhan selalu membela orang-orang yang mau mengakui kegagalannya dan memperbaiki dirinya. Melempar kesalahan tidak akan pernah membangun Rumah Integritas.
Kita perlu mempercayai bahwa kita semua dipanggil untuk menjadi Rumah Integritas, yaitu hidup yang memiliki integritas Ilahi, yang dibangun bukan hanya dengan kekuatan manusia tetapi dilahirkan melalui pengetahuan yang benar akan Firman Allah.

Kenalilah kehidupan Yesus yang telah berhasil menjadi Rumah Integritas.
Kehidupan berintegritas adalah hidup selaras dengan kehendak Tuhan.

Maukah Anda menjadi Rumah integritas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar